Dalam bermain-main dengan teman-temannya semasa kecil, Untung kerap kali berpura-pura. Ketika sedang bersama-sama menggembalakan kambing misalnya, tiba-tiba Untung suka berlagak sakit perut dengan tampang meringis-ringis. Melihat hal itu teman-temannya biasanya lalu dengan cemas mendekati Untung dan menanyakan keadaannya.
"Kenapa kamu? Sakit ya? Salah makan?"
"Dibohongin aja kamu!" sahut Untung sambil ngacir dan terkekeh-kekeh.
Lama-kelamaan teman-teman Untung hafal dengan sikapnya itu.
Suatu sore, Untung bersama teman-teman mencari belalang. Biasanya "belalang kayu" suka menempel di pohon-pohon cemara. Untung memanjat pohon cemara untuk menangkap belalang yang bertengger di sebuah dahan pohon cemara. Setelah memanjat setinggi tiga-empat meter, dahan yang dipegang Untung ternyata rapuh. Untung pun jatuh. Untung meringis kesakitan sungguh-sungguh. Karena jatuh itu, Untung bahkan tidak bisa berbicara.
Dengan terbata-bata tanpa mengeluarkan suara, Untung mengulurkan tangan minta tolong kepada teman-teman yang asyik mencegat truk untuk minta kapur. Menyaksikan Untung yang meringis kesakitan dan berteriak tanpa suara itu, teman-temannya cuma tertawa sambil cekikikan.
"Ah… paling hanya pura-pura…! Seperti biasanya itu tuh! Biarin saja!"
Mereka baru sadar bahwa Untung sungguh-sungguh jatuh ketika sebuah truk berhenti dan sopirnya menegur mereka. Ternyata sopir itu melihat saat Untung jatuh.
Saat itu Untung memang kena batunya. Untung yang biasanya suka berpura-pura sakit itu, ketika jatuh dan sakit sungguhan, justru dikira pura-pura! Dasar Untung yang baru tidak untung! Syukurlah ada sopir yang tahu kalau Untung benar-benar jatuh dan kesakitan sungguh-sungguh. (Hidup Itu Lucu dan Indah)