KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 04 November 2012

KORBAN DENDAMKU HANYA PRIA BERISTRI

Pernikahanku membuahkan dua orang putri cantik yang sangat lincah, Tia 4 tahun dan Dinda 2 tahun. Sungguh bahagia pernikahan kami apalagi suamiku yang seorang sarjana informatika ternyata juga seorang karyawan yang mempunyai keahlian dan dedikasi tinggi sehingga dengan mudah ia meraih jabatan manajer disuatu BUMN.

Dandi demikian nama suamiku, lelaki pendiam yang selalu mengutamakan kepentingan keluarga terlebih dahulu, sehingga aku merasa beruntung mempunyai suami yang elok perilakunya. Dandi selalu bersikap sabar dan sayang terhadapku. Bahkan hingga pernikahanku yang sudah menginjak 5 tahun Dandi tetap memelukku setiap berangkat tidur. Nyaman sekali berada dipelukannya. Pernah aku terisak-isak sedih dan tak dapat segera tidur karena Dandi 4 hari dinas keluar kota. Aku sangat kangen pelukannya.

Setelah Dandi menjadi manajer, tentu saja kesibukannya semakin menggunung, acapkali Dandi harus pulang larut malam guna menuntaskan pekerjaannya. Aku hanya memintanya tabah karena itulah konsekuensinya menjadi seorang pimpinan. Setiap hari tak lupa kutambahkan vitamin usai sarapan agar daya tahan tubuhnya tetap terjaga, aku khawatir Dandi sakit.

Aku tak pernah curiga sekalipun terhadapnya hingga suatu hari kutemukan sepucuk kertas berupa kwitansi pembelian sebuah kulkas dua pintu, sebuah pendingin ruangan, kompor gas beserta tabungnya dan sebuah mesin cuci dengan merek terkenal di saku celananya. Aku heran karena tak satupun barang tersebut diantar kerumahku. Kutanyakan kepada Dandi tentang kwitansi yang kutemukan tersebut. Dandi tertawa dan mengatakan bahwa ia memang membelikan perangkat rumah tangga untuk kliennya sebagai kado karena kliennya akan menikah. Dan ia menekankan pula bahwa kwitansi tersebut dicarinya agar dapat dilaporkan kekantor guna mendapatkan uang pengganti, karena hadiah tersebut sebenarnya dari kantor.

Dua bulan kemudian kutemukan sebuah lipstik terjatuh dibawah jok kursi ketika sedang mencari botol obat anakku yang menggelinding kebawah kursi. Terkesiap dadaku dan mulai waspada, karena lipstik tersebut jelas-jelas bukan milikku. Aku meminta penjelasan  ke Dandi perkara lipstik yang kutemukan dimobilnya. Dandi berkeras tidak tahu dan malah menuduh bahwa itu adalah lipstikku yang terjatuh adan aku terlupa. Tentu saja kukatakan dandi pembohong karena aku tak memakai lipstik dengan merek seperti itu. Semua lipstikku bermerek sama dengan bedak atau alat kosmetika lainnya. Aku tetap memintanya penjelasan, tapi Dandi malah marah dan membentakku kasar.

Emosi kemarahan sedang menerjangku, sehingga kami bertengkar hebat dan anak-anak menjerit, menangis. Kuusir Dandi Saat itu juga lalu kuambil pakaian dan keperluannya, kulemparkan kedalam mobilnya dan kudorong ia agar segera pergi meninggalkan kami bertiga. Dandi pergi dan sejak itu ia tak pernah kembali kerumah. Dengan penuh kemarahan kulaporkan kejadian ini kepada ayahku dan mertuaku. Mereka menenangkanku dan memintaku untuk bersabar.

Setelah seminggu kepergian Dandi, Ayahku berhasil mendapatkan sebuah alamat tempat Dandi mengontrak. Ayah, ibu  memintaku untuk ikut bersamanya serta mengajak mertuaku untuk bersama-sama pula datang ketempat Dandi guna membantuku memperbaiki rumah tanggaku. Selama diperjalanan ayah menasehatiku untuk meminta maaf kepada Dandi karena telah mengusirnya. Tentu saja aku harus meminta maaf kepada Dandi karena kekasaranku tersebut, batinku meratap.

Sebuah rumah tak terlalu besar, namun bersih terawat rapi, disitulah Dandi sekarang tinggal pikirku. Dengan senyum aku berharap segera mendapatkan Dandi dan langsung memeluknya untuk minta maaf. Begitu bel pagar dibunyikan, keluarlah seorang perempuan berperawakan kecil memakai kacamata bergagang coklat. Aku tertegun dan bertanya-tanya siapakah perempuan itu.

Ayah dan mertua juga menggumam, menanyakan siapakah perempuan tersebut. Segera aku ditarik oleh Ibu menuju mobil untuk duduk diam dimobil dahulu dan kulihat ayah bercakap dengan tetangga depan rumah Dandi. Mertuaku masuk kedalam rumah tersebut terlebih dahulu. Kulihat ayah jalan bergegas menujuku sambil membawa seorang pria paroh baya yang ternyata adalah ketua RT setempat. Kami berjalan bersama masuk kerumah Dandi.

Kudengar kemarahan menggelegar dari dalam rumah, dan aku kenal bahwa itu adalah suara ayah mertuaku, kudengar pula suara Ibu mertua yang menangis keras menandakan kesedihan yang tak terhingga. Kukuatkan hatiku untuk menerima kejadian ini. Dandi tak dapat mengelak lagi, karena ternyata kepala RT menjelaskan kepada kami semua bahwa Dandi sudah 4 bulan menjadi warganya bersama sorang perempuan yang diaku sebagai istrinya. Namun Dandi hanya datang sore hari hingga malam saja. Dandi tak pernah menginap disitu terang pak RT kepada kami semua.

Dengan kemarahan menggelegar Ayah merusak dan memecahkan semua barang yang ada disitu. Kulihat berkali-kali dandi ditampar oleh Ibunya sendiri. Kulihat Ibu Dandi juga membentak bentak perempuan tersebut dan mengusirnya dari rumah tersebut. Perempuan tersebut juga menangis keras dan berlari kepintu untuk pergi. Namun Dandi berlari mengejarnya dan berdua mereka pergi meninggalkan kami semua yang sedang terhenyak.

Pedih sekali hatiku, bagai tersayat-sayat pisau tajam rasanya. Entah berapa lama aku diam kaku tak dapat berfikir apapun, aku merasa lebih baik mati aja mengakhiri hidupku. Lunglai ragaku hingga aku harus digotong beramai-ramai untuk memasuki mobil kembali menuju jalan pulang. Mertuaku menjagaku dan terus menerus meminta maaf atas ulah anak mereka. Aku merasa menjadi perempuan paling terhina didunia ini.Kini kemarahanku memuncak, aku hanya berfikir bagaimana merusak hidup Dandi seperti Dandi telah merusak hidupku. Kulaporkan ulah Dandi kekantornya, kuteror dirinya, kupermalukan ia ditempat umum hingga ia tak tahan dan keluar dari tempatnya bekerja, lalu setelah tak dapat kutemukan lagi jejaknya, kuceraikan dia.

Kini aku menjadi perempuan yang senang sekali meniduri laki-laki beristri, rasanya terbalaskan dendamku kepada Dandi setiap kali aku berhasil menggaet lelaki ketempat tidur. Tak pernah sekalipun aku tertarik untuk berkencan dengan lelaki muda atau seorang duda. Aku hanya mengencani lelaki beristri saja dan kemudian setelah kencan sesaat tersebut aku merasa sedikit terpuaskan karena dendamku terbayar. Entah sudah berapa puluh lelaki beristri yang tidur denganku. Bahkan pernah dalam sehari aku tidur dengan empat pria berbeda, semuanya beristri. Namun dendamku terhadap Dandi belum lunas juga rasanya. [Priska Chen / Pontianak] Sumber: Facebook
 
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah

PESAN KHUSUS

Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA