William Ury dari Proyek Negosiasi Harvard [di Harvard University, AS] menawarkan cara baru yang menjanjikan untuk mengamati konflik di sekitar kita, yang disebut Sisi Ketiga - sisi yang sering kita abaikan saat melihat dua sisi dari sebuah masalah. Ury menunjukkan peran praktis yang bisa kita terapkan setiap hari untuk menghentikan pertengkaran hebat dalam keluarga kita, di tempat kerja, di sekolah kita, dan di dunia. Meskipun masyarakat kini berada d zaman modern, ide-ide ini telah digunakan secara efektif selama ribuan tahun oleh budaya kuno - untuk mengurangi kekerasan dan mempromosikan dialog. Sisi ketiga adalah kita - komunitas kita!
Buatlah Perubahan: Cobalah beberapa peran praktis yang disarankan Ury.
Pepatah Afrika — "Ketika jaring laba-laba bersatu, mereka bahkan dapat menghentikan seekor singa."
Tidak ada lagi tantangan kritis dalam wajah setiap orang, dan berusaha untuk bersama sama, dan tinggal bersama sama dalam dunia yang penuh perbedaaan. Sisi Ketiga menawarkan cara baru yang menjanjikan untuk melihat konflik di sekitar kita. Sisi Ketiga adalah masyarakat - dalam tindakan melindungi kepentingan kita yang paling berharga dalam hal keselamatan dan kesejahteraan. Ini menunjukkan 10 peran praktis yang dapat diperankan oleh siapa pun dari kita tiap harinya untuk menghentikan pertengkaran hebat dalam keluarga kita, di tempat kerja, di sekolah kita, dan di dunia. Setiap tindakan pribadi kita bagaikan sebuah jaring laba-laba tunggal, yang mungkin rapuh tapi, ketika bersatu dengan orang lain, mampu menghentikan singa perang.
Meskipun Sisi Ketiga baru saja berkembang di zaman masyarakat modern, namun sisi ini telah digunakan secara efektif oleh budaya-budaya yang lebih sederhana selama ribuan tahun untuk mengurangi kekerasan dan mempromosikan dialog.
Apa itu Sisi Ketiga?
Tidak seperti arbiter tertinggi dalam bentuk raja atau negara otoriter, sisi ketiga bukanlah individu atau lembaga penting yang mendominasi semuanya, melainkan akan muncul dari masyarakat. Ini adalah suatu dorongan yang timbul dari hubungan vital yang menghubungkan setiap anggota dan setiap anggota masyarakat lainnya.
Menggunakan kekuatan rekan
Sisi ketiga memiliki kekuatan dari tekanan pandangan dan kekuatan opini publik. Ini adalah kekuatan rakyat. Ia menggunakan kekuatan persuasi, ia mempengaruhi pihak-pihak terutama melalui daya tarik pada kepentingan pihak-pihak dan norma-norma masyarakat. Dalam setiap konflik, tidak hanya terdapat satu pihak ketiga, tetapi banyak sekali pihak ketiga. Secara individual, kita tidak mungkin dapat campur tangan secara efektif, tetapi secara kolektif potensi kita lebih kuat dibanding dua pihak yang bertikai. Dengan mengorganisir diri ke dalam koalisi, kita dapat menyeimbangkan kekuatan antara pihak-pihak dan melindungi yang lemah.
Mendukung proses dialog dan anti-kekerasan. Secara diam-diam atau keras, Sisi Ketiga mengatakan "Tidak" terhadap kekerasan dan "Ya" untuk dialog. Pihak ketiga mendesak pihak yang berselisih untuk duduk dan membicarakan keluar perbedaan mereka dengan hormat. Dengan kata lain, mereka fokus pada proses. Bagi mereka, bagaimana orang-orang menangani perbedaan-perbedaan mereka adalah sama pentingnya dengan hasil apa yang mereka capai.
Siapa sajakah Pihak Ketiga?
Sisi Ketiga terdiri dari para orang dalam, seperti teman, keluarga, dan bahkan rekan-rekan sendiri, yang pada gilirannya secara aktif didukung oleh pihak luar, seperti tetangga, pihak netral, dan pengamat.
Konflik tidak datang tanpa alasan tetapi merupakan proses dari ketegangan yang berkelanjutan, yang berkembang menjadi konflik terbuka, dan mengakibatkan perjuangan kekuasaan, dan dari sanalah akan melewati batas dari konflik merusak dan kekerasan. Sebagai pihak ketiga, tujuan kita bukan untuk menekan semua konflik, tetapi untuk mencegah agar konflik tidak meluas dan semakin parah.
Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu?
Pihak Ketiga adalah kita. Sebagai komunitas sederhana seperti yang dikenal yaitu Semai, adalah tanggung jawab setiap orang untuk mencegah konflik yang merusak. "Anda harus membantu menyelesaikan pertikaian,". "Jika Anda tidak terlibat dan sesuatu terjadi di antara dua orang yang bertikai, anda akan menanggung hal ini." "Teman dalam hidup tidak membiarkan sesama temannya saling bertikai" ini adalah slogan dari kampanye media terkenal yang dibuat untuk melawan kekerasan di Boston. Ini dapat menjadi moto dari Pihak Ketiga.
Kita mungkin tidak berpikir diri kita sebagai pihak ketiga – pada kenyataannya, kita tidak pernah. Akan tetapi masing-masing dari kita memiliki kesempatan untuk berperan sebagai pihak ketiga dari konflik yang terjadi di sekeliling kita – apakah sebagai pihak dalam maupun pihak luar. Kita adalah bagian dari keluarga, teman teman, rekan kerja, tetangga, pengamat, saksi. Bahkan dengan tidak adanya pihak ketiga yang terlibat, kita dapat juga berperan sebagai mediator dalam konflik kita sendiri sebagai Pihak Ketiga. [Linda Lim, Denpasar]