KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 29 Februari 2012

SEHARI YANG MENEGANGKAN

Bulan Februari lalu memang bulan yang sangat menegangkan buat aku. Bukan soal valentine yang kata orang sebagai hari kasih sayang, tapi ini bukan sekedar kasih dan sayang tetapi lebih dari itu, soal kesetiaan dan tanggung jawabku sebagai seorang laki-laki yang telah dipercaya menghidupi seorang perempuan dengan segala resikonya, baik dan buruknya, senang dan susahnya.

Telepon selulerku tiba-tiba berbunyi, saat kulirik jam di atas kepalaku baru menunjukan pukul empat pagi, uh… pantas saja mataku masih lengket, "Siapa sih pagi-pagi buta begini udah nelepon orang, ga ada waktu lain apa," sambil menggerutu kulihat nama yang tertera dilayar HP-ku, ups…. ibu mertuaku. Halooo, terdengar suara dari seberang sana, mengabarkan suatu hal yang memang sedang aku tunggu-tunggu.

Mataku yang tadinya lengket karena masih mengantuk, mendadak terbuka lebar. Bergegas aku menuju kamar mandi, tanpa membawa handuk, sabun atau perlengkapan mandi lainnya. Jadilah aku seperti kucing yang tercebur ke kolam, cuma dapat basah kuyup, tidak wangi, apalagi segar. Selesai mandi, aku tak tahu lagi harus berbuat apa, selain bergegas mengeluarkan motor dan meluncur dengan kecepatan tinggi menuju ke Kota Hujan, Bogor Jawa Barat.

Pukul sembilan pagi, aku tiba disebuah rumah besar bercat putih, dengan bangku-bangku panjang yang berjejer juga berwarna putih. Tiba di sebuah kamar, aku berdiri tertegun menyaksikan istriku yang tengah menahan sakit dari perutnya yang semakin membuncit. Bukan karena busung lapar, atau karena disantet orang, istriku tengah hamil sembilan bulan dan hari itu tanggal 27 Februari saatnya ia melahirkan si jabang bayi, buah hati dari pernikahan kami.

Hampir dua belas jam sudah istriku tercinta merintih menahan sakit, rasa sakit yang tak mungkin bisa dibayangkan para kaum laki-laki. Sungguh aku tersiksa menyaksikan hal tersebut, air mata yang sebelumnya sulit untuk aku keluarkan mendadak mendesak keluar membasahi pipi, "Sabar ya sayang, sudah takdir kamu merasakan hal ini, sebentar lagi kita bakal punya bayi yang lucu,". Aku cuma bisa menghiburnya dengan cara itu, tak bisa yang dengan cara yang lain, Ah…kasihan sekali istriku.

Sampai empat jam berikutnya, si jabang bayi yang kami tunggu belum juga mau keluar. Aku mulai panik, apalagi ibu mertuaku yang tadinya kulihat cukup sabar mulai menangis, bahkan ia tak henti-hentinya memeluk istriku yang terlihat semakin melemah. Aku hanya bisa pasrah dan berdoa agar istri dan bayi dalam kandungannya bisa selamat. Menit berikutnya, bidan yang menangani istriku menyarankan kami untuk merujuknya ke rumah sakit, ia bilang ada kelainan dalam proses kelahiran istriku, ya Tuhan….

Dalam perjalanan ke rumah sakit, kesabaran, dan kekuatan mentalku benar-benar diuji. Betapa tidak, aku harus terus menerus menghibur istriku dalam keadaan yang semakin melemah. Ia mulai berhalusinasi tentang kedatangan mahluk berwujud serba putih, ia juga mulai banyak berpesan seolah ajalnya sudah akan tiba, "Mas, aku titip ibu ya, titip bapak, adik-adik, maafin aku ya mas kalo aku punya salah sama kamu, aku sudah tak kuat lagi," ugghh, sesak rasanya nafas ini mendengar semua itu. tetapi aku terus menghiburnya dengan segala cara.

Setiba di rumah sakit, tak ada lagi rintihan yang keluar dari mulut istriku. Matanya terpejam, dari mulutnya hanya keluar nafas satu-satu, sementara ibu mertuaku sudah menjerit-jerit meminta bantuan dokter. Ia kemudian dilarikan ke ruang ICU. Dari dokter yang aku temui aku mendapati kenyataan bahwa istriku harus segera menjalani operasi, jika tidak nyawanya tak akan tertolong. Dalam waktu sekian detik aku menyetujui tindakan operas itu, walau sebenarnya aku bingung dengan biaya yang harus aku keluarkan, sebelas juta rupiah…! Dari mana uang sebanyak itu bisa kudapatkan..?

Satu jam berikutnya, tim dokter yang menangani istriku keluar dengan wajah kuyu, "berhasilkah…? Kami bergegas masuk ruangan yang telah disediakan. Di ruang itu tergeletak sesosok bayi perempuan mungil yang cantik, sementara aku tak melihat istriku, "Mana istri saya dok, istri saya selamatkan dok?" dokter itu hanya mengangguk pelan sambil berlalu dari hadapanku, Aku menarik nafas lega, sambil memandangi bayi kami yang terlihat sempurna, syukurlah…..

Semua keluarga yang menemani mengucap syukur, dari mata mereka kulihat pancaran sinar cerah walau dengan tubuh yang mulai loyo karena seharian harus berjibaku dengan ketegangan demi ketegangan. Menit berikutnya istriku keluar dengan masih terbaring di brankar, "Bu, lihat anak kita cantik ya…". Begitulah akhirnya kami memiliki putri cantik. Tinggal saat ini aku harus berjuang membesarkannya dan membayar hutang-hutangku untuk biaya persalinan istriku, ah… yang penting anak dam istriku sehat saat ini. terima kasih ya Tuhan! [Vivi Tan]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA