KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 27 Februari 2012

MASIH ADAKAH PELANGI UNTUKKU

Aku memang hanya seorang perempuan yang memiliki banyak kelemahan dan keterbatasan. Seperti juga perempuan lain yang memiliki kesabaran dan kekuatan yang terbatas. Namun aku juga menyadari pernikahanku dengan Mas Tommy (bukan nama sebenarnya) yang tidak berpondasikan rasa cinta dan sayang seperti kebanyakan pasangan suami istri, karena pernikahan kami cuma berlandaskan rasa ibaku terhadap Mas Tommy menjadikan aku seorang yang begitu tersiksa. Tak ada kebahagiaan sama sekali, yang ada hanya tangis dan rasa sakit yang berkepanjangan.

Setiap waktu ada saja persoalan yang membuat kami selalu bertengkar, dan Mas Tommy selalu saja mempertanyakan perasaan cintaku terhadapnya. Padahal sudah berkali-kali aku menjelaskan kepadanya bahwa aku berharap bisa mencintainya dengan tulus, dengan segenap jiwa dan ragaku, tetapi apa balasan yang kuterima,

"Kamu ngerti ga sih mas, aku kasihan sama kamu, aku nggak tega melihat kamu hancur. Itu sebabnya aku bersedia menikah. Tetapi sekarang aku menyesal memiliki suami yang tak punya hati seperti kamu mas, aku capek" untuk sekian kalinya aku meledak. Entah seberapa sering aku berada dalam keadaan seperti itu

Dan jika pertengkaran itu sudah mencapai puncaknya, Mas Tommy selalu mengancam aku, dengan ancaman yang membutaku selalu kalah dan kalah. Sepertinya ia pandai benar memanfaatkan kelemahanku yang tak pernah tega melihat penderitaan orang lain. "Kalau kamu mau maksa mengajak cerai pun aku tidak akan menceraikan kamu. Kamu mau lihat aku kembali seperti dulu lagi?" selalu seperti itu ucapannya.

Dulu, saat aku pertama kali bertemu dengannya dalam sebuah kegiatan kampus, aku begitu terenyuh dan tak tega melihat keadaannya. Ia memang seorang mahasiswa, tetapi keadaannya tak berbeda jauh dengan gelandangan yang tak selalu bisa menikmati sepiring nasi. Usai kuliah ia cuma bisa nongkrong berharap teman-temannya mau membelikannya makan. Hampir setiap hari aku melihat ia seperti itu, hingga pada akhirnya aku mulai mendekatinya dan memberinya perhatian, tetapi bukan cinta dan rasa sayang melainkan cuma sebatas rasa kasihan.

Dan celakanya Mas Tommy menanggapi lain, ia menyangka aku menaruh hati padanya. Sungguh saat itu aku bingung harus berbuat apa. Untuk berterus terang aku takut menyakiti hatinya, tetapi aku juga tak mau berbohong tentang isi hatiku sebenarnya bahwa aku cuma kasihan terhadapnya. tetapi pada akhirnya aku mengambil keputusan untuk berterus terang kepadanya dan akibatnya sudah aku duga. Ia begitu kecewa yang membuat keadaanya semakin bertambah buruk.

Melihat hal itu, sekali lagi rasa tak tegaku muncul dan akhirnya aku memutuskan untuk merubah keputusanku. Aku mencoba memberi apa yang ia harapkan, rasa cinta dan kasih sayang dariku. Sampai akhirnya aku menerima pinangannya dan selanjutnya menikah dengan amat sederhana. Tetapi sekarang aku menyesali keputusanku, karena ternyata Mas Tommy memiliki perangai dan sifat yang luar biasa egois dan menjijikan.

Padahal semua yang diinginkannya selalu saja kuturuti, berhenti kuliah, kutolak tawaran sebuah kampus yang memanggilku bekerja sebagai dosen dan terakhir aku tak diijinkannya untuk meneruskan kuliah, padahal biaya kuliah tersebut berasal dari uang tabunganku sendiri. Dulu sebelum kami menikah, sebenarnya Mas Tommy pernah berjanji akan memenuhi semua syarat yang kuberikan yaitu memberi aku keleluasaan dalam beraktivitas, tetapi sekarang apa yang kudapat. Selalu saja ia mengutarakan ketidak sukaannya terhadap semua aktivitasku.

Tetapi untunglah mama selalu ada saat aku membutuhkan kasih sayangnya, mama selalu memberikan ketegaran dan kesabaran buatku dengan nasehat-nasehatnya, "Sayang, kamu tahu kan seorang istri harus patuh sama suami, tapi kalau kamu sudah menjalankan kewajibanmu dan suamimu tidak bisa menghargai kamu, sebagai istri kalau suami ada salah juga harus diingatkan. Kamu berhak marah ke suamimu, tapi jangan pernah mengucapkan kata kasar untuk melawan kata-kata kasar dia, Kadang Tuhan mengirim seseorang yang salah sebelum memberikan belahan jiwa kamu. Dia menguji seberapa tegarnya kamu menjalani cobaan dari-NYA sehingga kamu bisa dianggap pantas untuk mendapatkan kebahagiaan,"

Aku masih termenung menatap air hujan yang jatuh rintik-rintik. Aku begitu suka dengan hujan. Aku tak tahu apa karena saat hujan aku bisa menangis sepuasnya serentak dengan air yang dikirim oleh Tuhan ke bumi. Hujan mulai reda, sang mentari mulai mengusir awan mendung. Dan aku terkesima saat sebuah lengkungan berwarna warni melengkung di langit. Setelah hujan reda akan datang sang mentari kemudian mentari akan membiaskan sisa hujan dan terpantul menjadi pelangi seketika. Aku terpekur, aku bimbang, dan aku bertanya, "Masih adakah pelangi untukku?" [Vivi Tan / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA