Millicent berterima kasih pada wanita itu untuk waktunya, kemudian berjalan ke mobilnya, dan melaju pergi. Setelah beberapa menit, ia tak mungkin menahan air matanya. Dia menepi dan mulai menangis. Dia melihat keluar jendela dan melihat bahwa ia parkir di sebuah agen outsourcing. Kantor tampak terbuka, akhirnya Millicent menghapus air matanya, meraih berkas lamaran, dan berjalan masuk.
"Saya hanya ingin membuat secangkir teh, Anda mau?" kata seorang wanita yang berdiri dekat meja dengan sebuah ketel listrik.
"Tentu," kata Millicent.
"Saya Felicia, dan Anda?"
"Millicent."
"Nama yang cantik," kata Felicia sambil menyerahkan secangkir teh kepada Millicent. "Apakah Anda memiliki berkas lamaran?"
Millicent menyerahkan berkas kepada Felicia, dan mereka mulai mengobrol. Millicent menceritakan kepada Felicia tentang suaminya yang kehilangan pekerjaan di pabrik dan tentang tiga anak mereka. Dia melakukan beberapa pekerjaan kantor di sana-sini – sebagian besar untuk membantu di gerejanya.
"Apa keahlian Anda dalam hal pekerjaan kantor? " tanya Felicia.
"Saya seorang penulis surat yang baik. Saya suka mengatur beberapa hal, dan saya dapat mempelajari sesuatu dengan cepat," kata Millicent.
Felicia melihat mata Millicent dan berkata, "Jangan khawatir, kita akan menemukan sesuatu untuk Anda."
"Apakah Anda pikir begitu?" tanya Millicent.
"Aku tahu begitu," kata Felicia, "Anda seorang ibu, yang berarti Anda terlahir sebagai multitasker alami dan manajer. Aku punya feeling yang baik tentang Anda."
Setelah berbulan-bulan penolakan, Millicent sekarang berharap hal-hal soal pekerjaan luar.
Kadang-kadang yang dibutuhkan adalah orang lain percaya Anda untuk membuat Anda percaya diri lagi. [Jelia Lin / Kupang]