KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 23 Oktober 2011

HENTIKAN PEMBANGUNAN UNTUK MENGHEMAT UANG RAKYAT

Kisah ini berasal dari Catatan Sejarah: Xiaowen Benji. Saya telah mengutip 'Pelajaran Dari Sejarah Kerajaan' yang ditulis oleh Zhang Juzheng, Sekretaris Besar dari Dinasti Ming. Kisah ini seputar bagaimana Kaisar Han, Wendi memedulikan kekayaan rakyatnya dan menghentikan pembangunan sebuah paviliun.

Kaisar Wendi ingin membangun sebuah paviliun di Gunung Li. Dia semula memerintahkan tukang kayu untuk memperkirakan biayanya. Tukang memperkirakan biayanya seratus tael emas.

Wendi berkata, "Ini kurang lebih sama dengan kekayaan bersama sepuluh keluarga kelas menengah. Kaisar sebelumnya telah meninggalkan banyak istana bagi saya. Bagaimana saya bisa menghabiskan lebih banyak biaya dan kerja keras untuk pembangunan paviliun ini?"

Kaisar Wendi, yang nama kecilnya adalah Liu Heng, adalah raja yang baik yang suka mendengarkan nasehat rakyatnya. Dia menjalani kehidupan yang sederhana. Selama 23 tahun masa kekuasaannya, beliau tidak melakukan perbaikan besar istana-istananya. Dia juga coba memotong biaya pengeluaran istana. Para pakar sejarah menceritakan bagaimana Kaisar Wendi membatalkan pembangunan sebuah paviliun: "Wendi adalah kaisar negeri yang tidak memikirkan dirinya sendiri. Sebetulnya ia memiliki kekayaan amat besar. Dan ada kedamaian saat dia berkuasa. Negeri menjadi kuat, dan rakyat makmur. Maka tidaklah masalah untuk membangun sebuah paviliun. Namun, dia bahkan tidak mau menghabiskan 100 tael emas untuk melakukannya. Dia, sesungguhnya bersinar terang bersama para kaisar bijaksana dalam sejarah, yang dipuji rakyat."

Menurut catatan sejarah, selama pemerintahan Kaisar Wendi, tidak ada penambahan pada istana, taman, pakaian, kereta dan kuda, dan lain-lain. Dia tidak akan melakukan apa pun yang merusak kepentingan rakyatnya. Meskipun Wendi seorang kaisar, pakaian sehari-harinya dibuat dari sutera kasar dan tebal. Dia bahkan meminta anaknya, Putri Shen, agar tidak mengenakan gaun panjang. Tempat tidurnya juga sederhana dan tanpa sulaman penuh warna. Demikian hematnya Wendi, untuk memberikan teladan pada dunia.

Wendi juga meminta agar makamnya dibuat hanya dari tembikar. Para tukang tidak diperkenankan menggunakan logam berharga seperti emas, perak, tembaga, atau timah untuk mendekorasi makamnya. Beliau juga melarang pembuatan nisan besar, untuk menghemat biaya dan tidak mengganggu kehidupan para petani dan rakyatnya.

Saat itu Raja Vietnam Selatan adalah Weituo, yang memproklamirkan dirinya menjadi Kaisar Wudi. Kaisar Wendi dari Dinasiti Han tidak menyerangnya. Malah memanggil adik Weituo ke ibukota, dan memberinya properti serta membuatnya kaya raya. Sebagai akibatnya, Weituo akhirnya tersentuh, dan melepas gelar kekaisarannya, dan menyerah pada Dinasti Han.

Selama Dinasti Han, bangsa Hun masih merupakan kekuatan yang perkasa. Dinasti Han baru saja didirikan, dan segalanya masih dalam masa peralihan. Tidaklah tepat bagi mereka untuk mengirim pasukan untuk berperang. Wendi karenanya membuat perdamaian dengan bangsa Hun melalui perkawinan. Tetapi bangsa Hun melanggar janji, dan menyerang Dinasti Han serta melakukan perampasan. Namun, Wendi hanya memerintahkan pasukannya untuk menjaga perbatasan dan melindungi rakyat. Dia tidak mengirim bala tentara untuk berperang di wilayah bangsa Hun, karena dia mempertimbangkan malapetaka yang akan ditimbulkan oleh peperangan. Satu dari para bangsawannya, penguasa Wu, Liu Bi, sering mencari alasan untuk menghindar muncul di hadapan Wendi. Wendi tidak mengejarnya, malahan memberi Liu Bi beberapa kayu dan tongkat. Ini untuk menunjukkan kepeduliannya pada bangsawan tua itu. Dia juga mengumumkan bahwa Liu Bi boleh tidak berziarah.

Ketika Kaisar Wendi berkuasa, pikirannya dicurahkan untuk rakyat jelata, dan dia menjalankan kekuasaannya dengan bijaksana, bukannya dengan hukuman keras. Di bawah pemerintahannya, pertanian subur, rakyat menjalani hidup yang damai, dan ekonomi berkembang. [Natalia Lim / Cirebon / Jabar Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA