KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 11 November 2011

GO TIK SWAN, DIUSULKAN JADI NAMA JALAN DI SOLO

Go Tik Swan atau yang juga dikenal sebagai Panembahan Hardjonagoro, dianugerahi Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden SBY. Tokoh etnis Tionghoa ini semasa hidupnya dikenal sebagai budayawan Jawa dan kreator batik. Kini namanya pun diusulkan sebagai nama jalan di Solo.

Penghargaan untuk Go Tik Swan itu diterima oleh Harjo Suwarno, adik angkat yang juga satu-satunya ahli waris Go Tik Swan, pada tanggal 8 November 2011 kemarin di Istana Negara. Go Tik Swan berjasa kepada Indonesia sebagai budayawan dan pembatik.

"Ini buah jerih parah beliau sesama hidup. Beliau telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk menjaga budaya dan kelestarian batik sebagai identitas budaya nasional. Beliau pula yang mempelopori pelestarian benda-benda pusaka dan cagar budaya," ujar Harjo Suwarno, Kamis (10/11/2011).

Sebagai bagian dari penghormatan Kota Solo terhadap Go Tik Swan, saat ini sedang diusulkan untuk djadikan nama jalan. "Usulan tersebut masih dibahas dan akan akan dilakukan kajian serta perlu diseminarkan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kota Surakarta, Widi Srihanto.

Saat ini, di Solo sudah ada nama jalan yang menggunakan nama tokoh pergerakan nasional dari etnis Tionghoa yaitu Yap Tjwan Bing. Yap adalah anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang berasal dari Solo.

Go Tik Swan lahir di Solo 11 Mei 1931 dari keluarga etnis Tinghoa. Semasa hidupnya dia mengabdikan dirinya pada dunia kesenian, kreasi batik dan pelestarian benda-benda cagar budaya. Sesama mudanya dia menjadi penari di Istana Negara, khususnya untuk tari-tari Jawa.

Dia pernah diperintah Presiden Soekarno saat itu membuat batik khusus. Dia kemudian memadukan seluruh corak dan motif batik yang dia kumpulkan dari seluruh penjuru tanah air. Batik kreasinya itu kemudian dinamai 'Batik Indonesia'.

Kedekatannya dengan pihak Kraton Surakarta semenjak muda akhirnya menempatkan dia pada posisi paling tinggi di bawah raja. Dia diangkat menjadi sesepuh Kraton dengan gelar Panembahan. Posisi ini tidak pernah diperoleh oleh orang di luar kraton, apalagi orang yang berasal dari etnis bukan Jawa.

Dia juga aktif membina kesenian, menggarap ulang sejumlah karya tari klasik Jawa dan juga termasuk menjadi pelopor pengembangan keris di Surakarta. Go Tik Swan diangkat menjadi anggota dewan empu di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta hingga wafat pada 5 November 2008 lalu.

Di rumahnya yang berada di Jalan Yos Sudarso No 176, Solo, hingga saat ini masih tersimpan 44 buah arca yang dia kumpulkan semenjak dia muda. Arca dari jaman Mataram Kuno hingga Majapahit itu berasal dari berbagai daerah. Seluruhnya telah didaftarkan di BP3 Jateng dan kemudian oleh negara dititipkan untuk dirawat di rumah Go Tik Swan. [Yenny Huang / Surabaya / Tionghoanews]

 
Sumber Artikel: Google Search Engine


ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA