KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 04 November 2012

AKU BENCI PEREMPUAN PEREBUT SUAMI ORANG

Sebenarnya aku bingung harus mengawali cerita ini dari mana, tapi apapun cerita yang akan kutuangkan disini, tidak ada sedikitpun niat untuk menyinggung perasaan siapapun, cerita ini adalah kisah dari perjalanan panjang hidupku semasa aku kecil hingga saat umurku mencapai 22 tahun.

Aku anak kedua dari tiga bersaudara yang semuanya laki-laki, orang tuaku bercerai saat aku masih berusia 14 bulan. Sejak kecil aku tinggal bersama nenek dari pihak ibu. Hingga saat ini aku sendiri tak tahu penyebab perceraian orang tuaku, karena baik ibu maupun ayah tidak pernah menceritakan apa yang menjadi penyebab perceraian mereka, sementara nenek, entah mengapa selalu memojokan ibuku dengan perkataan jahat, egois, dan tidak bertanggung jawab, entah apa maksudnya.

Lingkungan yang demikian, akhirnya membuatku tumbuh menjadi seorang yang keras kepala dan  egois. Namun demikian aku tetap mempertahankan prinsipku untuk tetap menjadi perempuan yang memiliki harga diri, dan tidak akan mau menerima perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat seorang perempuan.

Sejak aku lulus SMP, ibu membujukku untuk tinggal bersamanya. Selama tinggal bersama ibu, aku baru menyadari, bahwa aku sudah salah dan begitu jauh dalam menilai ibu. Ternyata ia adalah perempuan yang memiliki rasa tanggung jawab besar. Hanya dengan gajinya yang pas-pasan ibu bisa membiayai hidup kami sekeluarga.

Dan ternyata dari cerita ibu, aku mendengar banyak perlakuan dari keluarga nenekku yang terus memojokan ibu, mulai dari memeras dan menuntut ibu untuk membalas jasa mereka yang telah mengurus anak-anak yang berjumlah tiga orang. Dari ibu juga aku mendengar bahwa mereka telah merebut harta kami, mulai dari rumah, kendaraan serta tanah hasil jerih payah ibuku. Mendengar itu semua terlintas rasa dendam yang membara di hati ini.

Sejak tinggal bersama ibu, tabir kegelapan yang selama ini selalu menutupi perjalanan hidupku mulai terkuak. Ternyata perceraian yang ibu alami adalah akibat orang ketiga. Ketika itu tanpa sepengetahuan keluarga kami, ayah menikah lagi. Dan karena pernikahan kedua itu, akhirnya orang tua ibu banyak turut campur dan mengatur apa yang menjadi keputusan ibu, termasuk soal perceraian.

Dan sejak saat itu, entah mengapa timbul perasaan benci yang amat sangat terhadap perempuan yang merebut suami orang, apalagi terhadap perempuan yang merebut ayah dari ibu. Begitu juga saat aku mendengar ada perempuan lain yang juga merebut suami orang, benci, amarah dan dendam sontak menggelegak dalam hatiku, bukan saja terhadap para perempuan yang seperti itu, tetapi juga terhadap laki-laki yang berpoligami alias memiliki istri lebih dari satu.

Dendan dan amarahku akhirnya aku tumpahkan dengan tekad memperdaya laki-laki mata keranjang. Dengan modal kecantikan dan kemolekan tubuhku, aku begitu mudah menaklukan mereka. Sasaranku adalah para lelaki yang memiliki status ekonomi yang mapan, tetapi bukan para lelaki yang telah memiliki istri, karena pantang bagiku untuk merebut suami orang.

Dan begitulah akhirnya aku berpetualang, menjalin kasih dengan banyak pria yang suka padaku. Dan itupun tetap pada egoku yang tak ingin bersungguh-sungguh dalam manjalin kasih. Hingga akhirnya aku bekerja, walau hanya sebatas tenaga kerja kontrak, pendapatanku bisa dibilang cukup untuk membiayai kuliah dan keperluan sehari-hariku. Dan sejak bekerja, semakin banyak laki-laki yang datang kerumah untuk menyatakan rasa sukanya dan ingin berhubungan serius denganku.

Namun aku selalu menolak keinginan tersebut, sampai-sampai ibu memohon dan menangis agar aku segera memilih salah satu dari mereka dan melangsungkan pernikahan. Dan ibu juga berharap kejadian yang menimpanya tidak menjadi bumerang bagiku.

Hingga akhirnya aku menemukan seseorang yang aku nilai dapat sepenuhnya mengerti akan keadaanku dan keluargaku. Dan kami bersepakat untuk menikah. Walau begitu aku tetap ngotot dengan prinsipku, bahwa aku tak ingin suamiku kelak melakukan perselingkuhan apalagi poligami, jika suamiku ternyata tak bisa memegang janjinya aku pasti akan menuntut perceraian dan itu sudah menjadi pilihanku.

Dan sejak itu juga aku tetap dalam prinsip hidupku yang kuat, bahwa tak ada yag berhak menyakiti aku. apalagi seorang perempuan yang berniat merebut suamiku, maka perempuan tersebut harus lebih merasakan sakit dari yang aku rasakan dan itu menurutku cukup adil. Dan aku berharap untuk para perempuan yang berstatus sebagai istri kedua dan secara kebetulan membaca kisahku ini, janganlah tersinggung, hargailah diri kalian sebagai perempuan yang terhormat. [Priska Chen / Pontianak] Sumber: Facebook
 
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah

PESAN KHUSUS

Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA