Salah satu kekhawatiran para pengusaha komersialisasi luar-angkasa ini adalah potensi China melakukan 'monopoli' atas bulan.
"Amerika masih merayakan kejayaan bulannya 40 tahun lalu. Tapi kita (Amerika), tidak menguasai satu persegi pun tempat itu (bulan)," kata Robert Bigelow, pendiri Bigelow Aerospace, perusahaan industri luar angkasa yang berbasis di Las Vegas, Amerika Serikat.
Bigelow kemudian mengungkapkan, China berpotensi menguasai bulan karena memiliki motivasi dan kemampuan memenangkan kompetisi antariksa selanjutnya, pasca-persaingan AS-Rusia selama perang dingin lalu. China juga disebut Bigelow mampu menguasai bulan.
Menurut Bigelow, hukum internasional memungkinkan sebuah befara untuk melakukan klaim atas bulan. Terutama jika terbukti mampu menempatkan sejumlah manusia secara berkesinambungan di bulan.
Dengan menguasai bulan, Bigelow menjelaskan, maka secara otomatis suatu negara akan merasakan keuntungan secara finansial dan prestise internasional. Tidak hanya bisa eksplorasi sistem tata-surya, bulan pun diduga memiliki sejumlah sumber daya, seperti air dan helium-3, yang mungkin bisa digunakan sebagai bahan bakar dalam fusi nuklir.
Jika China mampu menguasai bulan, maka secara simbolis dan psikologis akan menguntungkan negeri tirai bambu tersebut. "Saya rasa tak ada yang mustahil bagi China melakukan ini dalam 15 tahun ke depan, yang tentu akan berdampak besar bagi China," ucap Bigelow.
Bigelow kemudian memaparkan, China saat ini menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. China juga memiliki utang luar negeri yang sedikit. Prediksi Bigelow, bulan bisa dikuasai China pada 2022 hingga 2026.
"Semoga ini akan memproduksi ketakutan, dan bisa memotivasi Amerika (untuk berkompetisi dengan China)," tutur Bigelow. [Roswati Lim / Mataram / Tionghoanews]