Sederhana penampilannya. Busananya juga tidak terlihat mewah seperti anggota dewan kebanyakan. Ruang kerjanya pun tak menyimpan sederet hiasan mewah dan mahal. Berbeda dari sosoknya sebagai pengusaha dan juga politisi yang berasal dari keturunan Tionghoa.
TIDAK banyak warga Tionghoa yang jadi politisi. Salah satunya Basuki Tjahaja Purnama. Politisi multi etnis ini awalnya seorang pengusaha. Politisi yang tergabung dalam Fraksi Golkar DPR RI itu banyak membawa misi memperjuangkan kepentingan dan hak-hak warga Tionghoa yang jumlahnya cukup signifikan di negeri. "Saya pernah menjadi korban kesewenangan birokrat.
Saat itu saya sebagai membuka usaha kecil di Belitung (Provinsi Bangka Belitung, Red)," ujarnya kepada INDOPOS belum lama ini. Pengalaman itulah, sambung dia juga, yang membuatnya menerjuni dunia politik. Untuk menghapuskan ketidakadilan dan kesewenangan bukan hanya bagi warga Tionghoa tapi untuk seluruh warga Indonesia. "Itu bukan saya saja yang mengalami. Banyak warga Tionghoa lainnya. Bahkan mungkin warga lain," cetusnya juga.
Getirnya mendapat perlakuan buruk dari birokrat membuat pria yang akrab disapa Basuki itu, membangun dialog dengan warga Tionghoa lainnya. Mencari solusi menghadapi tekanan birokrasi yang tak mengenakan itu. "Semua tahu bagaimana kondisi di Belitung. Butuh perjuangan dan kerja keras agar bisa bertahan di sana," papar lelaki kelahiran Manggar, Belitung Timur ini. Beratnya bertarung di Belitung membuatnya nyaris putus asa.
Dalam benak Basuki muda saat itu adalah pergi ke luar negeri, untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Namun pemikiran itu dihalangi sang ayah. Sejak saat itulah, dia mengaku butuh terobosan hidupa yang lebih baik. Salah satunya dengan kuliah di Teknik Geologi Universitas Trisakti. Dari ilmunya itulah, dia melihat kekayaan alam Indonesia yagn begitu kaya tapi belum dikelola dan dimanfaatkan secara baik. Setelah lulus dia kembali ke Belitung. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]
TIDAK banyak warga Tionghoa yang jadi politisi. Salah satunya Basuki Tjahaja Purnama. Politisi multi etnis ini awalnya seorang pengusaha. Politisi yang tergabung dalam Fraksi Golkar DPR RI itu banyak membawa misi memperjuangkan kepentingan dan hak-hak warga Tionghoa yang jumlahnya cukup signifikan di negeri. "Saya pernah menjadi korban kesewenangan birokrat.
Saat itu saya sebagai membuka usaha kecil di Belitung (Provinsi Bangka Belitung, Red)," ujarnya kepada INDOPOS belum lama ini. Pengalaman itulah, sambung dia juga, yang membuatnya menerjuni dunia politik. Untuk menghapuskan ketidakadilan dan kesewenangan bukan hanya bagi warga Tionghoa tapi untuk seluruh warga Indonesia. "Itu bukan saya saja yang mengalami. Banyak warga Tionghoa lainnya. Bahkan mungkin warga lain," cetusnya juga.
Getirnya mendapat perlakuan buruk dari birokrat membuat pria yang akrab disapa Basuki itu, membangun dialog dengan warga Tionghoa lainnya. Mencari solusi menghadapi tekanan birokrasi yang tak mengenakan itu. "Semua tahu bagaimana kondisi di Belitung. Butuh perjuangan dan kerja keras agar bisa bertahan di sana," papar lelaki kelahiran Manggar, Belitung Timur ini. Beratnya bertarung di Belitung membuatnya nyaris putus asa.
Dalam benak Basuki muda saat itu adalah pergi ke luar negeri, untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Namun pemikiran itu dihalangi sang ayah. Sejak saat itulah, dia mengaku butuh terobosan hidupa yang lebih baik. Salah satunya dengan kuliah di Teknik Geologi Universitas Trisakti. Dari ilmunya itulah, dia melihat kekayaan alam Indonesia yagn begitu kaya tapi belum dikelola dan dimanfaatkan secara baik. Setelah lulus dia kembali ke Belitung. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]