Pertemuanku dengan Meta sebenarnya memang telah lama aku nantikan, maklumlah hampir selama lima tahun sejak kami lulus SMP, kami tak pernah bertemu lagi, karena sejak lima tahun lalu Meta harus ikut ibunya yang mengaku di pindah tugaskan ke Jambi, sementara ayahnya tetap berada di Jakarta untuk mengurusi usaha kecil-kecilan milik keluarga.
Pertemuan kembali dengan Meta jelas membuatku merasa bahagia, betapa tidak selama kami duduk di bangku SMP jalinan persahabat kami bisa dikatakan sangat erat, bahkan teman-teman lain mengatakan kami sudah seperi kakak beradik, karena kemanapun kami pergi selalu bersama-sama, maka tak heran jika aku begitu "sumingrah" saat menyambut kedatangan Meta.
Seminggu setelah kepulangan Meta, aku merasakan ada sedikit keanehan pada diri Meta. Meta yang dulu aku kenal adalah seorang yang sangat ceria, lincah dan sedikit bawel, namun Meta yang kukenal sekarang begitu jauh dari Meta yang dulu. Ia seakan menutupi sesuatu tentang hidupnya selama lima tahun belakangan.
Sebulan setelah Meta datang, menyusul kemudian orang tua Meta bersama seseorang yang aku tahu kemudian adalah tante Indri, mereka juga membawa seorang balita cantik berumur sekitar satu yahun yang di akui Meta adalah adik bungsunya. Namun ada yang janggal dari pengakuan Meta, karena dari sudut pandangku, Meta tak mungkin memiliki lagi adik dari ibunya yang sudah berumur lebih dari limapuluh tahun. Tapi di luar itu semua, hubunganku dengan Meta tetap saja berlanjut, bahkan cenderung kearah yang lebih intim.
Dan ternyata aku tak bertepuk sebelah tangan, Meta dengan sangat gembira menerima aku sebagai kekasihnya. Namun hubungan kami mendapat banyak halangan terutama dari keluarga Meta. Awalnya aku mengira penolakan keluarga Meta, semata karena soal keadaan ekonomiku yang kurang mampu, dan aku tak mau ambil pusing jika hanya karena hal itu.
Setealah beberapa minggu kami menjalani masa pacaran, tabiat buruk Meta mulai nampak, egonya yang demikian besar membuatku sedikit bingung, apalagi Meta selalu berupaya menutupi sesuatu tentang hidup masa lalunya, ia tak pernah mau berterus terang tentang apa yang terjadi sesungguhnya.
Dan belakangan misteri yang selama ini menghantui pikiranku sedikit demi sedikit mulai terbuka, Nana yang diakui Meta sebagai adiknya, menurut kabar yang aku dengar adalah anaknya, namun Meta bersikeras bahwa Nana Adalah adiknya yang lahir saat ia dan keluarganya berada di Sumatra, tempat ibunya berdinas.
Namun aku tak memperdulikan itu semua, dan sepertinya setelah lama berhubungan keluarga Meta dapat menerima hubungan kami. Hingga suatu saat aku mengutarakan niatku untuk melamar Meta, di luar dugaan keluarga Meta meminta aku untuk melamar secara resmi. Namun apa yang kudapat saat orang tuaku datang ke rumah Meta sungguh sangat menyakitkan hati, mereka seakan tak tahu menahu tentang lamaran ini.
Kekecewaanku semakin bertambah, saat aku tahu bahwa Meta sebenarnya masih berhubungan dengan mantan kekasihnya, namun aku mencoba bersabar dengan situasi ini. Sementara nada sumbang semakin santer kudengar tentang prilaku dan tabiat keluarga Meta, apalagi setelah kusaksikan sendiri, banyak tamu pria yang tak kukenal, bahkan orang bule dan negro datang mengunjungi ibu dan tante Indri.
Namun cinta sepertinya telah membutakan mataku, aku tetap saja berniat menikahi Meta, dan bahkan niatku tersebut bukan saja di tentang keluarga Meta namun juga keluargaku yang merasa malu saat mereka menolak mentah-mentah lamaranku. Tapi aku tak bisa mundur, aku harus menunjukan kesungguhanku pada Meta, bahwa aku benar-benar ingin menikahinya.
Dan ternyata kesungguhanku di balas secara menyakitkan, saat aku secara tak sengaja memergoki Meta yang sedang berdua-duaan dalam mobil sedan di depan rumahnya bersama seorang laki-laki paruh baya.
Dugaan, rumor dan selentingan yang selama ini aku dengar seakan menusuk tepat di jantungku, aku yang selama ini mengabikan hal tersebut ternyata justru menjadi bumerang yang menghancurkan seluruh angan-anganku. Dan ternyata selama ini aku berhubungan dengan keluarga pelacur kelas kakap yang pandai menyembunyikan status.
Dan akhirnya rumor yang menyebutkan bahwa Nana adalah anak kandung Meta kini menjadi lebih jelas, apalagi dari bibir Meta sendiri mengakui bahwa Nana adalah anak kandungnya, yang ia lahirkan saat tinggal di Sumatra. [Vivi Tan / Jakarta]
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah
PESAN KHUSUS
Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
PESAN KHUSUS
Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id