KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 21 Januari 2012

DIMALAM IMLEK

Malam meranggas, perlahan tetapi pasti mengusir senja pergi bersama mentari ke ufuk barat. Aku duduk di teras belakang rumah Akong Chang, menyendiri dari semarak kemeriahan Imlek yang telah lewat. Berbagai kue manis seperti kue keranjang, lapis legit, kue nastar, kue semprit, kue mawar, serta manisan kolang-kaling sukses membuat perutku kenyang. Kue keranjang adalah kue favoriteku saat imlek, kue keranjang terbuat dari tepung ketan dan gula yang ditaruh dalam wadah berbentuk keranjang.

Aku menyukai kue keranjang karena rasanya yang enak apalagi kalo digoreng dan diberi madu atau coklat. Selain kenyang, kantung bajuku penuh terisi dengan amplop merah berisi uang atau angpao yang diberikan oleh keluarga besarku yang telah bekerja dan menikah. Angpao biasanya diberikan kepada mereka yang belum menikah sebagai tanda semoga mendapat rejeki yang baik di tahun ini.

Momen pembagian angpao selalu menjadi momen paling ditunggu-tunggu Tetapi meski perut kenyang dan kaya karena Angpao, ada gundah yang menyelimuti hatiku. gundah yang selalu muncul di saat imlek, yaitu perbedaanku dengan keluarga besarku.

Namaku Meylin, aku adalah seorang anak tunggal. Akong Chang papah, mamahku adalah orang China asli sedangkan Ama Lin Mamah dari Mamahku adalah orang China campuran Indonesia. Pada tahun 1960an, Akong Chang berlayar dari China menuju ke Indonesia.

Maksud hati ingin berdagang dan tinggal sebentar di Indonesia, beliau malah jatuh cinta pada gadis keturunan Tionghoa tidak lain tidak bukan adalah Amaku. Mereka menikah menetap di Indonesia dan kemudian dikarunia empat orang anak yaitu Akiu Lym, Akiu Sun, Mamahku Leley dan Leile Ling.

Ketiga saudara Mamahku telah menikah dan mempunyai anak. Berbeda dengan Mamahku, yang meskipun mempunyai aku sebagai anaknya, dia tak memiliki suami.
Seluruh keluarga besar Mamah juga sepertinya tidak terlalu memperhatikan hal itu.

Aku mula-mula juga menganggap hal itu biasa saja, toh kasih sayang mamah selalu cukup dan aku tak lagi memikirkan keberadaan papahku. Hanya saja semua berubah semenjak aku menyadari sesuatu yang berbeda. Wajahku sama sekali tidak terlihat seperti orang keturunan tioghoa.

Mataku bulat tidak sipit seperti mata mamah atau keluargaku yang lain, Rambutku ikal tidak lurus seperti keluargaku yang lain. Yang membuat kami kelihatan sama adalah warna kulit kami yang putih. Sebenarnya semua itu tak pernah aku pikirkan sampai aku mendengar perkataan Cece Vero dan Cece Yuni kakak sepupuku anak Akiu Lim saudara laki-laki tertua mamah beberapa hari lalu.

"Meylin itu semakin dewasa semakin tak mirip kita, yah?" Cece Yuni berkata.
"Hush! Jangan begitu bagaimanapun dia itu anak Ako Leley." Jawab Cece Vero.
"Iya aku tahu! Kasihan Ako Leley. Tetapi apa mau dikata, meski berbeda Meylin tetap adik kita yang baik." Kata cece Yuni lagi.

"Ahhh sudahlah! Kalo rencana Tuhan sudah begitu. Apa mau dikata?" Jawab cece Vero.
Percakapan mereka itu membawa tanda tanya besar dalam hatiku. Selama dua belas tahun aku hidup, untuk pertama kalinya aku mempertanyakan asal usulku. Yah, kenapa aku begitu berebeda dari mereka? Siapakah Papahku? Apakah akau anak pungut? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hatiku, membuatku semakin pusing saja.

"Meylin, kamu di sini rupanya." Sebuah suara tiba-tiba tersengar, memecahkan lamunanku. Aku menoleh ke sumber suara dan mendapati mamahku sedang berjalan ke arahku.

"Meylin sedang ingin sendiri, Mah!" Aku berkata kemudian. Mamah duduk di sampingku dan membelai rambut keritinku lembut.
"Akong dan Ama mencarimu. Kau belum mendapat angpao dari mereka." Kata mamah lagi. Aku terdiam tidak menunjukan ekspresi apa-apa.

"Ada apa? Ada yang menganggu pikiranmu?" kata mamah kemudian, dia bingung melihat aku yang tidak bersemangat dengan angpao. Aku menatap mamah lembut.

"Mah, Meylin ingin tanya siapakah papah Meylin? Kenapa Meylin tidak bermata sipit seperti mamah?" Tanyaku kemudian. Kulihat raut wajah Mamah berubah.

****
Aku menatap Meylin putriku yang berusia dua belas tahun terperangah. Sungguh aku tidak menyangka pertanyaan itu akan keluar juga dari mulutnya setelah selama ini tak sedetikpun kata itu terucap. Ayah! Yah, aku tahu kelak Meylin akan bertanya tenatang siapa Ayahnya dan aku sungguh tak tahu harus dimulai dari mana untuk menceritakanya.

Namaku Leley. Usiaku dua puluh tahun saat itu. Cantik, muda dan penuh semangat! Itulah gambaran masa mudaku. Semasa hidupku aku tak pernah kekurangan. Papahku yang adalah orang China asli mempunyai sebuah toko besar tempat dia menjual berbagai macam kain. Mamahku yang seorang keturunan Tionghoa membantu papah di toko kain mereka. Toko kain itu sangat berkembang dan luas, dan tentunya laku keras. Karena usahanya itu, Papah berhasil menyekolahkan anak sulungnya Koko Lim ke sekolah kedokteran dan anak keduanya Koko Sun ke sekolah Hukum.

Saat Itu kedua kakakku sudah bekerja tinggal aku yang masih berkuliah mengambil jurusan Ekonomi dan adikku Ling yang masih duduk di bangku SMP. Dan terjadilah peristiwa itu, peristiwa mengerikan yang membawa duka di keluarga kami. Mula-mula santer terdengar kabar bahwa terjadi krisis finansial di Asia lalu disusul penembakan empat orang mahasiswa Triskati dan yang terjadi kemudian adalah seluruh toko dan usaha orang keturunan Tionghoa dibakar dan dihancurkan.

Berbagai makian dilontarkan kepada kami dan yang menjadi puncak dari semua itu adalah beberapa pria pribumi yang berhasil mencegatku saat hendak pulang ke rumah. Aku sedang di kampus ketika mendengar orang-orang pribumi mengamuk dan membakar semua usaha oranng-orang keturunan Tionghoa. Aku yang khawatir dengan keadaan mamah dan papah segera berlari pulang ke rumahku dan tidak menyadari toko-toko di daerah itu telah dihancurkan orang-orang tak beradap itu.

Yang aku ingat kemudian aku diseret menuju banngunan toko yang telah dihancurkan, kemudian digagahi oleh tiga orang pria. Yang aku ingat tiga hari kemudian aku telah berada di rumah sakit dikelilingi oleh keluargaku yang sedih dan mengais terharu. Yang aku ingat kemudian adalah dokter menyatakan aku hamil.

Kehamilanku diterima dengan lapang dada oleh keluargaku.
"jangan gugurkan dia, Le! Terima dia sebagai anugerah dari Tuhan." Itu pesan Mamah.
"kami akan membantumu merawat dia kelak. Jangan gugurkan, Nak!" Itu pesan Papah
Tetapi tetap pada mulanya aku tidak terima bahwa aku hamil. Aku hamil janin dari ketiga orang pria tidak beradap itu. Apa salahku Tuhan? Kenapa kau lakukan ini kepadaku? Berbagai pertanyaan tercetus di benakku.

Aku stres dan Segala cara telah kulakukan untuk menggugurkan janin itu, berbagai obat keras buatan Cina aku minum tanpa sepengetahuan kedua orangtuaku tetapi janin itu itu tidak hancur, dia malah tumbuh berkembang dan setahun kemudian sejak peristiwa aku diperkosa tepatnya bulan mey 1999, Bayi perempuan itu lahir. Meylin adalah nama pemberian Papahku.

"Dia kelak akan menjadi anak yang cantik." Begitu kata Mamah ketika memberikan bayi mungil ltu ke dalam pelukanku. Begitu aku menngendong bayi itu entah mengapa perasaan luar biasa menguasaiku. Aku tiba-tiba tersadar aku menyayangi putriku. Aku tahu bahwa meylin berbeda dari keluarga kami. Dia sama sekali bukan Cina, Matanya tidak sipit dan rambutnya keriting. Tetapi aku tahu aku sangat menyayangi anaku ini. Ada sesuatu yang istimewa pada dirinya, kecerian dan ketangksannya selalu dapat menghiburku dan juga orang di sekitarnya. Sungguh aku berterima kasih obat keras yang aku minum dulu tak sampai melenyapkan dia dari kandunganku.

Aku tak tahu lagi harus berbuat apa tanpa anakku. Aku tahu akan tiba saatnya kelak dia akan bertanya siapa Ayahnya dan aku tahu saat itu kelak, aku pasti tidak tahu bagaimana menceritakan itu padanya.

***
"Mamah. Kanapa mamah melamun?" Meylin mengejutkan Ibunya. Leley terkejut dan menyadari dia dan putrinya tengah duduk di teras belakang rumah kedua oang tuanya.

"Ahhh maaf sayang. Mama hanya teringat masa lalu." Katanya kemudian.

"Mama belum menjawab pertanyaan Meylin. Siapakah papah Meylin, Mamah? Apakah Meylin adalah anak pungut? Kenapa Meylin berbeda dari mamah?" Meylin memberondong ibunya dengan berbagai pertanyaan. Leleyy Menatap putrinya penuh kasih sayang.
"Sayangku, ada beberapa rahasia di dunia ini yang lebih baik disimpan saja, tidak dibuka dan diceritakan.

Karena itu hanya akan membawa kesakitan. Kalo Mamah berkata siapa papahmu, Mamah yakin belum saatnya sekarang. Ada saatnya nanti, ketika kau sudah siap Mamah akan menceritakan kepadamu." Kata Leleyy kemudian. Meylin menatapnya lama dia terdiam untuk beberapa saat.

"Tetapi aku anak kandung Mamahkan?" Tanyanya kemudian. Leleyy tersenyum.
"Tentu saja. Kau pernah berada di dalam kandungan mamah. Mamah melahirkan kau dengan susah payah, membesarkan kau dengan penuh cinta. Mamah selalu menyayangimu." Kata Leleyy lagi tersenyum. Meylin memandang ibunya lama.

"Aku juga menyanyangimu Mamah." Hanya itu kata yang bisa dia ucapkan.

***
Hari ini di malam Imlek aku menyadari sesuatu, aku Meylin sangat menyanyangi mamahku. Biarlah apa kata orang, lupakan saja kata Cece Yuni dan Vero. Aku sungguh tak begitu peduli siapa papahku lagi. Aku sudah memiliki Mamah yang luar biasa.

***
Hari ini di malam imlek aku menyadari sesuatu, Aku Leley sangat menyanyagi putriku Meylin. Aku tak peduli lagi siapa Ayah dari anakku. Memilikinya saja sudah merupakan hal luar biasa bagiku.

***
"Mah, mamah belum memberikan Meylin angpao." Meylin berkata kepada ibunya ketika mereka terlah terdiam lama.
"Wahhh, mamah lupa, Lin." Kata Leley lalu mengeluarkan sebuah amplop merah dari saku bajunya. Meylin tersenyum dan mengambil amplom itu dari tangan ibunya.
"Akong sama Ama juga belum memberikan aku angpao." Dia berkata tiba-tiba dan berdiri masuk ke dalam rumah kakeknya. Leley menatap putrinya yang berlari masuk. Entah mengapa hatinya lega. Sungguh malam Imlek yang luar biasa. [Angelina R]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA