KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 12 Agustus 2011

SETIAP SAAT HARUS MEJADI ORANG BAIK

Pada zaman dinasti Qing, ada seorang yang berasal dari Jiangxi karena telah berbuat jahat seumur hidupnya, setelah sadar atas perbuatannya ingin bertobat, ketika sedang duduk di rumahnya memikirkan semua perbuatan jahatnya yang dahulu dilakukannya, dia sangat menyesal, dan berjanji kepada dirinya sendiri mulai saat itu akan berubah dan bertobat.



Setelah 2 tahun berlalu, orang ini matanya menjadi buta, dia sangat marah dan berkata, "Ketika saya berbuat jahat semua usahaku lancar, tetapi sekarang telah bertobat dan berbuat baik mataku menjadi buta, apakah Yang Maha Kuasa memang tidak ingin saya menjadi orang baik!"Mulai saat itu dia berbuat jahat lagi seperti dahulu, dan mencari dokter mengobati matanya akhirnya matanya telah sembuh kembali.



Orang ini adalah seorang sastrawan yang pintar menulis syair dan sangat bangga atas kepintaran dirinya sendiri, sejak matanya buta dia tidak pernah menulis syair lagi, tetapi sekarang matanya telah sembuh, dia mulai menulis syair lagi, tetapi tidak disangka beberapa waktu yang lalu dia menulis sebuah syair yang mencemarkan nama baik seorang pejabat yang akhirnya membuat dia dihukum mati.



Setelah kematiannya ada orang berkata, "ketika matanya sembuh, ini adalah permulaan dari malapetaka, ketika matanya buta, ini adalah permulaan dari berkat Dewa. Dewa membiarkan kedua matanya buta adalah hukuman atas perbuatan jahatnya dahulu, tetapi dia malah tidak sadar, sehingga nyawanya dipertaruhkan untuk menggantikan kedua matanya."  



Ada orang setelah berbuat jahat belum mendapatkan balasan karma sehingga beranggapan karma itu tidak mungkin ada, ada juga orang yang hanya berbuat sedikit kebaikan/kebajikan tidak melihat balasannya segera mengatakan tuhan tidak adil, seperti sastrawan ini yang hanya bisa menyalahkan orang dan Tuhan, akhirnya hanya mencelakakan diri sendiri. [Angelina Lim, Medan, Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA