KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 12 Maret 2011

KISAH CINTA MENARIK

Baru-baru ini dalam pesta pernikahan seorang teman, saya bertemu dengan Angelina, teman sekolah di SMA dulu. Karena duduk bersebelahan kami bisa ngobrol sana-sini, akhirnya topik beralih pada  Sieni, teman kami yang lain.

Waktu itu kami tinggal berdekatan dengan Sieni, maka sangat akrab. Pada tahun kedua kuliah, Sieni tiba-tiba pindah rumah, kemudian saya dengar dia akan menikah dengan dosen pembimbingnya. Setelah pindah, terkadang kami masih sempat bertemu, namun sikap Sieni sangat dingin pada kami. Saya menduga, mungkin dia ingin menjaga jarak untuk mengurangi gosip dan mempertahankan harga dirinya.

Berbicara mengenai dosen pembimbing Sieni, Pak Handoko, benar-benar tokoh idola. Terkesan sebagai seorang rupawan, cerdik pandai dan bebas, berpengetahuan luas, dan konon perangainya juga baik. Sebelum menikahi Sieni, Pak Handoko sudah menikah tiga kali, semuanya dengan mahasiswinya.

Setelah menikah, sang istri selalu dikirim keluar negeri untuk studi lanjut. Setelah berada di negeri orang, sang istri memutuskan menetap dan akhirnya bercerai. Semua orang mengatakan keliru sekali dua kali tidak akan mengulang kekeliruan ketiga kalinya, namun Pak Handoko tetap pantang menyerah, meski berkali-kali gagal berkali-kali pula mengulanginya.

Pada tahun kelulusannya, Sieni mengikuti ujian doktor, dia merupakan istri pertama yang melanjutkan studi doktor di dalam negeri. Gosip tersebar bagaikan asap di antara teman-teman kuliah.

Ada yang mengatakan, Sieni hendak menghindari timbulnya kecurigaan, menempuh ujian doktor tidak diuji oleh suaminya sendiri. Ada yang mengatakan, dia sudah tebal muka, tidak menghiraukan segala gosip. Malah ada yang mengatakan, Sieni memanfaatkan dosen pembimbingnya, setelah memperoleh gelar dan kedudukan, maka bercerai pun masih tidak terlambat.

Bagaimanapun juga sang suami sudah terbiasa dicerai, cerai sekali lagi tidak menjadi masalah.

Tentu saja hal di atas gunjingan masa lalu, sekarang justru terlihat kecemerlangan keputusan Sieni. Saat studi mengambil gelar doktor, semua teman risau menyelesaikan masalah tesis, kelulusan, pekerjaan dan lain-lain, tetapi Sieni sama sekali tidak perlu merisaukannya, karena ada sang suami yang menopangnya.

Dari sudut pandang ini, kehidupan Sieni saat ini sangatlah superior, belum berusia 30 tahun, tidak perlu perjuangan apapun, dalam semalam sudah memiliki vila, mobil mewah, gelar dan kedudukan.

Angelina merasakan ketidak-adilan ini, dan berkata kepada saya, “Mengapa orang lain begitu pandai? Mengapa kita justru harus berjuang sendiri dengan penuh penderitaan?”

Saya menghibur Angelina, hal ini mungkin karena nasib baik Sieni, namun bila ada yang diperoleh akan ada juga yang harus dikorbankan, tidaklah perlu iri hati terhadapnya. Angelina menggumam sendiri, “Memang benar juga, mungkin dia juga dapat bercerai, bagaimanapun juga dia berada dalam kondisi paling prima, suaminya justru sedang menua.”

Saya tersenyum, menasehati Angelina agar menjaga perkataannya, bagaimanapun juga kita adalah teman, tidak seharusnya kita menjelek-jelekannya. Tidak ada orang yang dapat mengetahui dengan jelas, apakah pilihan Sieni saat itu didasari cinta atau keuntungan nyata. Orang-orang mudah salah paham terhadapnya, karena dari seekor burung gereja ia tiba-tiba berubah menjadi cendrawasih, perbedaan tingkat semacam ini sulit diterima orang lain.

Angelina bertanya, “Kamu bilang dia sudah memperoleh tentu juga ada yang dikorbankan, mengapa saya tidak melihatnya?”

Saya bertanya balik kepadanya, “Jika kamu diminta menikah dengan orang yang lebih tua seperti ayah atau kakekmu, apa engkau akan senang melakukannya?” Angelina menggelengkan kepala.

Saya melanjutkan, “Itulah. Tentu bukan tidak mungkin bahwa Sieni mungkin benar-benar tergerak asmara sejatinya, namun untuk pilihan ini dia telah mengorbankan masa mudanya. Masa muda itu tak ternilai harganya, sedangkan vila, mobil mewah dan lain-lain adalah benda yang dapat hilang dalam sekejap.”

Setelah mengobrol, saya merenung sendirian. Memang benar, di dunia ini tidak terdapat makan siang yang gratis, apapun yang kita peroleh perlu membayarnya dengan usaha dan penderitaan yang sama. Hal-hal yang diperoleh dengan tanpa usaha memang juga ada, namun di baliknya terdapat masalah jodoh.

Mungkin pada kehidupan sebelumnya, ada yang berhutang, maka pada kehidupan sekarang ia harus membayarnya tanpa syarat. Seorang filosof besar Jerman bernama Georg Wilhelm Friedrich Hegel pernah berkata, “Segala yang terjadi adalah memang sudah sepantasnya.”

Apa yang Hegel maksudkan pada saat itu, jika semua ini adalah jodoh yang ditakdirkan maka sepenuhnya masuk akal.

Tidak ada kebahagiaan yang sama sekali tanpa sebab, juga tidak ada penderitaan yang sama sekali tak beralasan. Tak peduli yang muncul nantinya manis seperti madu ataupun memedihkan hati, apa yang harus dihadapi tanggunglah dengan lapang dada.

Sebaik apapun keadaan orang lain, meski sekali melangkah mereka sudah mencapai langit biru, itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kita. Hanya dapat dikatakan bahwa jalan hidupnya sangat berbeda dengan kita. Jalan yang akan kita lalui adalah jalan kita sendiri, tidak perlu bergembira ataupun menangisi keberuntungan maupun kerugian orang lain. 

Disalin oleh: Chen Mei Ing

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA