Jawaban ini membuat Imei terkagum-kagum. " Tapi, adat, tradisi, dan kebudayaan Cina terlalu mengungkung. Lagipula, kelihatannya pemerintah ingin Keturunan Tionghoa melebur kebudayaan China ke dalam kebudayaan daerah, Mana mungkin dipertahankan?" kata Imei tak mau kalah.
"Kudengar kamu sekolah hingga tamat SMA. Kamu pasti tahu teori Darwin tentang Seleksi Alam. Aku pikir itu juga berlaku bagi kebudayaan. Lama-kelamaan tradisi yang tak cocok akan punah sejalan dengan perkembangan zaman, atau mengalami proses penyesuaian. Pemerintah boleh saja melarang arakan barongsai, tarian naga, perayaan imlek, capgomeh, atau acara lain, tapi tetap tak mungkin mengubah kamu sehingga dalam sekejap mengatakan, aku bukan Cina !" penjesalan Siegit membuat Imei semakin terkagum-kagum.
"Kupikir kamu anak pingitan atau anak mami karena mencari jodoh dengan angpao, ternyata kamu berpengetahuan luas dan jalan pikiranmu sangat terbuka. Aku tertarik untuk bertanya, cobalah jawab dengan jujur; Kamu datang tiba-tiba dengan sebuah angpao yang secara tradisi artinya ingin melamarku, aku terlanjur menerima angpaomu karena tak tahu tradisi ini. Aku menilai ini sebuah perjodohan. Taruhlah umpamanya kita benar-benar menikah, apakah kamu yakin kita akan bahagia?" Imei berusaha memilih kata-kata yang halus untuk bertanya, tetapi tetap saja Siegit terhenyak mendengar pertanyaannya. Tak seperti biasanya, malam itu Siegit menatap Imei tanpa malu-malu. Imei membalas tatapan Siegit. Akhirnya Siegit merasa jengah,
"Kupikir kamu perempuan dusun yang lugu, ternyata kamu tak sederhana dugaanku. Jawabanku, aku tak yakin. Tapi demi kepatuhan pada orang tua, aku harus mengikuti kehendak mereka."
"Termasuk mengorbankan hati, perasaan, dan kebebasan ?" Imei langsung menyandak.
"Benar ! Hargailah kebaikan orang tua yang telah bersusah-payah membesarkan kita. Hargai juga adat dan tradisi serta kebudayaan nenek moyang yang telah menghantar bangsa kita menjadi sebuah bangsa yang besar. Aku tak merasa malu berkenalan denganmu lewat sebuah adat kuno. China bukan hanya sebuah negara, China adalah sebuah peradaban. Di Malaysia, Singapura, bahkan di Australia kebudayaan China menjadi semacam ajang promosi pariwisata. Bapak Presiden kita hanya belum menyadari hal itu. Sampai ia menyadari, adalah menjadi tugas kita untuk melestarikan adat dan tradisi kita secara sembunyi-sembunyi. Maaf, aku sedikit melantur." Kata Siegit berapi-api.
Imei begitu terhenyak ketika mendapati jalan pikiran Siegit dan Lukman sangat berbeda dan menghadapi proses regenerasi.
"Bicara memang mudah," kata Imei sambil mencebil. "belajar bahasa mandarin saja di razia, bagaimana lagi mau mempertahankan tarian naga, arakan barongsai, dan lain-lainnya?"
Siegit merasa kurang senang mendengar ucapan Imei, namun ia tetap menahan diri.
"Aku pulang dulu. Sudah malam, tak enak membiarkan Paman Sie membukakan pintu terlalu malam. Kita teruskan obrolan ini lain kali saja." ucap Siegit sambil masuk ke mobil pick up-nya. Imei senang bisa menyudutkan Siegit hingga tak bersuara. [Deri Chua / Jakarta / Tionghoanews]
Sambungan: 1A/1B, 2A/2B, 3A/3B, 4A/4B, 5A/5B, 6A/6B, 7A/7B, 8A/8B, 9A/9B, 10A/10B, 11A/11B, 12A/12B, 13A/13B, 14A/14B, 15A/15B