Dipimpin oleh Dr. Ruchi Gupta dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, tim peneliti mensurvei lebih dari 40.000 rumah tangga yang memiliki anak di Amerika Serikat.
Mereka menemukan bahwa hampir delapan persen anak atau hampir enam juta orang di bawah usia 18 tahun, menderita alergi terhadap makanan. Kondisi ini melipatgandakan persentase yang diperkirakan oleh National Health Interview Survey pada 2007.
Dari hasil survei didapatkan, 30,4 persen anak menderita multi alergi dan hampir 40 persen anak pernah mengalami reaksi yang parah, dengan penyebab alergi terbanyak adalah kacang, susu, dan kerang.
"Dengan melibatkan populasi yang demikian besar, penelitian ini dapat menunjukkan bahwa makanan penyebab alergi merupakan masalah penting dan semakin berkembang dalam masyarakat," kata Gupta dalam siaran persnya. "Berdasarkan data yang dihimpun, sekitar 1 dari setiap 13 anak menderita alergi terhadap makanan tertentu. Terlebih, hampir 2 dari setiap 5 anak penderita alergi mengalami alergi makanan yang parah."
"Bagi anak-anak ini, konsumsi makanan yang dapat menyebabkan alergi mengakibatkan kesulitan bernapas, penurunan tekanan darah secara tajam, dan bahkan kematian," tambahnya. "Sekarang ketika kita telah memahami sejauh mana masalah makanan menjadi penyebab alergi, kita dapat mulai mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga agar anak-anak kita aman."
Para peneliti juga menemukan perbedaan prosentase dan secara formal mendiagnosis makanan penyebab alergi berdasarkan ras, pendapatan, dan distribusi geografis.
Anak-anak Asia dan anak berkulit hitam memiliki peluang lebih tinggi menderita alergi makanan dibandingkan dengan anak kulit putih non-Hispanik, tetapi memiliki peluang yang lebih rendah menerima diagnosis medis.
Demikian juga, rumah tangga dengan pendapatan lebih rendah dari 475 juta rupiah memiliki kemungkinan 1 banding 2 menderita alergi makanan dibandingkan rumah tangga yang memiliki pendapatan lebih dari 475 juta rupiah, tetapi juga memiliki setengah kemungkinan menerima diagnosis.
Para peneliti menemukan bahwa mereka yang tinggal di luar Midwest (negara-negara bagian utara Amerika Serikat) memiliki peluang lebih tinggi mengalami alergi makanan dibandingkan dengan mereka yang hidup di luar Midwest.
"Dengan memahami mengapa sebagian anak terpengaruh oleh makanan yang mengakibatkan alergi sementara yang lain tidak, akan membuat kita lebih memfokuskan upaya untuk menemukan obat yang diperlukan," kata Gupta. [Ginger Chan, New York, Tionghoanews]