Tengok saja data Guinness World Records 2011. Dari 10 jembatan terpanjang dan terbesar di dunia, tak tanggung-tanggung, tujuh di antaranya berada di China. Jembatan Bang Na Expressway di Thailand menempati peringkat empat. Jembatan Lake Pontchartrain Causeway dan Manchac Swamp Bridge di Amerika Serikat masing-masing berada di urutan tujuh dan delapan. Selebihnya, ada di China.
Gelar jembatan terpanjang di dunia saat ini disematkan kepada Danyang-Kunshan Grand Bridge. Memiliki panjang 164,8 km, jembatan itu digunakan sebagai rel kereta super cepat yang menghubungkan dua kota utama di China, Beijing dan Shanghai.
Membentang dari Shanghai hingga Kota Nanjing di Provinsi Jiangsu, China sebelah timur, jembatan ini melintasi perairan di atas Danau Yangcheng di Kota Suzhou sepanjang 9 km. Pembangunannya baru rampung 2010 kemarin dan mulai digunakan bagi layanan kereta super cepat setahun kemudian.
Dan China seperti tak pernah puas. Mereka terus membangun jembatan-jembatan mahapanjang lainnya.
Pada 30 Juni 2011, misalnya, China meresmikan Qingdao Haiwan Bridge, yang dikenal sebagai jembatan lintas perairan terpanjang di dunia. Jembatan Teluk Jiaozhou—begitu nama lain jembatan berbentuk huruf 'T' ini--dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas dan menjulur sepanjang 41,58 km dari Distrik Huangdao di Kota Qingdao sampai Pulau Hongdao.
Media Barat mengakui jembatan ini telah melampaui Jembatan English Channel--yang menghubungkan Inggris dan Prancis--serta hampir 6 km lebih panjang dari pemegang rekor sebelumnya, yaitu Jembatan Lake Pontchartrain Causeway di negara bagian Louisiana, AS. "Jembatan itu 174 kali lebih panjang dari Tower Bridge di London," tulis Daily Mail.
Pembangunannya menelan dana yang nauzubillah. Menurut harian The Telegraph, jembatan yang baru selesai dalam empat tahun itu berbiaya 5,5 miliar poundsterling, atau sekitar Rp76,9 triliun. Hebatnya, pengembangnya bukan perusahaan asing, tapi perusahaan nasional China sendiri. Ditopang 5.200 tiang pancang, megaproyek ini dibangun oleh Shandong Gausu Group.
Menurut Telegraph, kendati sudah diresmikan, jembatan itu baru dibuka untuk umum pada 2011 ini. Memiliki enam lajur, Jembatan Teluk Jiaozhou dirancang mampu menyeberangkan 30 ribu mobil setiap hari dan bakal memotong 20-30 menit waktu tempuh Qingdao-Hongdao.
Strukturnya dibuat super kokoh--bakal kuat menahan guncangan gempa bumi hingga berkekuatan 8 Skala Richter, angin topan berkecepatan 125 mil per jam, termasuk bila ditabrak kapal seberat 300 ribu ton.
Menurut Shandong Gausu Group, proyek kebanggaan mereka itu dikerjakan sedikitnya 10 ribu orang, yang bekerja penuh 24 jam seminggu selama empat tahun. Para pekerja dibagi dalam dua shift untuk mengangkat dan menyambung 450 ribu ton baja--yang cukup untuk membangun 64 Menara Eiffel--serta 2,3 juta kubik beton--setara untuk membangun 3.800 unit kolam renang standar olimpiade.
China merasa perlu membangun Jembatan Teluk Jiaozhou lantaran wilayah itu sangat strategis. Dengan pertumbuhan ekonomi hingga 16 persen setahun, Qingdao merupakan salah satu kota termakmur dan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat di China.
Berpenduduk 4,3 juta jiwa, Qingdao dikenal sebagai wilayah di mana pangkalan utama bagi Angkatan Laut China berada. Kondang dengan pantainya yang indah, Qingdao adalah salah satu daerah tujuan wisata utama. Di sini pula ada kota produsen bir kebanggaan China, Tsingtao. Pada 2009, menurut hasil survei, Qingdao disebut sebagai kota paling layak huni di China. Itulah sebabnya pembangunan jembatan baru ini digolongkan sebagai kebijakan ekonomi strategis Pemerintah China.
Jembatan itu dielu-elukan penduduk setempat. "Saya sangat gembira atas selesainya jembatan itu. Pasalnya, jembatan lama yang menghubungkan Qingdao dan Huangdao sudah begitu padat dilalui kendaraan dan dengan adanya jembatan baru perjalanan saya bisa makin lancar," kata seorang warga saat menulis kesannya di sina.com, portal terbesar di China.
"Kota kami itu adalah kota turis dengan pantainya yang indah. Maka penting sekali dibangun fasilitas perhubungan yang baru," lanjut warga yang tidak disebut namanya itu.
Namun, ada juga yang mengritik. "Menghabiskan miliaran Yuan hanya untuk menghemat waktu 20 menit berkendara, cuma membuang-buang uang pembayar pajak saja," demikian komentar pedas seorang warga Provinsi Jilin, seperti dikutip Daily Mail.
Dan China seperti tak pernah puas. Mereka terus berambisi membangun jembatan-jembatan mahapanjang lainnya.
Proyek ambisius mereka berikutnya adalah jembatan yang bakal menghubungkan kawasan segitiga emas: Provinsi Guangdong-Hong Kong-Makau. Jembatan ini akan membentang sepanjang hampir 50 km, melebihi Jembatan Teluk Jiaozhou. Pembangunannya sudah dimulai sejak Desember tahun lalu.
Diperkirakan bakal menyedot 6,5 miliar poundsterling atau sekitar Rp90,9 triliun, jembatan ini ditargetkan selesai pada 2016 nanti. Struktur, lebar, dan kekuatannya kemungkinan akan dibuat sama persis dengan yang di Jiaozhou; kata Zhu Yongling, salah seorang pejabat yang bertanggungjawab atas proyek itu.
"Melalui jaringan yang lebih nyaman dan cepat, layanan keuangan, pariwisata, perdagangan, logistik, dan profesional Hong Kong bisa terintegrasi lebih baik dengan kawasan Delta Pearl River dan kawasan di sekitarnya," kata Donald Tsang, Kepala Eksekutif Hong Kong, seperti dikutip Daily Mail.
Soal membangun jembatan, seperti kata pepatah, tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China. [Mei Cu / Timika / Tionghoanews]