Penjual perlengkapan sembahyang khusus untuk warga Tionghoa saat ini menjamur di Kota Pekanbaru. Bahkan saat ini sudah ada sekitar 50-an penjual alat sembahyang ini.
Rudi, seorang penjual perlengkapan alat-alat sembahyang yang terletak di Jalan Juanda Pekanbaru saat ditemui mrnetwork, Minggu (6/11) mengatakan, saat ini penjual perlengkapan alat-alat sembahyang khusus kaum Tionghoa sudah dapat dicari dimana saja. Bahkan bisa dikatakan sudah menjamur.
"Saat ini, masyarakat Tionghoa yang ada di Pekanbaru tidak sulit menemukan atau mencari alat sembahyang. kalau tahun-tahun lalu masih sulit ditemukan, bahkan bisa dihitung berapa jumlah toko yang menjual alat sembahyang tersebut. Dan saat ini bisa dikatakan sudah berkisar 50-an penjual alat sembahyang khusus kaum Tionghoa," ujarnya.
Peralatan sembahyang yang digunakan masyarakat Tionghoa, sebut Rudi, beraneka jenis dan fungsi. Di antaranya kertas emas, dupa, lilin dan kemenyan madu. "Kaum Tionghoa yang sering berbelanja peralatan sembahyang itu biasanya ramai sewaktu hari raya Imlek dan saat melakukan sembahyang. Yang biasa dibeli adalah kertas emas, dupa, lilin, sesajen sembahyang dan kemenyan madu," jelasnya.
Rudi menjelaskan, fungsi dan harga peralatan sembahyang yakni Kertas emas berfungsi sebagai uang belanja dan sudah merupakan tradisi dalam. Arti kata sebagai penambah rezeki. Kertas emas itu dijual Rp1000 per lembar. Perbungkus isinya 10 lembar berkisar Rp10 ribu. Dupa itu sebagai penerang jiwa dan dijual bervariasi. Di antaranya yang kecil dijual dengan harga Rp5 ribu/bungkus. Sedangkan yang ukuran sedang dijual dengan harga Rp20 ribu/bungkus. Lilin ini berfungsi sama dengan dupa yakni sebagai penerang jiwa. Lilin ini dijual Rp11 ribu per kotaknya.
Sesajen sembahyang itu mencakup buah-buahan maupun roti. Yakni berfungsi sebagai penarik rezeki. Sedangkan kemenyan madu berfungsi untuk penyejuk arwah-arwah. Untuk kemenyan madu ini dijual Rp12 ribu per kotaknya.
''Saat ini, penjual alat sembahyang yang ada di Kota Pekanbaru sudah mencapai 50-an,'' katanya.
Dalam menghadapi persaingan bisnis perdagangan ini, Rudi mempunyai trik tersendiri. Yakni apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Tionghoa harus ada stocknya. Harganya variatif, tergantung kiat dan trik masing-masing
"Dari perbandingan tahun lalu, penjual alat sembahyang yang ada di Kota Pekanbaru masih tergolong sedikit dan sangat sulit dicari. Tapi untuk saat sekarang ini, sudah berkisar 50-an penjual alat sembahyang. Bahkan di dalam perdagangan ini, setiap penjual mempunyai trik tersendiri dalam menghadapi persaingan bisnis. Untuk kami sendiri, trik dagang itu bagaimana memahami kebutuhan yang perlu masyarakat Tionghoa untuk melakukan sembahyangnya. Dan stock itu harus ada," tambahnya. [Sunny Lin / Pekanbaru / Tionghoanews]
Sumber Artikel: Google Search Engine
Rudi, seorang penjual perlengkapan alat-alat sembahyang yang terletak di Jalan Juanda Pekanbaru saat ditemui mrnetwork, Minggu (6/11) mengatakan, saat ini penjual perlengkapan alat-alat sembahyang khusus kaum Tionghoa sudah dapat dicari dimana saja. Bahkan bisa dikatakan sudah menjamur.
"Saat ini, masyarakat Tionghoa yang ada di Pekanbaru tidak sulit menemukan atau mencari alat sembahyang. kalau tahun-tahun lalu masih sulit ditemukan, bahkan bisa dihitung berapa jumlah toko yang menjual alat sembahyang tersebut. Dan saat ini bisa dikatakan sudah berkisar 50-an penjual alat sembahyang khusus kaum Tionghoa," ujarnya.
Peralatan sembahyang yang digunakan masyarakat Tionghoa, sebut Rudi, beraneka jenis dan fungsi. Di antaranya kertas emas, dupa, lilin dan kemenyan madu. "Kaum Tionghoa yang sering berbelanja peralatan sembahyang itu biasanya ramai sewaktu hari raya Imlek dan saat melakukan sembahyang. Yang biasa dibeli adalah kertas emas, dupa, lilin, sesajen sembahyang dan kemenyan madu," jelasnya.
Rudi menjelaskan, fungsi dan harga peralatan sembahyang yakni Kertas emas berfungsi sebagai uang belanja dan sudah merupakan tradisi dalam. Arti kata sebagai penambah rezeki. Kertas emas itu dijual Rp1000 per lembar. Perbungkus isinya 10 lembar berkisar Rp10 ribu. Dupa itu sebagai penerang jiwa dan dijual bervariasi. Di antaranya yang kecil dijual dengan harga Rp5 ribu/bungkus. Sedangkan yang ukuran sedang dijual dengan harga Rp20 ribu/bungkus. Lilin ini berfungsi sama dengan dupa yakni sebagai penerang jiwa. Lilin ini dijual Rp11 ribu per kotaknya.
Sesajen sembahyang itu mencakup buah-buahan maupun roti. Yakni berfungsi sebagai penarik rezeki. Sedangkan kemenyan madu berfungsi untuk penyejuk arwah-arwah. Untuk kemenyan madu ini dijual Rp12 ribu per kotaknya.
''Saat ini, penjual alat sembahyang yang ada di Kota Pekanbaru sudah mencapai 50-an,'' katanya.
Dalam menghadapi persaingan bisnis perdagangan ini, Rudi mempunyai trik tersendiri. Yakni apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Tionghoa harus ada stocknya. Harganya variatif, tergantung kiat dan trik masing-masing
"Dari perbandingan tahun lalu, penjual alat sembahyang yang ada di Kota Pekanbaru masih tergolong sedikit dan sangat sulit dicari. Tapi untuk saat sekarang ini, sudah berkisar 50-an penjual alat sembahyang. Bahkan di dalam perdagangan ini, setiap penjual mempunyai trik tersendiri dalam menghadapi persaingan bisnis. Untuk kami sendiri, trik dagang itu bagaimana memahami kebutuhan yang perlu masyarakat Tionghoa untuk melakukan sembahyangnya. Dan stock itu harus ada," tambahnya. [Sunny Lin / Pekanbaru / Tionghoanews]
Sumber Artikel: Google Search Engine