KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 03 Oktober 2012

AKU MENCINTAIMU DENGAN SEGALA KETERBATASAN

Tak dinyana aku bertemu kembali dengan bekas teman semasa aku kuliah, kami sudah tak berjumpa sejak selesai kuliah. Hingga dalam suatu seminar tentang farmasi di salah satu hotel berbintang lima di Jakarta mendadak aku melihat Teguh sedang mengambil snack dan teh panas. Kutepuk bahunya dengan gembira. “Kemana aja kamu setelah kuliah?" tanyaku. Teguh tertawa keras dan mengatakan bahwa ia sekarang bekerja di lembaga penelitian.

Kami langsung sepakat mengambil kursi bersebelahan selama seminar dan mendiskusikan isi seminar bersama saat lunch break. Teguh tetap seperti dulu, dengan bahu yang bidang dan senyum yang tak pernah hilang dari bibirnya, ia memang ramah dan mudah bergaul.

Usai seminar itu, kami saling bertukar kartu nama dan nomor handphone. Dua hari setelah seminar ia menelponku dan kami bercanda dengan gaya seperti saat masih mahasiswa dulu. Teguh mempunyai gaya bercanda yang intelek dan sering membuatku tergelak dengan gaya candanya. Hampir setiap hari Teguh menelponku, hingga tiga minggu berselang, kuajak Teguh makan siang hanya untuk mendengarkan celotehnya yang lucu.

Makan siang yang kami sepakati di sebuah restoran Jepang di bilangan Sudirman, Jakarta. Restoran tersebut kupilih karena tak terlalu ramai dan kupikir aku dapat bercanda dan tertawa keras tanpa mengganggu tamu lainnya yang sedang makan siang juga.

Tepat waktu sebagaimana yang kami sepakati, duduk berhadapan dan memesan makan siang pilihan. Seperti biasa Teguh bercanda hingga aku tergelak keras. Mendadak saat kami bertatapan, mata Teguh memandang teduh ke arahku, bertepatan dengan getaran aneh yang menjalari sekujur tubuhku saat menatap bola mata Teguh yang bening. Rasa-rasa ini membuatku berdebar keras, aku jadi gugup dan tergagap menjawab pertanyaannya. Ternyata bukan hanya aku yang gugup, Teguh juga gugup saat memandangku dan kerap memaling muka jika kami berserobok pandang.

Esoknya kami bertelepon dan bercanda, hingga mendadak Teguh menawarkan untuk bertemu di sebuah hotel berbintang lima. Aku iyakan ajakannya, meski degup jantungku kian menjadi-jadi.

Kami berbincang seperti biasa, bercerita tentang pekerjaan saja. Aku bekerja di perusahaan distribusi obat-obatan, mempunyai seorang suami yang bekerja sebagai programmer dengan dua orang putra penghias rumah tanggaku. Sementara Teguh, beristrikan seorang dosen dan memiliki seorang putri usianya 7 tahun.

Dalam perbincangan normal tersebut mendadak Teguh menawarkan pelukannya, "Sini, kupeluk kamu", ujarnya singkat tanpa basa basi. Terperangah aku mendengarnya, namun aku berdiri juga dan menuju ke arah rengkuhannya. Kami berpelukan erat tanpa kata. Kami menikmati rasa indah dari pelukan tersebut, nyaman dan menenangkan.

Tanpa tahu siapa yang memulai, mendadak bibir kami bertaut dan berciuman dengan lembut, saat itulah aku tahu bahwa aku telah jatuh hati padanya. Aku melupakan statusku, Teguh juga melupakan statusnya. Berbelas menit kami hanya berpelukan, menuangkan rasa nyaman yang makin mengikat satu sama lain.

Kami berpagut erat, hingga tangan Teguh mulai merayapi sekujur tubuhku, menawarkan kenikmatan. Aku terpesona dengan gaya lembutnya, aku terkagum dengan gaya kelelakiannya. Teguh memang lelaki sejati, karena tanpa bersetubuh kami menikmati kemesraan dan kenikmatan yang hanya bisa diterjemahkan oleh hati kami sendiri.

Sejak hari itu, kami bagai tak terpisahkan, ingin selalu berjumpa dan menumpahkan segala kerinduan hati kami. Cinta kami saling membangun dan berkomitmen tinggi. Kami tak saling merusak, tak saling melukai. Kami saling mencintai dengan segala keterbatasan status. Karena kami sama-sama sudah ada yang memiliki. Aku, perempuan bersuami dan Teguh, lelaki beristri. Tidak ada keinginan dalam hati berpisah dari pasangan kami. Cukup kami mencinta di dunia yang tidak bisa dipahami semua orang, ini sudah membahagiakan. Karenanya, kami tidak ingin merusak kebahagiaa ini.

Bertahun kami jalani kehidupan seperti ini, memahami secara penuh statusnya, dan iapun memahami penuh statusku. Kami hanya bisa berkhayal untuk menjadi sebuah keluarga. Namun aku dan Teguh menikmati keterbatasan ini dengan penuh kesadaran...Kami hanya punya cinta, tidak lebih, tidak pula kurang. [Imelda  Ong / Sorong] Sumber: Takdir-kita.net


Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah

PESAN KHUSUS

Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA