KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 13 April 2011

MEREKA MEMPERKOSA KEKASIHKU (28-29)

Beda dengan Lili. Meski belum pernah melakukan pemberontakan terbuka, dia merasa kurang sependat dengan beberapa sikap, pandangan hidup dan pendirian orangtua yang menurutnya salah. Tapi, mereka belum pernah bergesekan soal prinsip, pandangan hidup, dan pendirian secara keras.

Lili lebih sering mengiyakan nasihat-nasihat orangtuanya, meski kadang dia tak setuju. Paling-paling memberi argumentasi lain secara rasional dan berdasar, juga dengan cara yang lembut dan manja. Sebab, dia tak ingin papahnya tersinggung dan marah tanpa sebab. Biasanya kalau Lili menyangkal, papahnya hanya pura-pura marah, sambil mencubit pipi Lili dengan mesra kemudian mulai banyak mengeluarkan nasihatnya.

Toh, selama ini belum ada pengekangan-pengekangan yang membuat Lili tak bisa melakukan aktivitas yang dia suka. Di mata keluarganya Lili juga masih anak yang baik, rajin belajar, dan tak pernah macam-macam. Bahkan kadang-kadang ikut membantu pembukuan bisnis keluarga.

Perkembangan Lili dengan kakaknya memang agak berbeda. Lili lebih terbuka daripada kakaknya. Lili yang ketika kecil sangat manja, ternyata kini menjadi gadis yang jauh dari sifat itu. Perubahan besar itu terlihat sejak dia duduk di bangku SMA. Dia mulai menjadi kutu buku dan rakus melahap bacaan apa saja. Keingintahuannya terhadap sejarah, politik, ekonomi dan kebudayaan Indonesia makin tinggi.

Pribadinya semakin mengagumkan, hingga papah-mamahnya dan kakaknya semakin sungkan kepadanya. Lili yang dulu cuek, kini menjadi gadis yang ramah dan peduli dengan sesamanya. Lili yang saat kecil ingin menang sendiri, sekarang punya solidaritas tinggi terhadap siapa saja. Lili yang dulu tak peduli dengan sekitarnya dan hidup dalam lingkungan yang eksklusif – hanya kenal saudara-saudara orangtuanya sesama Tionghoa dan teman sekolahnya – kini suka bergaul.

Lili tumbuh menjadi wanita dewasa yang cerdas, pengertian, penuh wawasan, anggun, arif, dan bijaksana. Karena sifat-sifatnya itu, orangtua dan kakaknya cukup segan kepadanya. Mereka sangat hati-hati menyinggung pribadi Lili. Sehingga, Lili pun dibebaskan mau melakukan apa saja, karena papah-mamahnya tahu dia orang yang bertanggung jawab.

Tanpa disadari orangtua dan kakaknya, pengaruh pembantu setia mereka, Mbok Minah, juga sangat besar dalam perkembangan pribadi Lili yang makin dewasa, arif dan bijaksana. Sejak kecil Lili memang sangat dekat dengan Mbok Minah, bahkan waktunya justru lebih banyak bersamanya. Sebab, kedua orangtuanya sibuk berbisnis.

Beruntung Mbok Minah orang kampung yang sederhana, tapi punya pemahaman hidup plus filosofi yang luar biasa. Dia punya banyak cerita yang membuat Lili sulit berpisah darinya. Dari sejarah Nusantara masa lalu yang dikenal Mbok Minah lewat ketoprak, sampai dongeng-dongeng daerah dan berbagai cerita wayang yang mengajarkan banyak kearifan. Sampai kini, Lili tak pernah bosan mendengarkan dongeng dari Mbok Minah.

Dongeng-dongeng yang diceritakan Mbok Minah dengan baik itu membuat Lili lebih berperasaan membumi atau mengindonesia, daripada kakaknya atau bahkan orangtuanya. Sampai-sampai terkadang dia tak merasa menjadi orang keturunan. Filosofi dan kearifan-kearifan hidup Mbok Minah dan dongeng-dongengnya, sangat mempengaruhi Lili.

Pengaruh buku yang dia baca juga sangat besar. Karena suka buku pula dia kenal sosok pemuda keturunan bernama Soe Hok Gie, tokoh aktivis mahasiswa Indonesia tahun 1960-an. Bahkan dia mengidolakannya. Dia makin merasa punya kedekatan dengan Soe Hok Gie, karena sama-sama tinggal di daerah Kebon Jeruk, Kota. Meski sebagai gadis Cina, dia memiliki rasa nasionalis tinggi, mau peduli, dan makin aktif ikut aksi mahasiswa.

Tapi, perkembangan Lili terakhir rupanya mulai menggugah perhatian keluarganya. Mereka seolah kurang suka, karena Lili menjadi punya pandangan-pandangan, sikap, atau pemikiran yang menjadi aneh di mata keluarganya.

Orangtuanya pun mulai takut kalau Lili menjadi liar dan tidak seperti yang mereka inginkan. Itu terlihat dari makin seringnya papah-mamahnya memberi nasihat-nasihat kehidupan. Terutama papahnya, seolah kurang suka dengan cara pandang dan sikap Lili yang semakin sulit mereka pahami setiap mereka ada kesempatan ngobrol sekeluarga. Seperti suatu saat Lili menceritakan kekagumannya kepada Soe Hok Gie, papahnya langsung kaget.

Sejarah Soe Hok Gie dianggap papahnya tak memiliki manfaat apa pun dalam kepentingan mereka. Serta-merta dia mengatakan, “Apa yang bisa diambil dari kisah Soe Hok Gie untuk bisnis kita? Dia itu aktif di dunia politik, sementara kamu calon pebisnis. Sebaiknya membaca buku-buku bisnis dan ekonomi saja.”

Pandangan seperti itu menjadi salah satu yang tak disetujui Lili, tapi dia enggan menanggapinya. Takut menimbulkan amarah atau percekcokan. Hal yang terlalu sering dijaga Lili di keluarganya. Sebab, dia hanya punya sedikit waktu berkumpul dengan papah-mamahnya. Sayang kalau diisi dengan percekcokan.

Bagi ayahnya, uang dan kekayaan sangat penting. Sebab, katanya, kekayaan pula yang mampu membangun masa depan, kebahagiaan, dan kemudahan. Ibarat kata, uang bisa membeli apa saja. Kekuasaan seseorang, masih menurutnya, sangat tergantung kepada kekayaan.

Terkadang Lili juga ingin membahas perbedaan-perbedaan pandangan dengan papah-mamahnya dalam suasana sejuk dan akrab, tanpa emosi. Sayang, kesempatannya untuk bertemu dengan orangtuanya sangat jarang. Apalagi ayahnya juga sibuk di dalam berbagai aktivitas perkumpulan dengan sesama pebisnis keturunan Cina. Kalaupun ada, mereka tidak bisa berbicara panjang-lebar. Sejak kuliah, Lili lebih sering mengisi hari Minggu dengan kegiatannya sendiri. Apalagi sekarang ada kesibukan baru, berpacaran dengan Baskara.

Pandangan dan pendirian orangtua lainnya yang tak disetujui Lili adalah soal persahabatan dan perjodohan. Orangtuanya tipe Cina yang sangat primordial dan fanatik. Solidaritas, persahabatan, dan perjodohan harus mengutamakan dengan sesama Cina. Kalau perlu malah sebagai keharusan.

"Di mana pun kita berada, sebaiknya mengingat akar dan bibitnya. Bagaimanapun kamu punya akar dan bibit yang ditanam di Cina. Maka jangan lupakan itu dan hormati leluhurmu juga kaummu. Boleh bergaul dengan siapa saja, tapi lebih dekatlah kamu dengan orang yang  punya akar yang sama.”

Lili hanya diam saja ketika kata-kata itu diucapkan papahnya. Apalagi waktu itu dia masih kelas tiga SMP. Dia hanya tahu papahnya sangat mengagungkan leluhurnya, hingga kadang seolah-olah masih tinggal di Cina. Sedangkan Indonesia hanya ladang bisnis. Itu sebabnya dia tak tertarik dengan dunia politik. Dia hanya tertarik dengan sesuatu jika berhubungan atau bermanfaat buat bisnisnya. Padahal dia juga lahir dan dibesarkan di Indonesia.

Soal pasangan hidup, suatu kali dia pernah menyinggung ketika kakaknya mulai berpacaran dengan sesama Cina. Tapi ayahnya memintanya putus, kemudian mencarikan wanita pilihannya yang kini jadi istri kakaknya. Ini yang jadi ganjalan Lili sampai sekarang. Berpacaran dengan sesama Cina saja belum tentu disetujui, apalagi dengan orang Jawa. Anak laki-laki saja dijodohkan, apalagi perempuan.

Menurut papahnya, soal perjodohan, orangtua tahu mana yang baik bagi anak-anaknya. Baik buat masa depan, berarti memiliki kekayaan. Karena kekayaan pula, katanya, yang menentukan kehormatan seseorang di dunia dan alam baka.

Papahnya juga pernah menekankan agar tetap memilih jodoh yang punya akar yang sama dan sebangsa, karena akan memengaruhi indah-tidaknya, terhormat-tidaknya atau subur-tidaknya pohon silsilah. Itu pun masih harus mempertimbangkan bibit, bobot, dan bebet. [sebelumnya | selanjutnya]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA