KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 28 Agustus 2011

PENYESUAIAN DIRI TERNYATA BERBANDING TERBALIK DENGAN KERJASAMA

Orang-orang yang patuh pada norma-norma sosial (konformis) mungkin selalu mencoba untuk dapat menyesuaikan diri dengan khalayak. Namun menurut temuan terbaru, ternyata mereka tidak selalu dapat melakukan kerja sama dengan baik.

Para peneliti di University of East Anglia, Inggris, membuat sebuah permainan untuk mengamati perihal kerjasama diantara pasangan peserta studi untuk menentukan tingkat konformitas sosial, dan mereka menemukan bahwa kelompok yang terdiri dari para konformis ternyata cenderung untuk bermain sendiri-sendiri (tidak bekerja sama).

Pada bagian pertama dari eksperimen, peserta diberikan nilai seberapa banyak mereka ingin menyesuaikan diri, yaitu berdasarkan minat bersosialisasi mereka. Kemudian mereka ditanya tentang sikap mereka mengenai pembayaran pajak.

Dan mereka-mereka yang memiliki keinginan berperilaku sosial yang lebih tinggi, yang dikategorikan sebagai "konformis", lebih menyatakan kerelaan membayar pajak  untuk sekadar menaati norma sosial.

Pada percobaan kedua, peserta dipasangkan berdasarkan tingkat kesesuaian mereka untuk memainkan permainan, di mana mereka harus mengalokasikan dana untuk proyek-proyek kesejahteraan masyarakat. Pada intinya, permainan yang melibatkan pembayaran pajak. Jika bermain secara kooperatif akan menguntungkan kedua pasangan, sementara jika bermain tidak kooperatif akan lebih menguntungkan individu yang kurang kooperatif.

Meskipun memiliki kesediaan untuk membayar pajak lebih tinggi, namun peserta dengan tingkat konformis yang lebih tinggi ternyata ditemukan bahwa mereka bermain dengan tidak kooperatif dan tidak saling membantu sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang non-konformis.

"Berlawanan dengan prediksi kami, kepatuhan ternyata tidak selalu dapat bekerjasama," kata koordinator penulis makalah, Dr Piers Fleming dalam siaran pers. "Minat terhadap sososialisasi yang kini merambah masyarakat secara global, ternyata tidak berarti dapat benar-benar mendorong orang untuk bekerja sama dengan lebih baik.

Para peneliti meneliti lebih lanjut efek umpan balik positif pada berbagai tingkat kerjasama. Mereka menemukan bahwa ketika peserta didorong untuk menyumbang lebih, hanya pasangan peserta konformis berperingkat rendah yang memulai dengan lebih banyak berbagi.

"Dalam studi ini, walaupun orang-orang yang konformis menyatakan lebih cenderung untuk membayar pajak, pada kenyataannya, mereka tidak senang untuk membayar lebih dari yang dibayar oleh rekan mereka sebelumnya," ujar salah satu tim penulis Profesor Daniel Zizzo dalam rilisnya.

"Sebaliknya, individu-individu yang kurang minat sosialnya, cenderung bersedia untuk mengabaikan investasi rekan mereka dengan berinvestasi lebih banyak. Hal ini menyebabkan investasi yang lebih besar bagi kedua pihak dan tentunya saling menguntungkan."

Studi ini diterbitkan dalam Personality and Individual Differences edisi Agustus. (Ginger Chan, Surabaya, Tionghoanews)

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA