"Sebenarnya ayah juga ingin tidur tetapi tidak bisa. Kalau kamu tak mau lagi menemani tinggalkan saja ayah sendirian." Begitu jawab sang ayah. Tak lama kemudian orangtua itu tak sadarkan diri dan harus dibawa ke ICU. Terang saja teman saya panik dan menyesal setengah mati telah berkata sembrono. Sebuah kesalahan yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup.
Sejak itu ia berdoa tiap hari agar ayahnya tersadar dari koma. Berjanji apa pun perkataan ayahnya nanti akan dilaksanakan sepenuh hati. Ia mohon kepada Tuhan agar diberi kesempatan meminta maaf atas ucapannya yang telah menyakitkan hati ayahnya.
Mungkin pengalaman di atas dialami pula banyak di antara kita. Tak sabar menghadapi dan merawat orangtua. Padahal tanpa sadar kita melupakan jasa mereka dulu, ketika dengan amat sabar dan penuh cinta menunggui dan merawat kita sejak bayi sampai dewasa.
Mengakhiri ceritanya, teman itu tak malu mengaku, sampai sekarang setiap pulang kantor, di mobil ia selalu mendendangkan lagunya Ada Band, Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah) sambil meneteskan air mata …. Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya. Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya. Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu. [Julianty Chang / Singkawang / Tionghoanews]