David Arkless, pimpinan Corporate and Government Affairs untuk Manpower, berjanji untuk menghapus perdagangan manusia. Dia mengembangkan sebuah metode yang dia percaya bisa digunakan sebagai alat anti-perbudakan dalam bisnis.
"Saya sudah 25 tahun bersama Manpower - dan hanya akan bertahan kira-kira enam bulan lagi," katanya sambil mengedipkan mata. Sekitar tujuh atau delapan tahun lalu, perusahaannya melakukan tinjauan ulang dan menanyai para pelanggannya apa yang menjadi perhatian utama bagi perusahaan, lanjutnya. Meskipun perusahaan dengan cabang di 90 negara selama 60 tahun lebih memiliki stabiltias yang kokoh dan pengaruh yang besar, para pelanggannya mengatakan bahwa Manpower bukanlah segala-galanya kalau ditinjau secara global.
Bagi Arkless, perusahaannya berdiri untuk, "Memberikan kesempatan bagi semua orang agar dapat bekerja dengan aman, mendapatkan bayarannya setelah bekerja, mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan apakah yang berkebalikan dengan semua itu?" Perbudakan.
Perusahaannya menaruh perhatian pada tiga isu global utama, ujarnya. Tiga isu tersebut adalah perdagangan manusia, komunitas pengungsi, dan seperempat miliar orang yang bekerja di luar negeri yang terlantar.
Untuk mencegah terjadinya tindakan yang tidak diinginkan terhadap pekerja, perusahaan seharusnya memeriksa pemasok tenaga kerja mereka, memastikan bahwa tidak ada pekerja yang dikurung, diperdagangkan, atau dilecehkan dalam bagian rencananya. Para pelancong bisnis harus menandatangani sebuah kesepakatan yaitu tidak akan mempekerjakan PSK (Pekerja Seks Komersial).
Arkless adalah seorang pelopor dalam mengimplementaikan apa yang disebut Prinsip-Prinsip Etis Athena (AEP) pada 2006. Tujuh prinsip tersebut mengharuskan sebuah perusahaan untuk "menjalankan secara tegas tanpa toleransi terhadap perdagangan umat manusia," untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perdagangan manusia dan mencegahnya terjadi, untuk mendorong pemerintah untuk membuat dan menjalankan UU tentang perbudakan, dan " Memastikan bahwa personil kita benar-benar-benar mematuhi kebijakan anti-perdagangan manusia," di antara berbagai hal lain.
Dia merasa senang dengan AEP dan berasumsi semua peserta akan segera ikut menandatanganinya. Dia mengatakan, "Saya rasa hal ini adalah baik," tetapi hanya tiga dari 1.000 peserta yang ingin berkomitmen. Beberapa takut jika mereka menandatangai kesepakatan, mereka akan menjadi rentan terhadap tuntutan hukum dari pekerja mereka sendiri atau pekerja dari pemasok tenaga kerja mereka.
"Lalu saya mulai berpikir dengan bijak." Dia mencoba untuk memandang dari sisi lingkungan, "bagaimana mereka bisa mendapatkan sebuah kesadaran yang tinggi." Dia mendekati para pemegang saham, kelompok manajemen dana, LSM, dan para perkumpulan pengusaha global. Motonya adalah, "Keselamatan kerja bagi semuanya."
Lalu dia kembali mendekati perusahaan-perusahaan itu. Pada mulanya hanya 20 yang menandatangai kesepakatannya, lalu 14.000, tapi "Saya ingin 14 juta," kata Arkless.
Ketika momentum terjadi, dia mulai berpikir mengenai penyelenggaraan; dibutuhkannya "pasukan polisi global". Bagaimana itu bisa dipraktekkan? Para perusahaan yang bekerja sama termasuk Nike dan Microsoft juga ikut mengembangkan training online untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Para tenaga kerja akan menjadi kuasa hukum internal. Mereka akan menjadi polisinya.
"Kekuatan polisi terbaik di dunia adalah para pekerja," kata Arkless. "Mereka yang meniup pluitnya. Mereka mengatakan, 'Kita tidak akan melakukan hal ini di Kolombia'."
Dia menabrak sebuah penghalang jalan. Manpower berkata "Apakah Anda sudah gila?"
Untuk membuktikan ide 'gila'nya, dia mempelajari efek dari memilik karyawan yang "masuk dalam isu yang mereka yakini." Dia berkata setiap kali seorang yang berpengalaman meninggalkan sebuah perusahaan, itu sama dengan kehilangan gaji selama satu tahun jika melatih seorang pekerja yang baru lagi. Dia membandingkan sebuah perkumpulan pekerja di Swedia yang menggalang dana bagi para pengungsi perempuan dan melakukan program-program anti-perdagangan manusia serta advokasi. Dia menemukan bahwa pengurangan tenaga kerja terbagi dua di antara para pekerja itu.
Arkless telah mengalkulasi pengurangan tenaga kerja sebesar 42 persen dapat menghemat 1,7 juta dolar AS. Jika pengurangan itu digandakan untuk seluruh perusahaan, hal ini akan menghemat puluhan juta dolar.
Arkless mulai menjabat sebagai wakil presiden Konfederasi Internasional Agen-Agen Tenaga Kerja Swasta (Ciett) untuk tiga tahun ke depan mulai 2 Oktober lalu. Salah satu targetnya untuk Ciett selama dia menjabat adalah, "Mengarahkan industri-industri dalam usaha memberantas penggunaan manusia sebagai komoditas, khususnya berkonsentrasi pada tindak kejahatan perdagangan manusia," menurut sebuah pernyataan.
Manpower disebut sebagai perusahaan paling etis di dunia pada 2011 oleh Institut Ethisphere. Arkless menjadi panelis pada acara Global Women's Initiatiative yang diadakan oleh Womenetics, di Atlanta 30 September lalu. Pendiri sekaligus CEO Womenetics Elizabeth Marchant dalam program acara mengatakan, "Isu perdagangan manusia, pemberdayaan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan telah banyak mengganggu kita di Atlanta begitu juga di dunia." [Angelina Lim / Medan / Tionghoanews]