Saya pernah bercerai, sejak perceraian itu terjadi, semua teman tidak berhubungan lagi dengan saya, ketika bertemu di jalanan, dari jauh mereka sudah cepat menghindar. Saya juga pernah mengidap penyakit kanker, ketika dalam masa pengobatan, saya sangat mengharapkan simpati dari para teman, tetapi mereka semua malah tidak pernah menghubungi saya lagi.
Seorang perempuan mengatakan kepada saya, ketika suaminya sedang sakit parah, semua teman suaminya, termasuk teman baik suaminya tidak pernah datang menjenguknya. Penyebabnya adalah mereka tidak tahu mereka bisa melakukan apa. Itu kelihatannya sebagai alasan yang masuk akal. Tetapi sebuah pengalaman kecil membuat saya memahaminya, mungkin sepatah kata saja sudah cukup.
Pada suatu hari kebetulan hari jumat, saya sedang dalam perjalanan ke tempat wawancara, di tengah jalan saya berhenti di sebuah restoran untuk sarapan pagi. Restoran ini sangat ramai, kelihatannya pekerjaan kasir agak lamban. Ketika tiba giliran saya membayar, tiba-tiba kasir di hadapan saya berteriak, "Aduh, matilah saya semua data hilang." Rupanya mesin kasirnya mengalami sedikit gangguan.
Dia sangat panik, memandang kesekelilingnya, mengharapkan mendapat bantuan. Dia bertanya kepada koleganya, tetapi koleganya tidak bisa membantu, lalu dia menelpon managernya. Ketika sedang menunggu bantuan dari teknisi, dia mengangkat kepalanya memandang saya sambil berkata, "Saya tahu, engkau sedang dikejar waktu, tetapi kebetulan tiba giliran anda mesin ini rusak. " Dia sangat panik sampai airmatanya hampir keluar.
Saya menghiburnya mengatakan bahwa hal tersebut sering terjadi, semuanya akan segera beres, saya tidak dikejar waktu. "Maaf, membuat anda menunggu, apa yang bisa saya lakukan untuk anda?." Dia bertanya.
"Engkau sedang melakukannya." Saya berkata.
Orang-orang yang dibelakang saya tidak mengerti perkataan kami, seorang wanita bertanya kepada teman disampingnya, "Apa yang dikatakannya?".
Pria disampingnya berkata, "Dia tidak tahu apa yang dilakukannya."
Saya segera membalikkan badan menjelaskan kepada mereka, "Kalian salah, dia tahu apa yang harus dilakukan. Mesin kasir sedang bermasalah, dia sudah menghubungi managernya untuk memanggil teknisi, dia telah mencoba melakukan yang terbaik."
Saya kembali membalikan badan, saya melihat wajah kasir tersebut sedang tersenyum kepada saya, "Saya sangat gembira, ketika terjadi masalah begini, saya bertemu denganmu." Dengan suara perlahan dia berkata.
Beberapa menit kemudian, teknisi sudah memperbaiki mesin tersebut, pembayaran sudah dapat dilakukan, dia menyodorkan kertas tagihan saya lalu membayar, ketika dia mengembalikan uang kepada saya, saya menggenggam tangannya. Dia kelihatannya sangat kaget memandang kepada saya, "Terima kasih, engkau telah melakukan yang terbaik, semoga semuanya berjalan lancar."
Di bola matanya terdapat linangan air mata dengan terbata-bata dia berkata, "Terima kasih."
Pada dasarnya kita semua suka dan ingin membantu orang lain, tetapi terkadang kita tidak tahu bagaimana caranya? Terkadang kita takut kata-kata yang kita katakan tidak bisa menghibur, oleh sebab itu kita memilih untuk diam saja atau mencoba menghindar. Tetapi sejak kejadian ini terjadi membuat saya menyadari pada saat ini hanya sepatah kata saja sudah cukup yaitu "Apa yang bisa saya lakukan untukmu?" [Linda Lim / Denpasar / Bali / Tionghoanews]