Para peneliti di University of East Anglia, Inggris, membuat sebuah permainan untuk mengamati perihal kerjasama diantara pasangan peserta studi untuk menentukan tingkat konformitas sosial, dan mereka menemukan bahwa kelompok yang terdiri dari para konformis ternyata cenderung untuk bermain sendiri-sendiri (tidak bekerja sama).
Pada bagian pertama dari eksperimen, peserta diberikan nilai seberapa banyak mereka ingin menyesuaikan diri, yaitu berdasarkan minat bersosialisasi mereka. Kemudian mereka ditanya tentang sikap mereka mengenai pembayaran pajak.
Dan mereka-mereka yang memiliki keinginan berperilaku sosial yang lebih tinggi, yang dikategorikan sebagai "konformis", lebih menyatakan kerelaan membayar pajak untuk sekadar menaati norma sosial.
Pada percobaan kedua, peserta dipasangkan berdasarkan tingkat kesesuaian mereka untuk memainkan permainan, di mana mereka harus mengalokasikan dana untuk proyek-proyek kesejahteraan masyarakat. Pada intinya, permainan yang melibatkan pembayaran pajak. Jika bermain secara kooperatif akan menguntungkan kedua pasangan, sementara jika bermain tidak kooperatif akan lebih menguntungkan individu yang kurang kooperatif.
Meskipun memiliki kesediaan untuk membayar pajak lebih tinggi, namun peserta dengan tingkat konformis yang lebih tinggi ternyata ditemukan bahwa mereka bermain dengan tidak kooperatif dan tidak saling membantu sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang non-konformis.
"Berlawanan dengan prediksi kami, kepatuhan ternyata tidak selalu dapat bekerjasama," kata koordinator penulis makalah, Dr Piers Fleming dalam siaran pers. "Minat terhadap sososialisasi yang kini merambah masyarakat secara global, ternyata tidak berarti dapat benar-benar mendorong orang untuk bekerja sama dengan lebih baik.
Para peneliti meneliti lebih lanjut efek umpan balik positif pada berbagai tingkat kerjasama. Mereka menemukan bahwa ketika peserta didorong untuk menyumbang lebih, hanya pasangan peserta konformis berperingkat rendah yang memulai dengan lebih banyak berbagi.
"Dalam studi ini, walaupun orang-orang yang konformis menyatakan lebih cenderung untuk membayar pajak, pada kenyataannya, mereka tidak senang untuk membayar lebih dari yang dibayar oleh rekan mereka sebelumnya," ujar salah satu tim penulis Profesor Daniel Zizzo dalam rilisnya.
"Sebaliknya, individu-individu yang kurang minat sosialnya, cenderung bersedia untuk mengabaikan investasi rekan mereka dengan berinvestasi lebih banyak. Hal ini menyebabkan investasi yang lebih besar bagi kedua pihak dan tentunya saling menguntungkan."
Studi ini diterbitkan dalam Personality and Individual Differences edisi Agustus. (Ginger Chan, Surabaya, Tionghoanews)