KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 09 Januari 2012

SUAMIKU LUAR BIASA TEMPERAMENTAL

Pertemuanku dengan Andi (bukan nama sebenarnya) suamiku saat ini terjadi 18 tahun silam, saat kami sama-sama sedang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi yang berlokasi di wilayah Jakarta Timur. Aku akui, kami memiliki banyak kesamaan dalam berbagai hal, terutama hobi dan minat kami dalam menuntut ilmu, bergaul dan bersosialisasi, baik di lingkungan kampus juga dalam lingkungan sosial lainnya.

Sejak bertemu dan akhirnya memutuskan untuk menjalin tali kasih, aku sama sekali tak menduga bahwa pada akhirnya prilaku Andi akan berubah drastis dari seorang yang sangat penyayang, sangat sabar dan relatif selalu mengalah menjadi laki-laki yang sangat temperamental, ringan tangan bahkan tak jarang menterorku dengan ancaman-ancaman yang menyeramkan

Perjalanan cinta kasih kami memang banyak diwarnai dengan pertengkaran, tapi aku sadar bahwa pertengkaran yang terjadi adalah hal  yang sangat biasa. Kala itu teman-temanku juga berkata bahwa pertengkaran itu adalah bumbu untuk sebuah hubungan, dalam hati aku memang membenarkan apa yang mereka katakan, karena toh pada akhirnya aku tetap saja melanjutkan jalinan cinta yang sudah kurajut sedemikian rupa.

Awal kekarasan yang menimpaku sebenarnya mulai terjadi saat masa pacaran kami telah memasuki tahun ke-empat. Saat itu entah terpengaruh oleh siapa, Andi mulai sering mengkonsumsi minuman keras dan juga gemar bermain judi.  Saat itu aku memang sempat emosi hingga memancingku untuk memakinya didepan teman-temannya. Tapi kemudian aku menyesalinya.

Saat itulah aku mendapat perlakuan yang sangat kasar. Andi yang kukenal sangat penyabar, tanpa kuduga melayangkan tamparannya ke wajahku hingga bibirku pecah dan berdarah. Untunglah saat itu teman-temannya bisa melerai pertengkaran kami hingga tak berlarut-larut dan menimbulkan keributan yang lebih parah di kampusku.

Esoknya, Andi dan aku sama-sama meminta maaf dan sama-sama menyesali tindakan kami masing-masing. namun begitu Andi meminta aku untuk tak terlalu mengekang dan mempersoalkan kebiasaan barunya, karena menurutnya kebiasaan itu hanya sementara hanya untuk menghormati teman-temannya. Entah mengapa aku setuju saja dengan pendapatnya tersebut, walau pada akhirnya kebiasaan itu ia teruskan sampai kemudian kami menikah.

Setelah menikah sifat temperamental Andi ternyata semakin menjadi-jadi, pun ketika kami sudah dikaruniai seorang putra, sikap kasar dan kerasnya tak juga melunak. Hanya karena persoalan sepele saja Andi tak segan-segan melayangkan tamparan dan tinjunya kewajahku. Pernah suatu ketika, saat aku menyuguhinya kopi, Andi mendadak menyemburkan kopi itu kewajahku, tak lama kemudian gelas kopi tersebut melayang dan membentur kepalaku hingga bocor cuma karena kopi itu terlalu manis.

Tidak itu saja, karena kemarahannya aku juga pernah tersungkur dan tubuhku masuk ke selokan depan rumah. Saat itu aku secara tak sengaja meninggalkan makanan yang sedang kumasak untuk memberi makan anakku hingga akhirnya hangus. Saat itu aku sudah mendengar suara Andi yang berteriak-teriak memanggilku, karena tanggung aku cuma menyahut tanpa buru-buru mencari tahu kenapa ia berteriak memanggilku.

Sesaat kemudian ketika aku baru sampai didepan pagar rumah, Andi menghampiriku dan langsung menampar pipiku berkali-kali, tak puas puas sampai disitu, agus juga berusaha menyeretku untuk masuk kedalam rumah. Karena rasa takut aku bertahan dengan berpegangan di pintu pagar yang membuat Andi akhirnya semakin kalap. Ia lantas mendorongku dengan kakinya hingga akhirnya aku terjerembab masuk dalam selokan dengan kepala terlebih dahulu.

Sebenarnya aku sudah tidak tahan dengan perlakuan-perlakuan kasarnya, namun entah mengapa rasa cinta dan sayangku terhadapnya sulit untuk dihilangkan. Ditambah, saat ia sedang dalam keadaan tenang, ia begitu perhatian dan sangat sayang kepadaku apalagi terhadap anak kami, terkadang sifat romantisnya terhadapku bisa menghilangkan ingatanku terhadap kekerasan yang pernah ia lakukan selama ini.

Saat ini aku hanya bisa berusaha untuk tak membuat kesalahan di hadapannya agar sifat temperamentalnya tak meledak dan kembali menyakiti aku. terus terang untuk mengajukan cerai aku masih tak yakin dengan kemampuan diriku dalam menyandang status janda, apalagi aku kini telah memiliki buah hati. Aku juga sedang berusaha mencari tahu penyebab sifatnya yang negatif tersebut, mungkin aku bisa mengajaknya untuk berkonsultasi kepada psikiater. [Sizilia Lee / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA