KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 20 April 2011

SANG PRIMADONA

Aku tidak menyangka, tahun ini (1936) adalah tahun terakhirku untuk berakting di atas panggung. Dahulu aku bukanlah siapa-siapa. Selain di desaku, tidak ada yang mengenal siapa aku sebelumnya. Masih segar dalam ingatanku, ketika seorang Arab menghampiri diriku ketika aku sedang bermain tonil di desaku. Orang Arab ini takjub melihat akting, dan suaraku, di samping parasku yang cantik, mungkin. Orang Arab ini melihat bahwa aku akan menjadi primadona panggung paling populer di dunia tonil. Aku tidak pernah bermimpi seperti itu.

Orang Arab ini bernama Tuan Abubakar. Dia seorang pemilik tonil keliling bernama Valencia .. “Siapa namamu?” Katanya. “Cicih tuan,” ucapku. “Sungguh, permainanmu bagus sekali.” “Maukah kamu menjadi bagian dalam rombonganku?” tegasnya.

Ah, rasanya jantung ini berdegup kencang. Tidak dinyana, aku diajak masuk ke dalam rombongannya. Antara gugup, senang, ragu, aku berpikir untuk menolak atau menerima ajakannya. Dan nampaknya, perasaanku mengajakku untuk bergabung. Ya, aku menjadi bagian dari rombongan Tuan Abubakar, kira-kira waktu usiaku 18 tahun, dan itu terjadi pada 1926.

Hari-hariku kini diisi oleh petualangan. Keliling untuk memberikan hiburan melalui panggung dari desa ke desa, dan dari kota ke kota . Kami berkeliling dengan empat gerobak yang ditarik lembu. Di sekitar desa dan kota di Jawa Barat kami melakukan pertunjukan. Aku dan Tuan Abubakar nampak semakin dekat. Ia orang yang baik dan perhatian sekali. Bukan hanya padaku, tetapi juga pada anak buahnya yang lain. Namun belakangan ini aku merasa, perhatiannya ini berbeda dengan apa yang diberikan pada teman-temanku yang lain. Di perjalanan kami menuju Purwakarta, Tuan Abubakar bercerita banyak tentang dirinya. Tidak aku duga sebelumnya, ia adalah orang Arab kelahiran Bangil Jawa Timur. Dahulu, katanya, sebelum terjun ke dunia tonil ia pernah mendapat tawaran orang tuanya untuk meneruskan bisnis batik di Pekalongan. Tapi, Tuan Abubakar menolaknya.. Aku tidak menyangka, pengabdiannya pada dunia tonil begitu besar, sehingga ia menolak tawaran manis, yang menurutku adalah jalan terbaik untuk hidup enak.

Di beberapa kota yang kami singgahi untuk manggung, ternyata aktingku semakin disukai orang. Suaraku juga. Tepuk tangan riuh, bertubi-tubi membuat hatiku bangga. “Kamu akan terkenal sebentar lagi Cicih,” kata Tuan Abubakar.

Aku diam. Malu. Dua tahun kemudian, terbesit rencana Tuan Abubakar untuk mengadakan pementasan di Batavia .. Katanya, jika kita ingin menjadi rombongan yang diakui, kita harus menguji kemampuan kita di Batavia . Batavia , oh, aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di sana .. Lagi-lagi aku gugup, ragu, dan sedikit cemas. Aku takut kami tidak bisa bermain bagus di sana . Apalgi aku mendengar bahwa di sana ada satu primadona panggung yang tenar dan amat digemari. Dia adalah Miss Riboet dari rombongan Orion. Tapi berkali-kali Tuan Abubakar meyakinkanku bahwa aku mampu menghadirkan tontonan yang menarik di sana .. Manggung di Batavia, aku tertantang juga.

Ya, kami tiba di Batavia . Di Batavia, kami mampu memberikan penampilan yang berkesan. Pertunjukan-pertunjukan yang kami tampilkan di Batavia rupanya membuat wartawan memerhatikan setiap penampilan kami. Pertunjukan kami banyak disebarkan melalui media cetak. Dan ini membuat nama rombongan kami makin populer. Selain peran wartawan tadi, nampaknya kepemimpinan kharismatik Tuan Abubakar tidak bisa juga diabaikan.

Banyak peristiwa di 1928 yang tidak bisa aku lupakan. Pada tahun ini Tuan Abubakar menyatakan perasaannya padaku. Aku gugup. Dia mengajak aku untuk menikah. Apa daya, aku juga sudah hanyut dalam perasaan yang sama. Lagi-lagi, aku menerima tawarannya itu, walaupun aku hanya menjadi istri keduanya. Tahun 1928 benar-benar menjadi tahun yang berkesan bagiku. Bukan saja kami dapat mempersembahkan kemampuan kami dihadapan publik Batavia , dan Tuan Abubakar menikahiku, tetapi namaku juga dijadikan sebagai nama rombongan kami. Ini adalah Ide Tuan Abubakar. Sebelumnya, namaku ditambah dengan embel-embel “Miss” oleh Tuan Abubakar. Miss ialah sebutan untuk wanita yang terkenal lewat panggung.

Menurut dia, “Seorang primadona namanya harus dikedepankan menjadi nama sebuah perkumpulan. Ini bisa menyedot publik untuk menyaksikan pertunjukan kita. Seperti nama Miss Riboet yang dipakai di depan nama Orion.”

Sejak itu, nama rombongan kami menjadi Miss Cicih. Kami resmi menyandang nama tersebut. Perubahan nama rombongan membuat aku semakin percaya diri dan total bermain di atas panggung.

Sejak pertunjukan perdana kami pada 1928, kami memutuskan untuk menetap di Batavia .. Namun kami tidak akan terpaku di kota ini. Kami tetap mengadakan pertunjukan berkeliling, terutama ke arah Jawa Barat. Lakon-lakon yang dihadirkan di atas panggung memang sangat mengena pada alam pikiran masyarakat. Mereka senang menyaksikan kami membawakan lakon tentang legenda dan mitos yang hidup di sekitar mereka. Dan memang itu tujuan kami. Nama rombongan kami kian berkibar di tengah-tengah banyaknya perkumpulan sandiwara yang timbul-tenggelam. Berkali-kali Tuan Abubakar menyanjungku sebagai perempuan yang mempunyai kemampuan “menyihir” publik yang tiada duanya. Aku hanya diam. Menunduk. Malu. Seiring ketenaran kami, pendapatan dan undangan mengalir seperti air.

Perkumpulan kami semakin disegani di Batavia dan Jawa Barat. Nama kami kian tenar. Kami selalu menjadi buah bibir para penggemar hiburan panggung. Meski ada hiburan lain selain tonil, yaitu film, mereka tetap setia datang ke tempat di mana kami manggung. Tidak kami bayangkan, ternyata kami menjadi salah satu perkumpulan besar di Batavia.

“Ini karena totalitas kamu bermain di atas panggung, Cicih.” Tuan Abubakar tidak bosan-bosannya memujiku.

Jantungku berdegup ketika ada kabar bahwa kami diundang untuk datang ke Istana Boutenzorgh. Peristiwa ini terjadi di tahun 1931. Aku ragu-ragu, gugup, sekaligus senang. Jarang sekali pihak istana ingin menyaksikan sebuah perkumpulan tonil. Tidak sampai terpikir olehku. Juga oleh Tuan Abubakar. Nampak wajah Tuan Abubakar gembira sekali mendapat undangan ini. Sesampainya di Istana Boutenzorgh, aku bermain totalitas, begitu pula dengan kawan-kawanku.. Sorot mata petinggi Belanda dan orang-orang kulit putih menghujani pertanyaan tentang kesan mereka terhadap pertunjukan kami. Tuan Gubernur Jenderal ternyata puas. Senang dan tersenyum lebar. Begitu juga orang-orang di dalam istana itu.

Selain diundang ke istana, pernah juga kami dapati undangan untuk pentas di berbagai pendopo kabupaten. Para bangsawan itu terkesan oleh kabar burung tentang pementasan kami di berbagai daerah. Terutama oleh aksiku di atas panggung. Makanya mereka tertarik untuk mengundang kami kekediaman masing-masing. Sapi dan lembu yang menarik gerobak-gerobak kami sangat setia menemani berkeliling. Wah, alangkah senangnya aku. Mereka menyebutku sebagai Sang Primadona. Tahun demi tahun terus kulalui bergulir bersama rombongan Miss Cicih. Rombongan di mana aku belajar, mengasah kemampuan, dan menjadi besar.

Tahun 1936 rombongan kami sampai di daerah Cikampek Jawa Barat. Dan ini merupakan tahun terakhirku mempersembahkan kemampuanku di panggung. Pada satu saat di atas panggung, ketika aku tengah berakting, aku jatuh. Penonton mengira aku sedang berakting. Teman-temanku, termasuk Tuan Abubakar panik. Lantas aku dibawa mereka ke tempat kelahiranku, Sumedang. Aku berpisah dengan raga di sana .. Terkubur diusia 28 tahun. Takdir menetapkan bahwa ini adalah pertunjukan terakhir dalam hidupku. Aku mempunyai harapan sederhana: “Mudah-mudahan aku tidak dilupakan oleh sejarah...” [Chen Mei Ing]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA