Pandangan banyak orang ini, membuktikan bahwa proses pembauran semua etnis di Sulut, sukses. Tak heran, dalam pergaulan sehari-hari warga tidak lagi melihat latar belakang etnis dan golongan, namun yang dilihat adalah sisi sesama manusianya sebagai makhluk sosial. Alasan sederhana pernah disampaikan salah seorang warga etnis Tionghoa. "Yang menyatukan semua etnis di Sulut, tujuannya yaitu sama-sama mencari nafkah," kata Hengky Tois, warga etnis Tionghoa Manado.
Oleh beberapa pengamat, 'mulusnya' proses pembauran warga etnis Tionghoa (khususnya) di Kota Manado, karena latarbelakang asal-usul etnis terbesar di Kota Tinutuan ini, yakni warga etnis Minahasa. Sesuai penelitian yang dilakukan salah satu universitas terkemuka di Tiongkok, warga Minahasa berasal dari Negeri Tirai Bambu China.
Hal itu mereka buktikan dengan miripnya alat transportasi air (perahu) di Danau Tondano Minahasa, dengan perahu di salah satu provinsi di Tiongkok. Legenda di Tiongkok menyatakan, salah seorang selir raja dari salah satu kerajaan di Tiongkok, diasingkan di pulau Sulawesi bagian utara. Beberapa versi sejarah, juga menyatakan bahwa sebagian orang Indonesia berasal dari Mongolia.
Kemungkinan kesamaan asal-usul warga etnis Minahasa dan etnis Tionghoa ini, juga terlihat dari hubungan akrab kedua etnis tersebut. Sejak ratusan tahun silam, etnis Tionghoa dan Minahasa sudah kawin-mawin. Keturunan merekalah sebagian besar warga etnis Tionghoa di Manado saat ini. Tak heran, warga etnis Tionghoa tidak lagi dianggap warga etnis lain sebagai WNA, demikian juga secara pribadi mereka merasa orang Manado (bagi yang tinggal di Manado). "Setahu saya, oma kami orang Minahasa, jadi saya juga adalah etnis Minahasa," aku Yolanda sambil tersenyum. [Merry Huang, Menado, Tionghoanews]