KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 15 Februari 2011

PERANG 'KUN YANG' MENGUBAH CHINA

Mungkinkah pasukan yang berkekuatan 20 – 30.000 personil bisa mengalahkan 40.000 personil? Perang Kun Yang yang terjadi sekitar 2.000 tahun lalu, merupakan sebuah kancah pertempuran yang tak berimbang. Namun ternyata pasukan yang lebih sedikit dapat mengalahkan pasukan yang lebih besar.

Pada tahun 8 Masehi, Wang Mang (pejabat tinggi Dinasti Han) berhasil mengudeta Dinasti Han Barat dan mendirikan dinastinya sendiri. Namun reformasi tidak dijalankan dengan benar, undang-undang juga kerap kali  diubah, sehingga  menyebabkan pemerintahan bobrok di masa akhir Dinasti Han Barat dan situasi kemerosotan ekonomi tidak ada perbaikan, malah semakin parah. Pemberontakan meletup dimana-mana, karena kehidupan rakyat yang kian berat.

Lu Lin melawan Mang dan angkat Liu Xuan jadi Kaisar

Di antara pasukan pemberontak, kelompok Lu Lin (Rimba Hijau) dan Chi Mei (Alis Merah) termasuk yang paling kuat. Pasukan Lu Lin menjadikan prefektur Jing Zhou sebagai pangkalan utama, terutama terbentuk oleh pengonsentrasian pasukan Liu Xuan, Liu Yan dan Liu Xiu (ketiga orang ini masih kerabat istana).

Pada bulan satu tahun 23 Masehi, 4 tahun pasca kudeta Wang Mang, pasukan Lu Lin memanfaatkan peluang saat pasukan Wang Mang tengah bergerak ke timur untuk menggempur pasuk-an Chi Mei di Bi Shui (kini Kota Bi Yang – Provinsi He Nan) yang memusnahkan pasukan Jenderal Zhen Fu dan Liang Qiuci. Setelah itu mengalahkan pasukan Yan You dan Chen Mao di Yu Yang (kini daerah timur laut Xin Ye, Provinsi He Nan). Kekuatannya berkembang hingga 100.000 tentara dan menjadi kekuatan utama melawan Wang Mang.

Bulan kedua, pasukan Lu Lin dari Jing Zhou mengangkat Liu Xuan sebagai kaisar. Ia segera memulihkan sistem pemerintahan Han Barat dan mengganti simbol kenegaraan serta memperbarui nama pemerintahan, dengan semboyan “Memusnahkan Xin (= baru, simbol si pengudeta) dan Memulihkan (dinasti) Han”.

Pasca Liu Xuan naik tahta, ia mengonsolidasikan 100.000 pasukan menyerang Wan (Nan Yang – Provinsi He Nan). Pada bulan ketiga, ia mengangkat Wang Feng sebagai panglima utama yang memimpin 20.000 personil dari Liu Xiu, Wang Chang dan Li Yi untuk bergerak menyerang Kota Ying  Chuan dan Luo Yang serta menduduki Kun Yang (Kabupaten Ye – Provinsi He Nan) dan Ding Ling (kini di bagian barat laut Kota Yan Cheng – Provinsi He Nan).

Pasukan besar Wang Mang kepung Kun Yang

Dalam menghadapi serbuan pasukan Han, maka Wang Mang secepatnya mengutus pejabat tinggi Wang Yi menuju Luo Yang untuk bergabung dengan pejabat tinggi Wang Xun yang telah mengumpulkan 40.000 pasukan dari berbagai provinsi, ditambah dengan pasukan hewan liar seperti harimau, macan tutul, badak dan gajah. Kala itu pasukan mereka dijuluki Pasukan Besar Sejuta, maju ke arah selatan dengan penuh kekuatan dan berupaya memusnahkan pasukan Han.

Ketika pasukan Wang Mang semakin dekat, pasukan Han di Kun Yang hanya tersisa 9.000 personil. Komandan Wang Feng khawatir dengan minimnya jumlah pasukan tidak akan mampu menandingi musuh, maka mereka berniat meninggalkan kota untuk mundur dan bertahan di Prefektur Jing Zhou.

Sebaliknya Liu Xiu beranggapan “pengonsentrasian pasukan malah bisa menang dan pasukan yang tercerai-berai sulit mempertahankan keselamatan”. Ia dengan gigih meyakinkan para jenderal untuk mempertahankan Kun Yang. Bahkan Liu Xiu sendiri memimpin 13 prajurit kavaleri keluar dari kota pada tengah malam menuju Ding Ling dan Kabupaten Yan guna memobilisasi pasukan dan perwira untuk kembali melakukan perlawanan di Kun Yang.

Sekitar bulan kelima, Wang Yi dan Wang Xun memimpin pasukan dari daerah barat keluar dari Luo Yang bergerak ke selatan menuju Ying Chuan (kini Kabupaten Yu – Provinsi He Nan), bergabung dengan kedua pasukan Yan You dan Chen Mao. Yan You mengusulkan siasat dan menggempur Kota Wan dulu (kala itu pasukan inti Lu Lin berada di Kota Wan ini), dengan merebut Kota Wan, otomatis Kun Yang bisa dengan mudah ditaklukkan.

Takabur, Pasukan Mang keteteran

Akan tetapi Wang Yi mengandalkan pasukan yang unggul jumlah malah menjadi takabur dengan tidak mengakomodasi siasat Yan You. Ia menempatkan ratusan ribu personil mengepung kota kecil Kun Yang serta membentuk puluhan lingkaran kepungan.

Kemudian, Wang Yi melancarkan serbuan ke Kota Kun Yang dan menggali terowongan bawah tanah serta mencipta Kendaraan Awan (biasanya berupa perangkat tangga jangkung agar dapat menaiki tembok kota). Pasukan Han yang terkepung rapat di Kun Yang, karena tidak ada jalan mundur, setiap orang mati-matian mempertahankan kota. Sedangkan pasukan Wang Mang yang menghadapi situasi perang cukup lama, mereka merasa lelah dan semangat tempurnya menurun.

Bulan keenam, pasukan bantuan yang dipimpin Liu Xiu akhir-nya tiba di Kun Yang. Sebelum tiba di depan Kota Kun Yang, Liu Xiu berdiri paling depan dan memimpin sendiri pasukan khusus menggempur pasukan Mang dan berhasil membinasakan ribuan pasukan Wang Mang. Semangat tempur pasukan Han meluap.

Sukses dengan kemenangan pertama, dengan 3.000 pasukan pemberani Liu Xiu menyerang dari arah belakang musuh dan secara diam-diam menyeberangi Sungai Kun (kini Sungai Hui – Kabupaten Ye – Provinsi He Nan) serta melancarkan serangan sengit ke markas besar Wang Yi.

David lawan Goliath Liu Xiu jadi pahlawan

Meski sudah menelan kekalahan berulang kali Wang Yi masih saja mengentengkan lawan. Ia memerintahkan jenderalnya tidak boleh memimpin pasukan, hanya ia dan Wang Xun yang akan memimpin puluhan ribu pasukan untuk menyambut musuh. Dalam kancah perang yang seru, pasukan Mang kalah lagi, para prajurit dan kuda Wang Yi dalam posisi terjepit dan Wang Xun juga terbunuh. Wang Feng yang berjaga di dalam kota Kun Yang, menyaksikan pasukan Han di luar kota terus menang dalam beberapa kali peperangan, maka selagi menang, ia ikut menyerang keluar.

Pasukan Wang Mang karena kehilangan panglima, diserang musuh dari depan dan belakang maka terjadi kekalutan besar, ditambah Liu Xiu dengan sengaja menghembuskan isu “pasukan dari Wan sudah menyusul tiba”. Para prajurit berlari-an menyelamatkan diri dan saling menginjak, sehingga mayat mereka bergelimpangan di mana-mana.

Justru di saat itulah, cuaca seolah memperburuk kekalahan pasukan Mang, sekonyong-konyong terjadi angin besar, awan hitam dengan cepat menyebar dan menggelantung, dalam sekejap, hujan turun bagai air bah, sampai-sampai air Sungai Zhi meluap. Pasukan Mang yang terhanyut oleh banjir mencapai puluhan ribu orang.

Pasukan Mang kalah telak, pasukan besar itu kocar kacir. Pasukan Han memperoleh sitaan kuda, persenjataan, logistik dan tawanan perang sehingga semakin kuat. Para penguasa lokal berbondong-bondong mengibarkan nama pemerintahan Han dan tunduk pada perintah rezim baru.

Sedangkan jenderal pasukan Han seperti Liu Xiu, berkat kegigihannya dan bantuan dari alam, ia menjadi pahlawan yang dengan pasukan minim berhasil mengalahkan pasukan besar. Dalam sekejap namanya menggetarkan seantero negeri. Beberapa tahun kemudian, ia berhasil menduduki tahta kaisar Dinasti Han Barat dengan gelar Kaisar Guang Wu (Guang Wu Di).  [Disalin oleh: Mei-Ing]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA