KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 18 Desember 2012

KEKASIHMU TAK SETIA, UJAR SAHABATKU

Memiliki sahabat memang amat mengasyikkan, apalagi sahabat-sahabat tersebut cocok luar dalam untuk mengistilahkan kedekatan emosi kami.

Lala, salah satu sahabatku adalah seorang perempuan tegar. Lala jarang berkeluh kesah tentang dirinya, hingga segala persoalan hidup dianggapnya guyonan nasib belaka. Tak jarang ia mentertawakan persoalan rumah tangga yang kuanggap sangat berat. Contohnya dengan terbahak Lala menceritakan terungkapnya perselingkuhan suaminya hingga ia memutuskan untuk menceraikan suaminya. Herannya semua pertengkaran rumah tangga hingga putusan cerai dari pengadilan keluar, Lala menyikapinya dengan santai tanpa beban.

Berbeda jauh dengan seorang sahabatku satunya, Retno. Ia justru perempuan yang sangat melankolis, sehingga semua masalah yang melanda dirinya selalu dilihat dengan kaca mata kesedihan. Apalagi saat suaminya meninggalkannya beserta seorang anak, Retno menangis meraung-raung hingga berbulan-bulan lamanya. Ia mengurung diri di kamar dan tak ingin berjumpa dengan siapapun. Anaknyapun diasuh ibunya, karena ia membenci anaknya hanya karena wajah si anak mirip dengan suami yang meninggalkannya.

Persahabatan kami ini telah terjalin lebih dari 10 tahun. Segala suka duka sering kami diskusikan bersama. Seringkali kami terbahak di sebuah kafe kecil atau menangis bersama meratapi kisah pilu Retno. Saking akrabnya persahabatan kami sehingga jika Lala atau Retno punya kekasih baru, maka kami selalu mencandainya dengan menayakan berapa ukuran vital sang kekasih. Kami akan menertawainya jika ternyata Retno mendapatkan kekasih yang mempunyai ukuran "sekutil" untuk mengistilahkan kecilnya alat vital.

Soal kekasih, aku memang tak seberuntung Lala dan Retno. Mereka dengan mudahnya memperoleh kekasih. Berkali-kali Lala dan Retno mencomblangiku dengan banyak pria, namun tak satupun menarik hatiku. Lala kerap menyarankanku, "Coba dulu saja, rasakan dulu saja." Namun entah kenapa, aku merasa tidak pas dengan pria-pria yang dikenalkan untukku.

Kami bertiga memang janda. Dengan penghasilan yang cukup untuk menopang kehidupan kami, tak jarang kami ke karaoke atau pergi ke lounge setiap Jumat malam guna menghabiskan malam bersama. Untungnya kekasih Lala dan Retno mengerti tentang eratnya persahabatan kami, sehingga tak sekalipun mereka keberatan jika kami ingin berkumpul bertiga saja tanpa kekasih mereka.

Tak dinyana, suatu hari aku berhasil mendapatkan seorang kekasih hati. Dengan penuh semangat kuplokamirkan, bahwa aku juga berhasil mendapatkan seorang kekasih seperti mereka. Kedua sahabatku langsung menginterogasiku dengan ketat, siapa lelaki pemikat hatiku tersebut. Maka dengan bangga yang mencapai ubun-ubun kuperkenalkan Billy kepada kedua sahabatku. Tentu saja, celoteh porno keluar dari mulut kedua sahabatku, menanyakan ukuran vital kekasihku sembari terbahak. Karena aku termasuk introvert, tak kuceritakan soal ukuran itu pada sahabatku. Bukannya aku menghindari, tapi aku merasa risih menceritakan fisik kekasihku. Sejak itu aku dijuluki "penghianat bangsa" hanya karena tak terbuka untuk urusan yang satu itu. Hahahaha...

Tak sampai disitu, desakan untuk bercerita tentang kisahku bersama Billy makin menguat dari kedua sahabatku. Namun aku memilih bungkam. Hanya sesekali aku bercerita jika memang hubunganku dengan Billy sedang memburuk. Maklumlah yang namanya pacaran pasti ada indahnya juga sebelnya. Berbeda dengan pandangan kedua sahabatku yang sangat terbuka menceritakan aktifitas gonta-ganti pacarnya, sehingga dalam setahun saja mereka bisa berganti lebih dari lima orang pacar.

Kini usia hubunganku dengan Billy sudah menginjak tahun ke-3, dan dalam kurun waktu yang sama Lala dan Retno sudah mempunyai lebih dari sepuluh pacar. Menurutku itu hak dan pilihan mereka, jadi ya biar saja kedua sahabatku mempunyai sepuluh pacar, bahkan seribu sekalipun, itu keberuntungan mereka.

Hingga suatu hari kehidupanku terguncang, saat kedua sahabatku membisikiku bahwa Billy sebenarnya bajingan dan pengelana perempuan. Selain itu Billy juga tak setia. Informasi itu mereka dapatkan dari salah seorang teman dekat Billy yang terkenal playboy dan hobby berganti-ganti pacar. Mereka juga memintaku untuk berhati-hati menjalin hubungan dengan Billy. Tak berhenti disitu saja, Lala dan Retno juga menyatakan bahwa Billy juga menyukai Retno dengan memberinya berbagai hadiah tanpa sepengetahuanku. Aku terkejut dan tak percaya mendengar berita tersebut, namun Lala dan Retno meyakinkanku bahwa cerita tersebut benar adanya dan tentu saja mereka sangat mengasihani diriku.

Jujur, aku sedih sekali mendengarnya. Bahuku seperti tertimpa beban yang sangat berat, apalagi harus menyimpan curiga terhadap Billy. Namun karena Lala dan Retno memintaku untuk berjanji tak membocorkan rahasia ini maka kupenuhi janjiku. Tak sekalipun kuinterogasi Billy dengan tuduhan-tuduhan yang dicercakan sahabatku untuknya. Aku hanya berdiam diri dengan selaksa nelangsa di dada, menunggu kejadian besar yang akan menimpaku dan Billy.

Berbilang bulan aku mencurigai Billy, tak percaya dengan segala ucapannya, menertawakannya dalam hati dan enggan membuat janji temu dengannya. Jelaslah cintaku terkikis mendengar uraian sahabatku itu. Untungnya Lala dan Retno memberi 'semangat' agar aku membuat ulah buruk saja supaya Billy meninggalkanku. Namun herannya Billy tak juga meninggalkanku, meski aku telah membuat ulah yang mengecewakannya. Hubungan kami naik-turun, kadangkala mesra sesekali bertengkar juga. Dan janjiku untuk tak membongkar kedok Billy tetap kujaga.

Hingga suatu hari tanpa Retno, Lala mengajakku bertemu dan secara tak sengaja ia bercerita bahwa Billy pernah mengajak Lala dan Retno bertemu untuk menanyakan perilakuku yang menjengkelkan tersebut. Mereka bertiga berbicara tanpa aku ada di sana dan saling berjanji agar tak membocorkan pertemuan tersebut kepadaku. Hatiku masgul mendengar pengakuan ini.

Lala mengungkapkan bahwa ia sengaja menjelek-jelekkan diriku agar dapat melihat kesungguhan cinta Billy terhadapku. Tersentak sejenak, namun sedetik kemudian aku sudah dapat menguasai diri kembali. Meski ada rasa tak percaya dengan apa yang dilakukan Lala sekaligus rasa sedih karena merasa dikhianati oleh mereka bertiga, namun rasa itu segera kubuang jauh. Aku minta kepada Lala agar tak menceritakan secara rinci pertemuan mereka, karena itu adalah rahasianya. Aku justru mengingatkan kepada Lala agar tak mengingkari janjinya. Lala terdiam memandangku lama dan berujar pelan, "Maafin gue ya..."

Sejak kejadian tersebut aku agak menarik diri dari persahabatan kami. Aku juga menolak beberapa undangan bercanda dengan mereka. Aku memilih menjalin persahabatan baru dengan beberapa teman baru yang kebetulan cocok dan menyenangkan juga. Memang persahabatanku dengan Lala dan Retno masih terjalin hingga kini, walau tak seakrab dulu.

Aku memang tak pernah mempertanyakan kesetiaan Billy, meski kedua sahabatku menyangsikannya. Tak juga aku bertanya soal hadiah-hadiah yang Billy berikan pada Retno. Aku berharap cerita ini terbaca oleh Billy dan menyadari bahwa aku mengetahui semua cerita tentangnya, tanpa harus mengingkari janjiku pada Lala dan Retno.

Sedangkan hubungan cintaku dengan Billy masih terjalin baik hingga kini. Entah lusa. [Vivi Tan / Jakarta] Sumber: Blogger

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA