Bagaimana Chiang dan Mao dalam menghadapi kamrad, teman seperjuangan dan saingan dalam internal partai?
Sehitam-hitamnya hati Chiang, dia tidak pernah melenyapkan seseorang yang berbeda pandangan dalam internal partai atau menjebloskan orang tersebut ke dalam penjara. Selama di Taiwan, ada dua orang yang pernah bentrok dengan Chiang Kaishek, yakni Gubernur Taiwan Wu Guozhen dan KASAD Sun Liren. Wu Guozhen akhirnya ke AS, dia melewatkan masa tuanya dengan bebas di sana, bahkan boleh secara terbuka mengecam Chiang.
Dalam kehidupan Chiang Kaishek terdapat satu peristiwa yang paling menyakitkan hati, yakni Jenderal Chang Xueliang yang menggunakan pasukan menyandera Chiang (dalam insiden Xi'an pada 1936). Chang Xueliang tidak dihukum mati, juga tidak dijebloskan ke dalam penjara. Walaupun dia ditahan dalam rumah, tetapi kehidupan sehari-hari Chang Xueliang masih sangat santai dan menyenangkan.
Baru-baru ini dalam terbitan buku pemaparan sejarah secara lisan, di situ terungkap, Chang Xueliang khusus membicarakan bahwa selama dalam tahanan rumah, Chiang Kaishek masih tetap memperhatikan dirinya.
Coba bayangkan bila yang dikhianati Chang Xueliang itu adalah Mao Zedong dan bukan Chiang Kaishek, apakah Chang Xueliang bisa lolos dari kematian? Apakah nasibnya bisa lebih baik daripada Peng Dehuai dan Liu Shaoqi? Semua orang yang dianggap oleh Mao sebagai penentang dirinya, berakhir dengan tragis. Apakah Chiang Kaishek akan menganiaya kejam Liu Shaoqi hingga mati, sedangkan Liu adalah orang yang mendukung dan diangkat sendiri sebagai generasi penerus Mao?
Coba kita lihat lagi nasib tragis dari para pendiri kekuasaan PKT yang berjasa besar: Presiden Liu Shaoqi masih harus dikritik dan diganyang meski pada tubuhnya tertancap tiga buah selang pengobatan, setelah meninggal dunia masih harus telanjang bulat. Jenderal Peng Dehuai sekali pukul tiga buah tulang rusuknya langsung patah dan tidak diperbolehkan merintih. He Long (mantan jenderal PKT) dipaksa menjilat habis bubur yang tumpah di atas lantai. Chang Zhixin yang mempertahankan kebenaran, tenggorokannya digorok.
* Di Ambang Kehancuran dan Menuju Kejayaan
Dalam 27 tahun "Tiongkok baru" yang dipimpin Mao, taraf kehidupan apa yang telah dibawa Mao untuk rakyatnya?
"Ekonomi rakyat Tiongkok di ambang kehancuran", inilah kesimpulan pemerintah PKT terhadap era Mao Zedong, nyatalah sudah tidak mampu ditutup-tutupi lagi demi Mao.
Ketika Mao membawa Tiongkok menuju ke ambang kehancuran, apa yang dilakukan Chiang Kaishek di Taiwan? Ia bersungguh hati melaksanakan "semua petani memiliki sawah". Mao dan Chiang sama-sama berawal dari petani, tetapi mereka telah berjalan ke arah yang berlawanan.
Chiang Kaishek berawal dari pembebasan petani dan program swasembada pertanian, menelusuri "memelihara industri dari pertanian, kemudian titik berat dialihkan dari pertanian menjadi industri, "assembling dan ekspor", mengembangkan "ekonomi berorientasi ekspor", akhirnya menuju ke perkembangan ekonomi yang pesat.
Pada 1963, nilai produk industri Taiwan pertama kali melebihi nilai industri pertanian. Pada 1968, laju pertumbuhan mencapai 223%, menduduki urutan pertama dunia. Ketika Chiang Kaishek wafat pada 1975, pendapatan rata-rata rakyat Taiwan per tahun sudah mencapai 697 dollar AS, di seluruh Asia hanya di bawah Jepang.
Sedangkan ketika Mao Zedong wafat pada 1976, bagaimanakah keadaan ekonomi di daratan Tiongkok? Tahun itu, penulis terusir oleh program Mao dari kota ke pedesaan. Penghasilan saya pada tahun pertama di barisan produksi desa, setelah dipotong dengan uang beras yang setiap bulan saya bon lebih dulu dari barisan produksi, penghasilan bersih saya hanya 35 Yuan per tahun.
Ada satu hal lagi yang patut digaris-bawahi, bersamaan dengan mengembangkan ekonomi Taiwan, Chiang juga memberikan perhatian khusus tentang "pemerataan". Menurut "Penyelidikan Pemasukan Keluarga Provinsi Taiwan" yang ditulis oleh Profesor Chang Guowei dari Taiwan, pada 1953 perbandingan pemasukan tertinggi dan terendah dari keluarga di Taiwan adalah 1/16, pada 1960 menurun hingga 1/9, pada 1972 menurun lagi hingga 1/4. Ekonomi semakin berkembang, jarak perbedaan antara orang kaya dan miskin semakin kecil. Dewasa ini perbedaan antara orang kaya dan miskin di daratan Tiongkok malah semakin drastis.
Partai Nasionalis (Guo Min Dang) dalam bidang ekonomi dan di dalam mengangkat tingkat kehidupan rakyat dia berjalan lebih dahulu di depan Partai Komunis. 30 tahun kemudian, generasi kedua Partai Komunis, yakni Deng Xiaoping, baru mengikuti jejak langkah Chiang Kaishek.
Pemimpin generasi kedua di Taiwan, Chiang Jingguo, sudah dengan lancarnya memasuki proses demokrasi pertama kali dalam sejarah Tiongkok. Sedangkan kekuasaan di daratan Tiongkok yang kini sudah pada generasi keempat, harapan untuk menjadi negara demokrasi masih jauh di awang-awang. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]