Dia diberitahu bahwa hal yang paling menyusahkan adalah Dewa Sungai, yang meminta mereka menyerahkan seorang gadis setiap tahun untuk dijadikan istrinya. Hal itu membuat hidup mereka semakin susah.
Kabupaten Ye terletak dekat dengan Sungai Kuning. Ada sebuah mitos di area itu yang mengatakan bahwa sungai itu dihuni oleh seorang dewa, dan menghendaki mereka menyerahkan seorang gadis kepadanya setiap tahun untuk dijadikan istrinya.
Jika tidak, sungai itu dikatakan akan banjir dengan dahsyat sehingga membuat rakyat di seluruh kabupaten itu mati lemas. Oleh itu, sejak sekian lama, pemerintah dan penyihir di sana sama-sama sibuk menyelenggarakan urusan tersebut, karena mereka dapat menggunakan alasan menghindari banjir ini untuk mengutip pajak yang lebih dari rakyat.
Ximen Bao diberitahu bahwa setiap tahun pada waktu yang tertentu, seorang penyihir perempuan yang tua akan keluar untuk mencari seorang gadis yang cantik dari keluarga yang miskin, dan mengumumkannya sebagai bakal isteri ke Dewa Sungai. Kemudian, pemerintah akan mengerahkan tentara untuk merebut gadis itu, dan menahannya beberapa hari.
Menjelang "majlis perkawinannya" dengan Dewa Sungai, gadis itu akan disolek dengan secantik-cantiknya, dan disuruh agar duduk di atas sehelai tikar. Kemudian, para penyihir akan "menerjunkan" nya ke dalam sungai itu. Tatkala gadis itu tenggelam ke dasar sungai, upacara yang meriah akan diadakan, sebagai tanda kepuasan Dewa Sungai terhadap "istri barunya". Setelah mendengar cerita yang tidak masuk akal itu, Ximen Bao hanya diam saja. Melihat kondisi itu, orang tua-tua yang berkumpul itu merasakan mereka tidak dapat berharap pada Kepala Kabupaten baru ini.
Tidak lama setelah itu, "hari pernikahan" Dewa Sungai itu tiba lagi. Bila diberitahu berita itu, Ximen Bao pun membawa beberapa orang prajurit ke tebing Sungai Kuning. Tidak lama kemudian, orang kaya-kaya, pejabat pemerintah, penyihir, dan gadis yang terpilih pun datang. Ximen Bao terus membuat perintah dengan berkata, "Bawalah bakal istri Dewa Sungai itu ke depan saya. Saya nak lihat dia, cantik atau tidak." Mendengar perintah itu, gadis itu pun dibawa ke depannya. Setelah melihat wajahnya, Ximen Bao menoleh, sambil berkata, "Gadis ini tidak cukup cantik. Dia tidak layak untuk menjadi istri Dewa Sungai.
Silakan ibu berjumpa Dewa Sungai ini, dan beritahu kepadanya bahwa saya akan mencoba mencari seorang gadis yang lebih cantik, dan menyerahkan kepadanya esok. " Lalu, dia terus mengarahkan askarnya menerjunkan ahli sihir ke dalam sungai. Sebentar kemudian, dia berkata, "Kita telah menunggu begitu lama. Mengapa penyihir ini belum naik. Suruhlah pengikutnya pergi menyusulnya cepat-cepat pulang." Maka, dia pun mengarahkan askarnya agar menerjunkan beberapa orang pengikut ahli sihir ke dalam sungai tersebut. Kemudian, dia berdiri di tepi sungai itu, dengan wajahnya yang sangat serius, seolah-olah benar-benar sedang menunggu jawaban Dewa Sungai itu. Semua orang yang datang sangat terkejut dengan tindakannya itu.
Beberapa lama kemudian, Ximen Bao pun berkata, "Tampaknya Dewa Sungai itu sangat ramah, dan suka merayakan tamu. Marilah kita utus seorang lagi pengikut pergi menyusulnya." Setelah habis ucapannya itu, dia terus memandang ke arah orang kaya-kaya dan pejabat pemerintah yang ada di situ. Mereka semuanya berlutut untuk meminta ampun kepada Ximen Bao.
Ketika itu, Ximen Bao pun berkata kepada semua orang dengan suara yang lantang, "Memperisterikan Dewa Sungai itu trik saja. Jika ada lagi orang yang ingin menyelenggarakan urusan ini, saya pasti melemparkannya ke dalam sungai." Sejak itu, episode pernikahan dengan Dewa Sungai tidak pernah terjadi lagi di Kabupaten Ye. Dengan administrasi Ximen Bao yang bijak, hidup penduduk di sana menjadi bertambah makmur dan bahagia. [Mei-Ing]