KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 24 Mei 2011

MEREKA MEMPERKOSA KEKASIHKU (54-55)

Beberapa lelaki tanpa dikomando langsung mengobrak-abrik setiap ruangan. Mereka mengumpulkan setiap barang berharga yang mudah dibawa dan dimasukkan ke dalam karung, termasuk ponsel. Bahkan pesawat telepon pun diambil agar yang punya tak bisa menelepon. Lili dan keluarganya semakin ketakutan. Papahnya mencoba bernegosiasi.

“Apa yang Anda inginkan. Ambil harta kami, tapi tolong jangan sakiti kami,” katanya.

Pria yang bertindak sebagai pimpinan itu tertawa terbahak-bahak, diikuti lainnya. Dia kemudian mendekati Lili dan meraihnya.

“Apa yang akan Anda lakukan terhadap anak kami? Tolong jangan sakiti dia,” ujar Thio Hok Kie mencoba meraih Lili kembali. Tapi sebuah pukulan pria lainnya membuatnya roboh. Mbok Minah, Lili, dan mamahnya berteriak histeris. Apalagi seseorang kemudian mengikat Thio Hok Kie. Lili terus teriak dan meronta-ronta.

“Kamu ingin tahu apa yang akan kami lakukan terhadap anak kamu? Ini!” kata sang pimpinan itu, sambil merobek gaun Lili. Lili teriak histeris dan terus meronta-ronta, tapi sia-sia. Lelaki yang lainnya malah tertawa, kemudian memegangi Lili agar tak bisa meronta lagi.

Papah Lili mencoba berontak, tapi tak kuasa melepaskan ikatannya. Mulutnya pun juga diikat kain. Mbok Minah kemudian juga diikat pria lainnya. Mamah Lili tiba-tiba memiliki keberanian. Dia teriak dan mencoba menyerang orang yang memegang Lili, tapi sebuah tangan lelaki kekar langsung menyahutnya dan memeluknya sampai berguling-guling di lantai.

Lili hanya bisa teriak dan meronta-ronta, tapi segera tak berdaya. Sebuah tragedi terbesar menimpanya. Sang pemimpin itu memperkosa Lili tanpa bisa dia tolak, begitu juga mamahnya. Lili hancur bukan kepalang.

Seolah-olah seribu kematian menjemputnya. Tiba-tiba matanya gelap, tapi masih merasakan rasa sakit yang bertalu-talu. Dia masih bisa mencium bau busuk dari mulut pria itu masuk ke mulut dan hidungnya, seperti tusukan pedang. Samar-samar juga dia dengar tawa para lelaki itu, terkesan bersorak-sorai. Entah, sudah berapa lelaki yang telah andil menghancurkan kesucian Lili dan mamahnya, dia tak tahu. Sebab, yang ia rasakan hanya kehancuran dan kematian. Lili pingsan dalam kehancuran.

Setelah para lelaki itu pergi membawa jarahannya dan telah menebarkan neraka di rumah itu, Mbok Minah yang dari tadi dipegangi salah seorang berandalan, hanya bisa menangis sesenggukan, sambil mengambil kain untuk diselimutkan ke tubuh Lili dan mamahnya yang dalam keadaan telanjang dan masih pingsan. Kemudian dia lepaskan ikatan tuannya yang tampak terpukul berat dan lemas lunglai.

Begitu ikatan di mulutnya lepas, Thio Hok Kie langsung teriak histeris. Dia kalap, membanting barang-barang rumah. Setelah lelah, dia menghampiri istrinya dan memeluknya. Tangisannya semakin keras. Kemudian gantian dia menghampiri Lili. Kini tangisnya semakin keras. Dia pegang kaki Lili dan menciumnya.

“Maafkan Papah tak bisa melindungimu. Oh, Dewa, apa salah kami? Cabutlah saja nyawa kami semua agar tak menanggung penderitaan ini! Aaaaaaach!!!”

Mbok Minah pun semakin keras tangisnya. Tangisan kedua insan itu begitu mengerikan, seperti terompet kematian yang menggetarkan jiwa. Saking kerasnya, tangisan mereka membuat Lili dan mamahnya akhirnya siuman. Mereka segera menyadari nasib yang menimpa mereka. Mamah Lili segera memburu anaknya dan merangkulnya. Thio Hok Kie pun merangkul mereka. Empat insan itu teriak dan menangis bersama.

“Bajingan! Bajingan! Bajingan!” teriak Thio Hok Kie mengutuk para setan yang baru saja menebarkan maut di rumahnya.

Raungan tangisan mereka pun semakin mengerikan, hingga siapa pun yang mendengarkan – kecuali setan-setan yang baru saja berlalu – akan merinding dan ikut tergoncang jiwanya.

Part.55

Ternyata kesibukan Baskara luar biasa. Dia pun tak jadi ke rumah Lili, karena tak ada kesempatan sedikit pun. Tanpa disadari, dia terus larut dalam pekerjaan dan emosinya.

Sejak berada di Yogya Plaza, perasaannya memang semakin tidak enak. Ketakutan dan kecemasan mengganggu hatinya. Dia merasa tercekam. Tak hanya oleh peristiwa di Jakarta yang begitu mengerikan, tapi juga ada semacam firasat buruk. Apalagi, dia kemudian tak bisa menghubungi Lili. Ponselnya tidak aktif. Ketika menghubungi telepon rumahnya, juga tak aktif. Dia semakin penasaran.

Tiba-tiba Baskara mengutuk dirinya sendiri. Dia terlalu larut dalam kesibukan memotret dan mengejar obyek yang memang terlalu banyak yang menarik dalam kerusuhan dua hari ini, sampai-sampai kurang memikirkan keadaan Lili. Sementara waktu berjalan begitu cepatnya, hingga jatuh masa Isyak.

Dia pun semakin tak sempat mampir ke rumah Lili sekadar mengecek keadaannya dan keluarganya, karena harus segera ke kantor menyerahkan foto-fotonya.

Memang dilema baginya. Di satu sisi harus memburu foto-foto terbaik, di sisi lain sebenarnya dia juga merasa kekasih dan keluarganya terancam. Foto-foto cepat dia seleksi yang terbaik dan diberikan kepada redakturnya untuk segera dipilih yang terbaik buat penerbitan esok hari.

Selesai sudah tugasnya. Tentu untuk sementara, karena keadaan begitu cepat berubah. Setiap peristiwa bisa tiba-tiba terjadi. Tapi dia ingin segera ke rumah Lili. Tak peduli harus menerima dampratan orangtuanya lagi. Ini keadaan genting dan dia mulai merasa Lili dan keluarganya terancam. Baskara merasa harus berbuat sesuatu.

Dia segera pamit kepada redakturnya untuk sebentar mengurus masalahnya. Tapi, baru beberapa langkah, dia dicegat Lukito. “Bas, gawat. Ada kabar ternyata kerusuhan ini lebih parah. Tak hanya penjarahan dan perusakan serta intimidasi, tapi ada beberapa kasus pemerkosaan juga. Dan, kemungkinan tak terjadi di satu tempat, tapi di banyak tempat. Aku belum punya datanya, tapi sudah mendengar kabar itu,” kata Lukito.

Baskara serasa dihantam godam. Firasat buruknya semakin membesar. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Lukito, dia langsung berlari dan mengambil sepeda motor yang tadi dia pakai bekerja. Dalam keadaan seperti ini, memakai motor memang lebih lincah dan aman, pun cepat dan gesit. Tanpa banyak pikir, dia langsung meluncur ke rumah Lili.

Keadaan jalanan Jakarta masih begitu gelap dan mencekam. Sisa-sisa api masih menyala di beberapa gedung dan pertokoan. Beberapa massa masih sesekali terlihat untuk mencoba menjarah. Namun petugas keamanan sudah mulai terlihat di beberapa pojok.

Harmoni sudah dia lewati dengan aman. Hanya beberapa detik lagi dia sampai di Kebon Jeruk, Kota. Baskara semakin cemas, menyadari betapa parahnya akibat kerusuhan di daerah Kota.

“Semoga kerusuhan tak menjamah rumah Lili,” doanya.

Dia mulai masuk gang menuju rumah Lili. Tampak sepi, gelap dan mencekam, seolah mau masuk ke areal kuburan. Sampai juga dia di dumah Lili. Tapi rumah itu gelap dan tampak sepi. Baskara semakin panik dan langsung masuk, karena pintu pagar tak terkunci. Dia mendapati pintu rumah yang rusak. Ya Tuhan, rumah Lili terjamah kerusuhan biadab itu.

“Lili…! Lili…! Lili…!” teriakan histeris Baskara tak ada yang menyahut. Dalam waswas, kesedihan dan rasa teriris, dia segera memberanikan diri masuk dan memeriksa setiap ruang. Barang-barang tampak kacau dan berantakan. Tak seorang manusia pun ada di rumah itu. Baskara pun terpukul begitu hebatnya.

“Bajingaaaaaan! Biadab! Mahluk apa yang begitu kejamnya merusak kota dan hidup manusia? Mahluk neraka macam apa kalian hingga tega melakukan kehancuran di mana-mana?” rutuknya, emosi yang terakumulasi selama dua hari ini meledak. Sempurna pula kemarahan dan keprihatinannya terhadap apa yang terjadi di Jakarta dalam dua hari itu. [sebelumnya | selanjutnya]

http://yinnihuaren.blogspot.com
Email dari: Chen Mei Ing, Jakarta

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA