Di sebuah negeri yang makmur, bertahtalah seorang raja yang tidak pintar meski juga tidak terlalu bodoh. Suatu hari sepulang dari perjalanan dinas, ia mengeluh telapak kakinya sakit karena jalan-jalan yang dilaluinya kasar dan berbatu. Maklum, baru kali ini ia melakukan sidak ke daerah yang jauh dari istana.
Sang Raja lantas menitahkan agar seluruh negeri diberi alas kulit sapi. Bendahara kerajaan segera diperintahkan menghitung anggaran dan menyediakan dana untuk keperluan itu. Bisa dibayangkan, berapa ribu ekor sapi yang harusnya disembelih untuk diambil kulitnya.
Seorang pegawai istana kebetulan mendengar perintah itu malah tertawa. Ia memberanikan diri menghadap raja. "Yang Mulia, itu adalah gagasan yang gila dan tidak masuk akal," serunya. "Mengapa kerajaan harus mengeluarkan biaya yang sama sekali tidak perlu? Potong saja alas kecil dari kulit sapi untuk melindungi kedua kaki Yang Mulia!"
Mendengar usulan itu sang raja terperanjat, meski pada akhirnya ia melakukannya. Barangkali dari kisah ini pula kemudian lahir gagasan orang untuk menciptakan sepatu. Namun sebenarnya, yang ingin disampaikan bukan terciptanya sepatu, melainkan justru pelajaran berharga tentang kehidupan manusia.
Orang yang sudah mengalami penerangan batin tahu bahwa untuk membuat dunia tempat yang bahagia, engkau perlu mengubah hatimu – dan bukan dunia. [Mariati Ong / Tangerang]
Sang Raja lantas menitahkan agar seluruh negeri diberi alas kulit sapi. Bendahara kerajaan segera diperintahkan menghitung anggaran dan menyediakan dana untuk keperluan itu. Bisa dibayangkan, berapa ribu ekor sapi yang harusnya disembelih untuk diambil kulitnya.
Seorang pegawai istana kebetulan mendengar perintah itu malah tertawa. Ia memberanikan diri menghadap raja. "Yang Mulia, itu adalah gagasan yang gila dan tidak masuk akal," serunya. "Mengapa kerajaan harus mengeluarkan biaya yang sama sekali tidak perlu? Potong saja alas kecil dari kulit sapi untuk melindungi kedua kaki Yang Mulia!"
Mendengar usulan itu sang raja terperanjat, meski pada akhirnya ia melakukannya. Barangkali dari kisah ini pula kemudian lahir gagasan orang untuk menciptakan sepatu. Namun sebenarnya, yang ingin disampaikan bukan terciptanya sepatu, melainkan justru pelajaran berharga tentang kehidupan manusia.
Orang yang sudah mengalami penerangan batin tahu bahwa untuk membuat dunia tempat yang bahagia, engkau perlu mengubah hatimu – dan bukan dunia. [Mariati Ong / Tangerang]