Menyemarakkan hari ulang tahun Dewi Kwan Im, masyarakat etnis Tionghoa Kota Tebingtinggi kembali menggelar Opera Wayang Orang atau Tio Ciu Pan dari Negeri Cina Tiongkok di halaman depan Vihara Maha Dana Jalan Veteran Kota Tebingtinggi.
Acara yang akan berlangsung selama 15 hari (hingga 28 Oktober 2011) itu secara resmi dibuka Walikota Tebingtinggi diwakili Wakil Tebingtinggi, H Irham Taufik SH AMP, Jum'at (14/10)
malam dan turut dihadiri unsur muspida setempat antara lain Kapolresta, AKBP Robert Harianto Watratan, Kajari Olopan Nainggolan SH MH, Ketua PN Tebingtinggi, Kaban Kesbang Linmas Zulkifli B Siregar, Ketua Panitia Tio Ciu Pan Darmadi alias Ahong dan para pimpinan SKPD sekota Tebingtinggi.
Irham Taufik dalam sambutannya berharap agar pemuda - pemudi Tionghoa di kota itu untuk terus melestarikan seni budaya Tionghoa. "Budaya etnis Tionghoa harus dilestarikan dan dikembangkan sebab generasi muda harus mengetahuinya," kata Irham Taufik.
Dia juga mengajak warga masyarakat kota Tebingtinggi yang multi etnis untuk tetap menjaga kerukunan dan kondusifitas kota dengan saling menghargai seni budaya masing-masing etnis.
"Mari kita saling mempererat rasa nasionalis bangsa dengan saling menghargai kebudayaan etnis apalagi kota Tebingtinggi yang multi etnis, mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa demi kondusifitas daerah yang kita cintai ini", imbuhnya.
Ketua Panitia Opera Wayang 'Tio Ciu Pan', Darmadi alias Ahong mengatakan, kegiatan budaya leluhur dari Negeri Tiongkok Tio Ciu Pan tersebut dalam rangka memperingati hari ulang tahun Dwi Kwan Im itu untuk kedua kalinya digelar di Kota Tebingtinggi.
"Kegiatan ini sekaligus dalam rangka ritual doa, karena ini mengingatkan suku Tionghoa dimusim semi bercocok tanam yang berlangsung bulan Januari hingga bulan Maret. Setelah bercocok tanam, bulan April hingga Juni, tibalah musim panen. Ini sesuai dengan leluhur kita dahulu di negeri Tiongkok, setelah musim tanam berlangsung enam bulan kemudian memanen," ungkap Ahong.
Sebelum turun ke sawah, lanjut A Hong, masyarakat di negeri Tiongkok terlebih dahulu melakukan ritual agama dengan sembahyang. Kemudian, mereka berdoa guna meminta kepada Dewi Kwan Im agar tanaman ini bisa berhasil. Di Negeri Tiongkok kalau bulan ini sudah siap panen, tapi sekarang ini kapan saja bisa panen.
"Acara ini juga untuk memohon do'a, agar masyarakat Tebingtinggi khususnya dan Indonesia umumnya tetap damai dan sejahtera. Para petani tetap berhasil dalam bercocok tanam, dijauhkan dari berbagai musibah. Kita do'a kan juga, negara ini terhindar bencana dan tetap hidup rukun serta damai", harap A Hong didampingi Wakil Ketua, Endri Saputra, Rusli alias Ahwat, Udin Anwar alias Alin, Sekretaris Han Chong dan Bendahara San Moi. [Pauline Ng / Medan / Tionghoanews]
Acara yang akan berlangsung selama 15 hari (hingga 28 Oktober 2011) itu secara resmi dibuka Walikota Tebingtinggi diwakili Wakil Tebingtinggi, H Irham Taufik SH AMP, Jum'at (14/10)
malam dan turut dihadiri unsur muspida setempat antara lain Kapolresta, AKBP Robert Harianto Watratan, Kajari Olopan Nainggolan SH MH, Ketua PN Tebingtinggi, Kaban Kesbang Linmas Zulkifli B Siregar, Ketua Panitia Tio Ciu Pan Darmadi alias Ahong dan para pimpinan SKPD sekota Tebingtinggi.
Irham Taufik dalam sambutannya berharap agar pemuda - pemudi Tionghoa di kota itu untuk terus melestarikan seni budaya Tionghoa. "Budaya etnis Tionghoa harus dilestarikan dan dikembangkan sebab generasi muda harus mengetahuinya," kata Irham Taufik.
Dia juga mengajak warga masyarakat kota Tebingtinggi yang multi etnis untuk tetap menjaga kerukunan dan kondusifitas kota dengan saling menghargai seni budaya masing-masing etnis.
"Mari kita saling mempererat rasa nasionalis bangsa dengan saling menghargai kebudayaan etnis apalagi kota Tebingtinggi yang multi etnis, mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa demi kondusifitas daerah yang kita cintai ini", imbuhnya.
Ketua Panitia Opera Wayang 'Tio Ciu Pan', Darmadi alias Ahong mengatakan, kegiatan budaya leluhur dari Negeri Tiongkok Tio Ciu Pan tersebut dalam rangka memperingati hari ulang tahun Dwi Kwan Im itu untuk kedua kalinya digelar di Kota Tebingtinggi.
"Kegiatan ini sekaligus dalam rangka ritual doa, karena ini mengingatkan suku Tionghoa dimusim semi bercocok tanam yang berlangsung bulan Januari hingga bulan Maret. Setelah bercocok tanam, bulan April hingga Juni, tibalah musim panen. Ini sesuai dengan leluhur kita dahulu di negeri Tiongkok, setelah musim tanam berlangsung enam bulan kemudian memanen," ungkap Ahong.
Sebelum turun ke sawah, lanjut A Hong, masyarakat di negeri Tiongkok terlebih dahulu melakukan ritual agama dengan sembahyang. Kemudian, mereka berdoa guna meminta kepada Dewi Kwan Im agar tanaman ini bisa berhasil. Di Negeri Tiongkok kalau bulan ini sudah siap panen, tapi sekarang ini kapan saja bisa panen.
"Acara ini juga untuk memohon do'a, agar masyarakat Tebingtinggi khususnya dan Indonesia umumnya tetap damai dan sejahtera. Para petani tetap berhasil dalam bercocok tanam, dijauhkan dari berbagai musibah. Kita do'a kan juga, negara ini terhindar bencana dan tetap hidup rukun serta damai", harap A Hong didampingi Wakil Ketua, Endri Saputra, Rusli alias Ahwat, Udin Anwar alias Alin, Sekretaris Han Chong dan Bendahara San Moi. [Pauline Ng / Medan / Tionghoanews]