Darah Tionghoa mengalir deras dalam tubuh Astrid Ellena. Orangtuanya asli Tionghoa, begitupun dengan kakek dan neneknya. Tak heran kalau dia sangat menguasai budaya Tionghoa. "Mama dan papa saya, bahkan kakek dan nenek saya, keturunan Tionghoa. Jadi, saya tahu tentang budaya dan adat istiadat Tionghoa seperti tata cara makan dalam pesta pernikahan, hari-hari besar Tionghoa, dan banyak lagi tradisi orang Tionghoa," aku anak bungsu dari dua bersaudara itu ketika ditemui di Hard Rock Cafe, Jakarta Pusat.
Bukan hasil membaca atau mendengar cerita dari ayah atau ibunya, semua itu diketahuinya karena keluarga besarnya konsisten mempertahankan budaya leluhur. "Saya tahu budaya Tionghoa karena sudah saya jalani di keluarga besar secara turun-temurun. Saya tidak mempelajari budaya Tionghoa dari sisi akademik atau teorinya saja. Itu penting karena budaya Tionghoa sudah menjadi bagian budaya Indonesia secara menyeluruh," kata mahasiswi Universitas Pelita Harapan jurusan Hubungan Internasional itu lalu tersenyum. Mengenai kemampuan berbahasa Mandarin, tak perlu lagi dipertanyakan.
Astrid mulai belajar bercas-cis-cus dalam bahasa Mandarin saat duduk di bangku SD. Bahkan saat tinggal di Amerika Serikat beberapa tahun lalu, dia tidak berhenti mempelajarinya. "Saya sempat mengambil kelas Mandarin di Amerika. Artinya, saya bukan sekadar bisa, tapi saya menjadikannya sebagai skill tersendiri. Apalagi, saat ini bahasa Mandarin sejajar dengan bahasa Inggris. Ini sudah diprediksi orangtua saya. Buktinya, saya sudah les bahasa Mandarin sejak masih SD," tuturnya.
Teman-teman percaya ngak? Dia juga ikut bergabung dalam blog dan facebook pages Tionghoa. [Liana Yang / Surabaya / Tionghoanews]