Dengan cepat, dua pemuda itu memepet wanita itu dari sebelah kiri. Dan pemuda yang dibonceng merampas hape tersebut. Dan untuk mempercepat proses perampasan tersebut, kaki dari salah seorang pemuda itu menendang motor wanita itu. Wanita itu tidak mampu lagi mengendalikan motornya sehingga entah bagaimana, ia terjatuh dari motornya dengan kepala bagian belakang terbentur ke jalanan. Sementara, para perampas hapenya sudah melarikan motor mereka dengan kencang.
"Aduh… aduh….." teriak wanita muda itu. Dan tak lama ia pingsan karena kuatnya benturan kepalanya ke jalanan yang berbatu. Apalagi ia memang tidak mengenakan helm. Kondisi jalan yang tidak begitu ramai, membuat pertolongan kepada wanita itu menjadi agak lambat. Walaupun ia akhirnya dibawa ke rumahsakit oleh orang-orang sekitar TKP, tapi ternyata………………….
Wanita itu kukenal sejak 3 tahun yang lalu. Ia datang dari Bangka. Namanya Ping-Ping dan marganya Ong. Ia tinggal di sebelah rumahku, yaitu rumah tantenya. Beberapa kali ia bareng naik angkot (angkutan kota) denganku. Disitu kami berkenalan. Ia datang dari Bangka karena ingin melanjutkan kuliah ke Tangerang sekaligus mencari kerja untuk menambah biaya kiriman orangtuanya.
Ia bercerita kalau sebagai anak paling tua, ia wajib membantu orangtuanya. Karena keinginannya untuk melanjutkan studi begitu besar, orangtuanya mengizinkan dia untuk kuliah. Walau kiriman orangtuanya tidak cukup untuk membiayai studinya. "Aku bersyukur, karena Ai (tante) sudah mau menerima aku menumpang di rumahnya tanpa harus membayar. Sebab itu aku harus bekerja. Karena tidak mungkin lagi aku meminta pada orangtuaku atau kepada Ai," jelasnya waktu itu kepadaku.
Ping Ping itu orangnya ramah. Setiap kali ia bertemu dengan para tetangga, ia pasti tersenyum. Dan jika dia tidak kuliah ataupun kerja, ia pasti main ke rumahku. Aku rasa, ada chemistry diantara kami. Sehingga hari demi hari aku dan dia semakin bersahabat. Kami jadi sering jalan bareng. Dan diantara kami rasanya sudah tidak ada rahasia lagi. Ketika ia sedang bersedih, diapun bercerita kepadaku. Atau ketika kiriman orangtuanya terlambat datang, sehingga ia kehabisan uang, ia tidak segan meminjam dariku. Bahkan, ketika dia sedang jatuh cinta, akupun menjadi orang yang mendengar cerita hatinya yang sedang berbunga-bunga.
Kami pun kerap pergi sembahyang di Kelenteng Boen Tek Bio yang mempunyai arti "Tempat ibadah sastra dan kebajikan" di daerah kota lama Tangerang. Sebuah Kelenteng yang rutin aku dan keluargaku kunjungi. Waktu itu menjelang Imlek sekitar 2,5 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya Ping Ping kuajak pergi kesana. Kelenteng tertua di Tangerang yang diperkirakan dibangun pada tahun 1684. Rupanya diapun merasa cocok untuk pergi ke sana. Sebab ornamen dan ukiran berhuruf Cina yang berusia ratusan tahun serta lonceng tua yang tergantung di halaman Kelenteng selalu menarik hatinya.
Pada ruangan utama Kelenteng itu ditempatkan patung Hot Tek Tjeng Sien atau Dewa Bumi. Sedangkan di bagian depan Kelenteng, ditempatkan patung Bie Lek Hud atau dalam bahasa Sansekerta disebut dengan nama Maitreya (Yang Maha Pengasih dan Penolong). Namun, kami sering sembahyang di depan patung Bi Lek Hud untuk meminta kebahagiaan dan segala keberuntungan dalam hidup. Biasanya, setelah sembahyang, kami sering duduk-duduk di sekitar halaman Kelenteng. Rupanya, karena berada di lingkungan pasar yang ramai, halaman Kelenteng menjadi tempat bersantai, orang-orang suka mengobrol di sana, dan bahkan para pria biasanya main catur di tempat itu.
Aku masih ingat ketika Januari tahun lalu sembahyang Imlek bersama Ping Ping di sana, kami mendengar pengumuman kalau tahun ini, setelah Imlek tahun 2012, akan diadakan upacara besar di Kelenteng. Yaitu ucapacara yang disebut Gotong Toapekong. Jadi patung Dewa akan diarak mengelilingi daerah Pasar Lama untuk memberi berkah pada setiap umat yang tinggal di daerah sekitarnya. Upacara itu diadakan tiap 12 tahun sekali. Sehingga merupakan upacara yang tergolong unik dan langka. Setelah mendengar hal itu, aku dan Ping Ping berencana untuk hadir dalam upacara besar itu."Ah kita harus hadir ya…Ini kita tidak boleh lewatkan. Aku mesti hadir…" ujar Ping Ping berkali-kali. "Ya, pasti kita hadir Ping. Aku saja sudah menunggu 12 tahun untuk melihat acara tersebut. Ya sudah, sekarang kita pulang ke rumah. Papa dan mamaku sudah menunggu aku untuk mempersiapkan makanan dan hiasan untuk acara Imlek besok," ujarku sambil menarik tangan Ping Ping pulang.
Tahun lalu, Imlek bersama Ping Ping menjadi hal yang istimewa bagiku. Karena entah mengapa, aku merasa bahagia sekali mendapat seorang sahabat yang sudah menjadi saudari bagiku. Apalagi, Ping Ping merasakan hal yang sama padaku.
Hari ini tanggal 22 Januari 2012, besok aku tidak lagi merayakan Imlek seperti 2 tahun lalu bersama Ping Ping. Dan akupun tidak lagi dapat melaksanakan rencana kami untuk ikut merayakan upacara Gotong Toapekong di Kelenteng Boen Tek Bio beberapa waktu ke depan. Karena, dari balik pagar rumahku, kulihat wajah pucat Ping Ping. Wajah yang sudah sangat berubah. Dia sedang duduk di kursi roda, dengan tatapan mata yang kosong. Sekosong harapannya yang telah sirna semenjak kepalanya terantuk dengan keras ke jalanan saat dua pemuda merampas hapenya dan membuat dia jatuh dari motornya.Betapa kejinya para perampas itu.
Ia bahkan tidak lagi mengenaliku. Tidak bisa bercerita seperti dulu. Semuanya sudah hilang. Menurut dokter yang merawat dia sewaktu jatuh dulu, ada beberapa pembuluh darah di otak Ping Ping yang pecah. Dan ia terlambat untuk mendapat pertolongan. Sehingga, aku sadar, Ping Ping yang dulu sudah berubah. Aku masih mengasihi dia sebagai sahabat dan saudara. Tapi, Ping, ternyata Imlek besok, bukan lagi menjadi Imlek yang penuh kebahagiaan. Karena engkau Ping Ping sudah tidak lagi mampu berkata-kata, meresponi kebahagiaan dan keceriaan Imlek, sudah tidak dapat pergi bersamaku untuk sembahyang Imlek hari ini di Kelenteng. Ah!, ternyata betapa sepinya hatiku merayakan Imlek tanpamu Ping Ping sahabatku…..