Segera seorang dari mereka memungut kantong emas itu dengan gemetar karena gembiranya lalu berkata kepada temannya, "Betapa untungnya aku! Sekarang aku dapat memiliki semua barang yang telah kuimpikan sekian lama. Pertama-tama aku akan membeli seekor kuda. Aku akan menungganginya untuk sisa perjalanan ini."
Tetapi temannya mengingatkan, "Rupanya engkau sudah melupakan aku. Mana bagianku? Bukankah kita sudah sepakat untuk membagikan sesuatu di antara kita?"
"Ya, tetapi itu tidak berlaku untuk hal ini," jawab teman yang pertama. "Bukankah aku yang menemukan kantong emas ini. Bagaimana engkau dapat mengharapkan aku berbagai denganmu?"
Tiba-tiba sebelum pertengkaran mereka berlanjut ada seruan, "Berhenti pencuri!" seseorang berteriak dari belakang. Dua orang itu melihat ke sekeliling untuk meyakinkan apakah mereka yang dikejar.
Ada sejumlah orang yang kesemuanya bersenjatakan pentung berlari-lari ke arah mereka. Segera teman yang pertama berkata, "Mari kawan kita lari. Kantong ini mungkin milik seseorang yang telah hilang. Aku pikir mereka akan memukul kita."
Tetapi teman yang kedua tidak mau lari, "Aku tidak harus lari," katanya dengan tenang. "Bukankah engkau yang menemukan kantong itu maka engkaulah pencurinya. Aku sama sekali tidak bersalah," katanya sambil melangkah pergi meninggalkan orang pertama pada nasibnya.
Jika engkau tidak dapat membagi-bagikan yang baik dengan seorang sahabat, mengapa engkau mengharapkan dia mengambil bagian dalam kesulitan. [Elisabeth Wang / Banda Aceh / NAD / Tionghoanews]