KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 21 Februari 2013

RASA CURIGA MEMBUATKU BUTA

Dua bulan setelah pernikahan kami, sikap Doni (bukan nama sebenarnya) tidak pernah berubah. Rasa cemburunya juga semakin meraja lela. pernah suatu kali ia marah-marah hanya karena aku selalu di pandangi oleh laki-laki lain. Doni juga tak sabaran jika menginginkan sesuatu, hari itu ia ingin hari itu juga aku harus menemaninya untuk mendapatkan keinganannya tersebut. pokoknya Doni selalu membuatku pusing tujuh keliling

Saat hal ini kuceritakan pada teman-temanku, mereka cuma bisa tertawa, "Jadi suamimu itu masih cemburuan toh, kupikir setelah menikah, Doni sudah tak cemburuan lagi," ucap Riri (bukan nama sebenarnya) sobat kental yang selalu menjadi tempat curahan hatiku. Tetapi kemudian ia memberikan satu nasihat agar aku lebih sering memberinya perhatian dan menemaninya. Aku tertegun sesaat setelah mendengar ucapan Riri. Perhatian...aku bergumam. Mungkin ucapan Riri  ada benarnya. Sejak kami menikah empat bulan yang lalu, baik aku maupun Doni jarang bertemu satu sama lain. Kesibukan yang begitu tinggi membuat kami kurang berkomunikasi.

Dua minggu berlalu sudah sejak aku memutuskan untuk mengambil cuti kerja. Sejak saat itu pula sedikit demi sedikit kelakuan Doni yang super bawel dan cemburuan mulai terkikis. Perhatian serta kasih sayang ekstra yang ku berikan padanya ternyata mampu membuatnya bersikap sedikit lebih sabar dan romantis. Meskipun tidak seromantis  Ricky (bukan nama sebenarnya) suami Riri. "Din, hari ini aku ada meeting dengan para direksi. kemungkinan besar aku akan pulang telat. Jaga dirimu baik-baik," ujar Doni sembari mencium keningku.

Tinggalah aku yang tersenyum licik, merayakan kemenangan. "sekarang giliranku untuk bersenang-senang," pekikku sembari melompat kegirangan. Tanpa membuang waktu, segera ku berlari menuju kamar tidur, berganti pakaian dan aku pun siap untuk melakukan hobbie lamaku, shopping in mall. "Hu!.. ternyata belanja sendiri tanpa di sertai suami bete juga ya. Kalau saja Doni ada di sini!.," keluhku ketika melihat pasangan suami istri yang berbelanja sambil bergandengan tangan.

Namun belum sempat aku melangkah keluar, tiba-tiba saja pandanganku membentur ke arah sebuah toko furniture mewah yang terletak tak jauh dari pintu keluar mall. "Doni! sedang apa dia di sini? bukankah ini waktu jam kerja?" gumamku tajam. Rasa curiga perlahan mulai memenuhi pikiranku. Agak lama aku berdiri mematung, memandang ke arah Doni yang tengah sibuk memilih perabotan rumah mewah bergaya Eropa. Berbekal rasa curiga, ku kumpulkan segala keberanianku untuk masuk ke dalam toko dan membuntutinya. Sesampainya di sana, ku bersembunyi di antara furniture kayu yang memenuhi ruang pameran toko.

Kecurigaanku semakin bertambah,  setelah Doni menggosokkan kartu kreditnya, seorang wanita cantik berambut pirang menghampirinya. Lets go honey.. ujar perempuan cantik itu. Doni hanya mengangguk, tak lama kemudian mereka pun pergi meninggalkan tempat ini. Bagai di sambar petir rasanya hati ini ketika melihat suami tercinta pergi dengan wanita lain. Terbayang ucapannya tadi pagi ketika hendak berangkat ke kantor. Katanya ada urusan di kantor. Ternyata!. Tanpa terasa bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipi. "Ya Tuhan! Apakah Doni mengkhianatiku? inikah balasan atas kesetiaan serta kesabaranku selama ini?" air mataku pun mengalir semakin deras.

Sebulan berlalu sudah setelah aku memergokinya sedang berbelanja bersama perempuan lain. Dengan berlalunya waktu, rasa cemburu serta kecurigaanku padanya semakin hari semakin membesar. Bagaimana tidak? semua barang-barang mewah yang ia pesan tempo hari ternyata tidak pernah sampai ke rumah kami. Belum lagi ia sering pulang telat. Kalau kutanyakan alasannya dia langsung merajuk atau mengalihkan pembicaraan. "Kamu ini gak percayaan banget sih sama aku," tegasnya suatu kali. Sepertinya ia berusaha meyakinkanku bahwa selama ini ia sibuk dengan pekerjaan di kantor. Dasar pembohong!

Kerenggangan hubungan kami semakin lama semakin terasa. Komunikasi yang semula sudah berjalan lancar semenjak aku memberikan perhatian ekstra padanya, sekarang berubah menjadi kebisuan. Kesibukanku di kantor serta semakin telatnya kepulangan Doni ke rumah memperparah keretakan rumah tangga kami. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuaku. Dan sakit hatinya ia tak sedikitpun menghalang-halangi niatku tersebut.

Tapi tiga hari kemudian Doni datang menjemputku, ia mengajakku kesuatu tempat dan ingin menjelaskan semuanya, tentang tuduhanku bahwa ia sudah berselingkuh dan selalu telat pulang ke rumah. "Jangan bohong. Kalau dia bukan istrimu, mengapa kau belikan perabot mahal untuknya? aku semakin histeris. Mendengar ucapanku, wajah Doni yang semula sendu berubah menjadi ceria. Tak lama kemudian ia pun tertawa terpingkal-pingkal hingga mengeluarkan air mata. "Kita sudah sampai," ujarnya tiba-tiba.

Dihadapanku berdiri sebuah rumah megah bergaya eropa, dalam hatiku berkecamuk berbagai pikiran negative, apalagi ketika perempuan yang kupergoki bersama Doni muncul di depan pintu. "Selamat datang di rumah baru kalian berdua," ucapnya yang membuat aku sangat terkejut. Sementara Doni tersenyum dan mengajakku masuk kedalam, "Ini rumah baru kita, Din, dan ini perkenalkan disainer rumah ini, namanya Ella," sejenak aku terlarut dalam kebingungan yang luar biasa.

"Ya, sebenarnya aku mau membuat kejutan untukmu. Aku sudah membeli rumah baru sebagai permintaan maaf sekaligus ucapan terima kasih karena bersedia meluangkan seluruh waktumu untuk mengurusku, berhubung seleraku terhadap barang-barang mewah kurang bagus, maka aku meminta bantuan Ella untuk membantu memilihkan perabot rumah. ujar Doni yang membuat aku merasa sangat bersalah.

Setelah panjang lebar mendengarkan penjelasan Doni akhirnya kesalahpahaman di antara kami terselesaikan dengan baik. Dengan wajah memerah karena menahan malu ku tawarkan pelukan padanya dan ia pun menerimanya. "I love u sweetie.." bisik Doni pelan "Love you too Babs..." sahutku sembari mencium pipinya.

Hoek! Hoek..tiba-tiba saja aku terbatuk dan mendorong tubuh Doni agar menjauh dariku. Entah kenapa perutku terasa mual. Begitu mualnya seakan-akan ingin memuntahkan seluruh isi perutku. "Dina..kamu kenapa? sakit?" tanyanya dengan wajah cemas "Gak papa kok cuma mual aja. Rasanya aku perlu ke kamar mandi." Jawabku cepat untuk menghilangkan kecemasannya.

"Din..kamu..jangan-jangan..kamu..hamil?" tanya Doni  ragu-ragu. Terlihat jelas di wajahnya rasa gembira yang bercampur dengan keraguan. "Sepertinya begitu! sudah 3 minggu ini aku mual-mual terus." Jawabku malu-malu "Hore! aku akan jadi ayah," teriak Doni dengan wajah bahagia. Segera ia memelukku kembali dan berkata "I love u more sweetie...you are the best that i ever have in my life ( kau adalah yang terindah di dalam hidupku) [Vivi Tan / Jakarta]

* DA JIA PENG YOU - XIN NIEN KUAI LE - GONG XI FA CHAI *

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA