KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 22 Januari 2012

KUE KERANJANG UNTUK JING

Hari masih gelap. Sepertinya malam masih enggan pergi dari muka bumi ini. Padahal sudha hampir jam 3 pagi. Di sebuah rumah kecil itu, terdengar suara anak kecil mengerang, menangis. Lirih. Tapi suaranya cukup pilu mengiris hati.

"Meme tahan ya, koko usaha cari obat dulu buat meme. Koko pergi dulu sebentar ke warung," kata seorang anak kecil berusia sekitar 8 tahunan.

Meme, gadis cilik berusia 5 tahun itu memang hanya tinggal dengan kokonya, Changyi. Kedua orang tua mereka sudah meninggal sejak tiga tahun lalu karena kecelakaan. Sementara keluarga mereka yang lain, sudah tak mau menjamin kehidupan mereka. Untuk menyambung hidup, Changyi dan Jing terpaksa harus memungut kardus-kardus bekas dan botol plastik bekas minuman.

Keduanya dengan telaten melakoni pekerjaan itu dari pukul 5 pagi sampai 5 sore. Sebab, orang tua mereka tidak meninggalkan apapun untuk mereka, kecuali rumah kecil yang masih ditempati mereka saat ini, di kampung pecinan Kembang Jepun di kawasan Surabaya.

Jing berlari keluar dari gang rumahnya. Dia tak tahu harus mencari obat ke mana buat sang adik tercinta. Jam 3 dini hari, toko-toko masih tutup. Akhirnya dia beranikan diri mengetuk pintu rumah Koh Ang, tetangganya yang selalu menolongnya.

"Koh Ang.. selamat malam. Koh Ang," teriak Changyi. Lalu terdengar suara kunci pintu diputar.

"Ada apa lu pagi-pagi buat begini ke rumah gue?,"

"Saya mau minta tolong Koh, adik saya, meme, badannya panas tinggi. Barangkali Koh Ang punya obat penurun panas buat adik saya," kata Changyi dengan menundukkan kepalanya.

Changyi merasa sangat malu kepada Koh Ang. Lelaki 55 tahun itu terlalu sering membantunya dan meme, tanpa diminta pun.

"Baiklah, gue rasa ada sisa obat penurun panas cucu gue. Sebentar gue ambilin," Koh Ang masuk ke dalam rumahnya kemudian keluar dengan membawa botol obat penurun panas.

"Ini lu kasih ke adik lu. Semoga lekas sembuh," katanya.

Changyi bergegas pulang dan memberikan obat itu ke adiknya. Betapa kagetnya Changyi melihat adiknya, Jing sudah lemas tak sadarkan diri. Panas tubuhnya semakin tinggi.

"Jing..bangun Jing, ini koko bawakan obat untukmu. Bangun Jing,"

Changyi terus menggerak-gerakkan badan Jing. Tapi Jing tetap tak bergerak. Dengan langkah terseret-seret, Changyi berusaha menggendong adiknya dan membawanya ke rumah Koh Ang.

"Koh, tolong adik saya koh. Dia pingsan," teriak Changyi.

Tanpa banyak bicara, Koh Ang segera membawa Jing ke rumah sakit.

"Dokter, tolong selamatkan adik saya dok. Hanya dia yang saya punya di dunia," kata Changyi dengan terisak.

"Sabar, mending kita doa saja dan berharap doa lu dikabulkan langit," kata Koh Ang menghibur.

"Tapi cuma Jing yang saya punya Koh. Saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi," kata Changyi.

"Lu masih punya Tuhan, masih ada gue dan tetangga lain yang sayang sama lu dan adik lu. Berdoalah,"

Changyi kemudian berjongkok di pojok ruangan itu. Tangannya mengepal di depan dadanya. "Tuhan, tolong sembuhkan adik saya," doa Changyi.

Suara dokter membuyarkan doanya. "Mana keluarga pasien Jing?," tanya dokter.

"Saya dok,"

"Adikmu sudah sadar. Silahkan masuk," kata dokter lalu meninggalkan Koh Ang dan Changyi.

"Koko, meme mau makan kue keranjang. Besok sudah imlek kan ko. Meme pengen kue keranjang," rengek meme lemah.

"Meme juga mau gaun warna merah saat imlek nanti. Koko tolong beliin buat meme ya," pintanya.

Mendengar permintaan adiknya, Changyi tak dapat menahan tangisnya. Meski masih sangat muda, Changyi berusaha sebisa mungkin memenuhi semua keinginan adiknya. Itu karena Changyi sangat mencintai adiknya, Jing.

"Nanti sore koko belikan buat meme kue keranjang dan gaun warna merah. Biar meme besok terlihat cantik. Tapi meme harus sembuh dulu ya," kata Changyi.

Mendengar janji kokonya, senyum lebar mengembang di wajah Jing. Changyi lalu memeluk adiknya, hangat.

"Sekarang Jing istirahat dulu ya, koko mau kerja cari duit biar bisa beli pesanan meme," Jing pun mengangguk senang.

"Koh Ang saya titip meme, boleh,"

"Lu pergi saja, biar meme gue yang jaga," kata Koh Ang.

Di jalan, Changyi bingung, dari mana dia bisa mendapatkan duit untuk membelikan pesanan adiknya. Sedangkan penghasilannya dari memulung saja hanya cukup buat makan berdua, itu pun sekali dalam sehari. Ah sudahlah, yang penting sekarang aku harus kerja keras, siapa tahu langit bakal mencurahkan rejekinya buatku dan meme.

Dengan bersemangat, Changyi menelusuri jalanan di kawasan komplek perumahan mewah di Jalan Suluh. Tempat sampah demi tempat sampah di datangi dan dia pungut kardus-kardus yang ada di lamanya, juga botol bekas minuman.

Sampai di depan sebuah toko yang menyediakan kue khas Imlek, Changyi melihat kue keranjang, kue mangkok dan kue khas imlek lainnya. Ingatannya kembali pada meme. Gadis cilik titipan kedua orang tuanya itu. Changyi hanya bisa menelan ludah, pasrah dan berdoa semoga dia bisa membelikan buat adiknya.

"Hei lu anak kecil, ngapain berhenti di depan toko gue. Pergi sono, jelek-jelekin pemandangan aja. Ntar toko gue gak laku. Pergi sono," hardik si penjual. Dengan langkah gontai Changyi meninggalkan toko itu dan kembali memungut sampah-sampah bekas.

***

Badan meme tiba-tiba kejang hebat. Panas tubuhnya kembali tinggi, melebih sebelumnya. Koh Ang kalang kabut, dia berlari keluar memanggil dokter.

Dokter menyuntikkan obat anti kejang ke tangan meme. Tapi badan meme masih saja kejang dan keluar cairan dari mulutnya.

Di luar ruangan, Koh Ang bingung bagaimana cara menghubungi Changyi. Nyawa Jing dalam bahaya, tapi Changyi belum juga datang.

"Pak, saya mohon maaf, nyawa Jin tidak dapat tertolong. Panas badannya terlalu tinggi. Hasil lab menyebutkan kalau Jing terkena demam berdarah dan dia sudah terlambat di bawa ke sini," kata dokter.

Mendengar penjelasan dokter, Koh Ang langsung lemas. Bagaimana dia akan menyampaikan hal ini ke Changyi? Pasti Changyi akan sangat sedih mendengarnya.

Jenazah Jing kemudian dibawa ke kamar mayat oleh perawat. Koh Ang tetap setia menunggui Jing sampai Changyi datang.

***

Hasil memulung Changyi hari ini lumayan banyak. Sehari ini, dia mendapat duit Rp 45 ribu. Dia lalu bergegas ke toko kue tadi dan membeli kue keranjang buat meme. Ini saja dulu, gaun warna merahnya menyusul, pikir Changyi. Lalu dia bergegas ke rumah sakit untuk memberikan kue kerangjang itu buat Jing.

Di Rumah Sakit..

"Meme..meme..ini koko bawakan kue keranjang buatmu," teriak Changyi di depan kamar rawat Jing. Tapi di sana dia sudah tidak menemukan Jing. Changyi bingung, dia berteriak memanggil perawat dan menanyakan keberadaan adiknya.

Koh Ang yang mendengar suara Changyi, bergegas menghampirinya. Lalu membimbing Changyi ke kamar mayat tempat Jing disemayamkan.

"Lu yang sabar, Jing sudah tenang bersama mama dan papa lu di nirwana," kata Koh Ang tersedu.

Mendengar kata Koh Ang, Changyi menangis keras. Dia masuk ke kamar mayat dan memeluk adiknya erat-erat.

"Meme..meee..ini koko. Ini koko bawakan kue keranjang buatmu. Kamu kan janji nungguin koko sore ini. Ini kue keranjang buatmu me. Bangun..bangun," teriak Changyi.

Setelah berhasil ditenangkan Koh Ang, keduanya membawa jenazah Jing ke rumah Changyi. Keesokannya, pas di hari Imlek, Jing dimakamkan di dekat makan papa dan mamanya. Jing terlihat cantik sekali mengenakan gaun warna merah yang dibelikan Koh Ang. Sesuai permintaannya.

"Koko sudah memenuhi semua keinginanmu Jing. Ini kue keranjang buatmu. Gaun merah itu juga sudah kamu pakai. Jangan lupa sampaikan salam koko buat papa dan mama di surga," kata Changyi lirih. [Eda]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA