Siput berjalan amat lambat. Ia terus memperhatikan jumlah kaki si kaki seribu yang tak terhitung banyaknya. Si kaki seribu pun dapat berjalan sangat cepat.
"Kakimu amat banyak kaki seribu. Andai aku punya banyak kaki sepertimu. Ya, tak perlu sebanyak punyamu memang. Beberapa pasang saja sudah cukup kurasa agar aku dapat berlari cepat jika suatu saat dikejar-kejar elang," kata siput suatu hari.
"Andai bisa kuberikan padamu beberapa pasang, pasti akan kuberi, teman," jawab kaki seribu. Ia menghela napas, "Sebenarnya aku pun ingin sekali punya cangkang kokoh seperti punyamu. Lihat? Aku hanya bisa berlari kencang. Ayam-ayam hutan di luar sana bahkan dapat berlari lebih kencang dariku. Aku butuh cangkang untuk melindungi diri jika suatu waktu terdesak."
"Jika saja cangkangku bisa ditukar dengan kakimu," ucap siput sedih. Kedua sahabat itu tak berkata-kata lagi setelahnya.
Hingga esok paginya ketika terbangun dari tidur, keajaiban muncul. Dua sahabat itu sudah mendapatkan apa yang mereka mau. Siput dengan kakinya yang banyak dan kaki seribu dengan cangkangnya yang kokoh. Namun, tak ada cangkang lagi di tubuh siput dan tak ada lagi kaki di badan kaki seribu.
Suatu siang yang terik ketika sedang nyamannya beristirahat, siput dikejutkan oleh kemunculan tiba-tiba seekor elang. Elang itu mengincarnya sejak tadi dan sekarang sedang menukik menyerang.
Siput tersentak kaget dan dengan kaki barunya ia pun berlari amat kencang. "Kau tak bisa menangkapku, elang!" batin siput. Namun malang, laju terbang elang jauh lebih cepat dibanding lari siput. Ketika siput ingin melindungi diri, cangkangnya sudah tak ada. Siput pun tertangkap.
Di lain tempat kaki seribu pun sedang dikejar-kejar ayam hutan. Ia pun langsung bersembunyi di cangkangnya. "Cangkangku kokoh. Kau tak akan bisa menangkapku, ayam hutan!" ucap kaki seribu. Namun sama malangnya, paruh ayam hutan yang ramping dan tajam dapat dengan mudah mengorek isi cangkang. Kaki seribu pun tertangkap.
Hikmah apa yang dapat kita ambil dari cerita di atas?
Terkadang kita merasa amat kurang. Merasa apa yang didapat orang lain jauh lebih menguntungkan. Merasa Tuhan salah alamat memberikan nikmatnya. Wajar memang.
Saya pernah mendengar sebuah pepatah yang menyatakan, "God loves us equally, but he threats us differently. And He gives us what we need not what we want". Terjemahan bebasnya lebih kurang bahwa Tuhan mencintai kita semua sama besarnya, dengan cara yang berbeda-beda. Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Jadi, mungkin apa yang kita anggap baik buat kita, tak seperti itu adanya.
Seperti lirik lagunya Lady Gaga Born This Way:
"I'm beautiful in my way
'Cause God makes no mistakes
I'm on the right track, baby
I was born this way."
Jadi, yuk sama-sama belajar bahwa kita semua sempurna, kita semua lengkap, dengan cara kita masing-masing. [Amanda Lim / Makassar]