KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 14 Januari 2013

KEPERGIANKU TAK PERNAH BERARTI

Hatiku tidak pernah menyesal, semuanya hanya untukmu
1000 bunga kertas, 1000 ketulusan hatiku, beterbangan di dalam angin
Menginginkan bintang yang lebat bertebaran di luasnya langit, melewati sungai perak,
Apakah aku bisa bertemu denganmu? Tidak takut berapapun jauhnya, hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.
Masa lalu seperti asap, hilang dan tak kan kembali, menambah kerinduan di hatiku.
Bagaimanapun dicari, jodoh dan kehidupan ini pasti tidak akan berubah.


Cuma itu yang tersisa dari kisah asmaraku dengan Hanny (bukan nama sebenarnya), kisah yang seharusnya berakhir dengan kebahagiaan kami berdua, ternyata tak pernah terukir dalam keabadian. Semua harus sirna ditelan abu-abunya kehidupan, tetapi seperti yang aku katakan, aku tak pernah menyesal. Karena aku yakin semuanya adalah garis lurus ataupun berliku yang harus tetap aku jalankan dengan segala keriangan, kepedihan bahkan kegetiran yang teramat sangat.

Saat pertama menjalin kasih, aku memang hanya bisa memberikan keromantisan kepada Hanny, bukan kebahagiaan yang berlebihan. Aku hanya bisa memberikan seribu bunga kertas buatnya, seribu bunga yang menggambarkan seribu ketulusan hatiku terhadap Hanny. Kami selalu menghabiskan waktu kami, detik demi detik dengan keindahan yang tak terbandingkan dengan keindahan apapun.

Tapi rupanya, keindahan itu tak melulu menciptakan keabadian, Hanny mulai bosan dengan apa yang aku berikan, ia memutuskan untuk pergi dari kehidupanku. "Bas, kita harus melihat dunia ini dengan pandangan dewasa, menikah buatku adalah menjalani kehidupan untuk yang kedua kalinya, aku harus bisa mendapatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, kamu hanya bisa memberiku keromantisan, tapi aku memerlukan lebih dari pada itu."

Aku memang tak bisa menyalahkan keputusannya itu. Setelah ia pergi aku mencoba memperbaiki kehidupanku. Aku berusaha keras mendapatkan kehormatan sebagai laki-laki mapan, yang tak hanya memiliki keromantisan belaka. Bertahun-tahun aku berjuang hingga akhirnya aku bisa mendapatkan kehormatan itu, menjadi kaya dan memiliki apa yang aku inginkan atau mungkin tepatnya yang Hanny inginkan.

Setelah keberhasilan itu aku bertekad untuk kembali menemui Hanny, memperlihatkan kepadanya bahwa aku telah berhasil, bahwa aku bukanlah laki-laki yang hanya memiliki keromantisan. Aku kini pemilik sebuah perusahaan. Sudah terbayang di pelupuk mataku kebahagiaan apa yang akan kami raih, menikah dan memiliki anak-anak. Tapi semuanya sirna, seperti kabut pagi yang tergerus datangnya matahari.

Saat itu aku tak mendapatkan keberadaan Hanny, aku hanya mendapatkan tonggak nisan yang terukir sebuah nama, nama yang sangat aku kenal, Hanny. Di kamarnya yang harum, aku masih mendapatkan seribu bunga kertas yang bergelantungan, tetap seperti semula, seperti saat aku memberikan kepadanya sebagai janji ketulusanku.

"Bas, aku memang sengaja menyuruhmu pergi, karena aku tak ingin melihatmu larut dalam penderitaan, penderitaan yang kelak akan datang bersamaku, aku memang ingin melihatmu berhasil menapakan kakimu di bumi ini agar kelak kau dapat memanfaatkannya untuk kehidupanmu yang panjang,"

"Aku memang merahasiakannya Bas, agar kau bisa meraih kebahagiaanmu bersama perempuan lain, bukan bersama aku. Aku yakin aku bisa hidup bahagia bersamamu, walau hanya dengan keromantisanmu, tetapi itu tak ada gunanya karena waktuku hanya tinggal beberapa tahun lagi, aku tak ingin melihat kesedihanmu, aku hanya ingin melihat kebahagiaanmu, karena aku tak akan sanggup melihat kau bersedih di kesendirianku kelak,"

Ya! aku memang baru mendapatkan kejelasan dari orang tua Hanny, bahwa Hanny menderita penyakit yang tak bisa disembuhkan, ia hanya bisa menunggu waktunya untuk pergi ke dunianya yang baru. "Itulah sebabnya ia menghendakimu untuk pergi berjuang dalam memperbaiki taraf hidupmu, karena ia tahu, tak semua perempuan mau menerima hanya sebuah keromantisan, sungguh ia ingin melihat kamu bahagia, dan ia amat yakin kamu bisa mendapatkannya."

Sesak sekali dadaku mendengar semuanya, sepertinya semuanya telah berakhir. Tetapi saat mengingat kembali surat yang ditulis Hanny, bahwa ia hanya ingin melihatku bahagia dari alam sana, aku menguatkan hatiku, aku tak ingin membuat Hanny kecewa. Dan aku tak harus menyesal dengan semuanya. Biarlah Hanny tersenyum saat ini, seperti juga bunga-bunga kertas yang tergantung dalam kamarnya, selalu menari mengikuti irama hembusan angin yang semilir. [Budiono Tan / Bandung]

--
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah | Kontak

PESAN DARI ADMIN

Mari kita dukung artikel-artikel kiriman dari teman-teman Tionghoa dengan cara klik "SUKA", kemudian teruskan ke dalam jejaring sosial anda "Facebook, Twitter, Google+, Dll". Ingat ! Anda juga bisa mengirim artikel ke dalam situs blog ini melalui email ini.

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA