Justru malah bisa mengancam kesehatan, sehingga perlu mewaspadai zat yang terkandung dalam makanan tersebut. Berdasarkan pengambilan sampel rutin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam beberapa tahun terakhir seperti di kutip dari kompas.com menunjukkan ada empat jenis bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam makanan. Yakni formalin, boraks, pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow. Menurut staf pengajar Akademi Kimia Analisis Bogor, secara umum makanan mengandung zat berbahaya dapat dikenali dari fisik, warna, tekstur dan rasa.
Seperti dilansir oleh tionghoanews.com, methanol yellow atau pewarna kuning metanil adalah zat warna sintesis berwarna kuning kecokelatan dan berbentuk padat atau serbuk. Pewarna ini digunakan untuk pewarna tekstil dan cat. Metanil kuning merupakan bahan yang dilarang untuk digunakan sebagai pewarna pangan. Metanil kuning akan berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan.
Akibat yang ditimbulkan bisa iritasi pada saluran pernapasan, gangguan pada mata dan bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih. Apabila tertelan, bisa menyebabkan mual, muntah , sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Penyalahgunaan metanil kuning untuk pangan telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan di antaranya kerupuk, mie, pangan jajanan berwarna kuning dan banyak juga sebagai pewarna pada tahu.
Ciri pangan dengan pewarna metanil kuning biasanya, berwarna kuning menyolok dan cenderung berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogenis, misalnya pada kerupuk. Pewarna Rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang digunakan industri tekstil dan kertas. Bentuknya serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar.
Zat warna ini juga dilarang digunakan untuk makanan. Pewarna Rhodamin B berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan bisa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Penyalahgunaan Rhodamin B untuk pewarna pangan telah banyak ditemukan pada panganan seperti kerupuk, terasi, dan beberapa jajanan yang berwarna merah.

Perlu diketahui juga, ciri-ciri pangan dengan pewarna ini adalah berwarna merah menyolok dan cenderung berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogenis, misalnya pada kerupuk dan es puter). Sementara formalin adalah larutan yang tidak berwana dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 % formaldehid dalam air. Biasanya ditambah metanol hingga 15 % sebagai pengawet.
Barang ini biasa digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan disinfektan untuk peralatan rumahsakit serta untuk pengawet mayat, sehingga dilarang keras digunakan untuk pengawet makanan. Beberapa makanan yang biasa diberikan formalin antara lain mie, tahu, ikan dan baso. Mi basah berformalin misalnya, bercirikan tidak lengket, lebih mengilap dibanding mi tanpa formalin. Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar serta bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celcius).

Tahu berformalin biasanya sangat kenyal dan tidak rusak selama 3 hari pada suhu kamar. Makanan berformalin biasanya memang bercirikan lebih keras dibandingkan makanan serupa tanpa formalin. Selain itu, makanan berformalin juga lebih awet. "Ikan berformalin biasanya tidak dihinggapi lalat, tidak rusak lebih dari 1 bulan pada suhu 25 derajat Celcius. Insangnya juga kemerahan," jelas Chandra.
Sedangkan Boraks adalah senyawa berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau dan stabil pada suhu tekanan normal. Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air sehingga tidak diperkenankan untuk makanan.
Efek dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, pendarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala. Penyalahgunaan boraks untuk makanan telah ditemukan pada mie basah, baso, kerupuk dan jajanan lainnya. Ciri mie basah mengandung boraks teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket dan tidak cepat putus.
Ciri baso mengandung boraks teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namgHGvhun lebih cenderung keputihan. Ciri jajanan mengandung boraks teksturnya sangat kenyal, berasa tajam seperti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan memberikan rasa getir. Ciri kerupuk mengandung boraks, renyah dan bisa menimbulkan rasa getir. [Caroline Chan / Bandung / Tionghoanews]