Entah siapa yang berbuat iseng itu. Tapi teror iseng, itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap warga. Tragedi kerusahan berbau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) 13 tahun silam, sudah membuat warga Solo cerdas untuk tidak terusik teror murahan itu.
Minggu (23/10) pagi, Walikota Surakarta Joko Widodo (Jokowi) juga santai menanggapi teror iseng itu. Baginya, ulah dari oknum tidak bertanggungjawab itu, sama sekali tidak bisa mengusik warganya.
"Itu hanya ulah oknum yang suka memprovokasi dan ingin memanas-manasi saja. Saya pikir semua warga Solo sudah dewasa dan bisa berpikir jernih dalam menyikapi hal seperti ini. Masyarakat juga tidak perlu meresahkan kalau ada kejadian serupa di kemudian hari," ujarnya kepada wartawan di rumah dinasnya, Loji Gandrung, kemarin.
Menurut Jokowi, isu yang mengabarkan jika akan terjadi kerusuhan di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya, Jakarta, Bandung dan Solo tidak lebih hanya sekadar isapan jempol (isu).
"Lihat saja, hari ini (kemarin) tidak terjadi apa-apa. Car Free Day sangat ramai seperti biasa.
Masyarakat juga saling berbaur tanpa ada ketakutan akan terjadi sesuatu. Malahan tadi malam (Sabtu) acara budaya di Ngarsopuro juga berlangsung relatif lancar. Semua warga dari berbagai kalangan juga saling berinteraksi," kata Jokowi menggambarkan kondisi warga Solo.
Jokowi pun meminta kepada seluruh pihak, termasuk media untuk tidak terlalu membesar-besarkan isu itu. Sedangkan masyarakat dipersilakan untuk tetap tenang dan tetap beraktivitas seperti biasa. "Provokasi itu tidak perlu dibesar-besarkan. Bahkan bisa kembali dijadikan test case, jika situasi Solo tetap kondusif," ujarnya.
Senada disampaikan Wakil Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo. Menurutnya peristiwa itu, hanya ulah pihak-pihak tertentu yang tidak suka dengan situasi Kota Solo yang kondusif beberapa tahun ini."Tolong jangan hiraukan semua informasi yang sifatnya meneror. Mari kita jaga situasi kota agar tetap aman," pintanya. [Yenni Huang / Solo / Tionghoanews]