Seorang ibu muda membawa putranya ke dokter.
"Dok, Joni anak saya ini keranjingan permen. Sudah berkali-kali saya jelaskan, kalau terlalu banyak gula itu tidak baik untuk gigi dan kesehatan tubuhnya," ujar sang Ibu menjelaskan. Sementara bocah berusia 9 tahun di dekatnya, diam saja. "Sampai sekarang Joni tetap bandel. Dengan sembunyi-sembunyi selalu makan permen dan gula-gula. Saya yakin kalau Dokter yang menasihati ia pasti akan patuh."
Sang dokter tercenung agak lama, lalu berkata," Baiklah. Silakan Ibu kembali ke sini minggu depan."
Meskipun agak bingung dengan perkataan dokter, toh ibu dan anaknya menuruti perintah sang dokter.
Seminggu kemudian tepat pada jam yang sama, kedua anak beranak ini nongol lagi di ruang praktik sang dokter.
Dokter memeriksa gigi si anak, menimbang badan, memeriksa denyut nadi dan tekanan darah, layaknya pemeriksaan umum. Akhirnya ia berkata, "Begini Nak. Ini kabar buruk untukmu. Kamu tidak boleh lagi makan permen. Itu tidak bagus. Kalau tidak percaya, saya bisa mengambil contoh darahmu untuk diperiksa guna membuktikan omongan saya." Joni menurut dan berjanji tidak makan permen lagi.
"Terima kasih Dokter," ujar sang ibu. Dalam hatinya, wanita tersebut penasaran. "Saya heran Dok. Mengapa hal ini tidak Anda lakukan minggu lalu ketika kami datang ke sini?"
"Karena minggu lalu saya masih makan permen," kata sang dokter kalem. "Bagaimana anak ibu akan menurut kalau saya sendiri tidak menjalani nasihat tersebut." [Lily Ng / Padang / Sumbar / Tionghoanews]