Pertumbuhan populasi ini akan membebani sumber daya global. Sumber daya alam seperti bahan makanan, air, dan hutan akan habis pada tingkat yang mengkhawatirkan, memicu kelaparan, konflik, kerusuhan sosial, dan kepunahan spesies.
"Pada tahun 2050, diperkirakan akan ada 70 juta kematian tambahan di sub-Sahara Afrika saja," kata Tony McMichael, profesor kesehatan masyarakat di Australian National University.
Spesies nyamuk menyebar akibat perubahan iklim, sehingga tingkat penularan penyakit malaria akan meningkat dan melanda negara-negara seperti Zimbabwe 2025-2050.
Tambahan 21 juta jiwa orang di China akan berisiko menyebabkan pemanasan global yang meningkatkan banjir dan memungkinkan siput air pembawa penyakit menjelajahi daerah-daerah yang baru.
Efek kesehatan tersebut tidak hanya akan dirasakan di Afrika atau Asia, namun Eropa juga akan merasakan akibatnya.
"Masalah akibat konsumsi yang berlebihan di negara-negara berpendapatan tinggi telah menghasilkan hutang ekologis dan keuangan. Risiko terbesar bagi kesehatan manusia dari meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil adalah penyakit jantung, stroke dan kanker" kata Ian Roberts, profesor London School of Hygiene dan Tropical Medicine.
"Eropa juga berisiko terkena gelombang panas, banjir, dan penyakit menular lainnya karena pergeseran hama mengarah ke garis lintang utara. Faktanya adalah, ada banyak bukti bahwa penyakit bergerak ke utara," kata Sari Kovats, penulis laporan Intergovernmental Panel on Climate Change's (IPCC) mengenai Eropa.
Tak hanya manusia saja yang berisiko, spesies hewan dan tumbuhan juga terancam punah.
"Banyak spesies yang sudah menghadapi tekanan dan perubahan iklim menciptakan berbagai masalah tambahan baru. Sekitar 15% sampai 37% dari 6.000 lebih spesies amfibi diperkirakan akan punah pada tahun 2100," kata Paul Pearce-Kelly dari London's Zoological Society.
Dalam sejarah bumi, sudah terjadi lima kali kepunahan massal. Namun, kepunahan yang akan dihadapi kali ini 10.000 kali lipat lebih cepat dibanding tingkat kepunahan sebelumnya.
"Kita kehilangan tiga spesies tiap satu jam," kata Hugh Montgomery, direktur di University College London's institute for human health and performance seperti dikutip dari Health24, Rabu (19/10/2011). [Jeni Wang / Semarang / Tionghoanews]