KISAH | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 02 Mei 2012

BANGUNLAH SUAMIKU, KAU AKAN MENJADI SEORANG AYAH (2)

Aku ikut mengantarnya ke bandara. Aku menunggu bersama di detik-detik keberangkatanya. Aku menunggu disana, dan tidak terasa aku tertidur di pundaknya. Dalam lelapku aku bermimpi, kami melilki seorang anak, kami bertiga berada di sebuah taman. Akupun terbangun, suamiku membangunkanku untuk melaksanakan sholat zuhur berjama'ah bersama dia. Akupun tersenyum dan kamipun melaksanakan sholat zuhur berjama'ah dan suamiku menjadi imamku.

Selesai sholat, suamiku melantunkan doa, dan selesainya aku bertanya pada suamiku itu, apa yang isi dari do'a dia? Aku berfikir dia mendoakan agar kami cepat memiliki keturunan, namun ternyata dia berdo'a untuk kesehatanku, dia tidak meminta banyak, cukup dia melihat aku sehat dia cukup bersyukur. Hatiku tersentuh, seakan tak inginkan dia pergi. Suamiku, aku sangat mencintaimu.

Waktu berganti, dan tibalah disaat dia harus meninggalkanku dengan tangisanku. Di tidak berkata apa-apa padaku, namun dia langsung memelukku dengan erat, dan berbisik padaku ingat janjiku padamu saat itu, aku akan mencintaimu di sepanjang hidupku istriku. Aku melepas kepergianya dengan air mata. Aku sungguh tak sanggup untuk membiarkanya pergi, ya Allah, lindungi dia, Jaga dia dari setiap niat jahat seseorang terhadap suamiku ini.

Saat perjalanan pulang, tak hentinya aku menangisi keberangkatanya. Seolah-olah dia meninggalkan aku untuk selamanya. Sesampainya dirumah aku langsung menyempatkan diriku untuk sholat maghrib. Selesainya aku berdo'a lagi untuk suamiku tercinta, dan akupun terlelap di sajadahku itu.

Pagi itu aku menghabiskan waktuku dengan menyiram tanaman di depan rumahku yang ditanamkan suamiku untukku. Waktu seakan sangat lama kurasa. Perpisahan ini sangat menekan rasaku. Setiap malam aku selalu bermimpi tentang suamiku ini. Terkadang, aku menagis jikalau aku mengingat dia. siang itu dia meneleponku. aku langsung berkata padanya jikalu aku sangat merindukan dia, dan dia berkata padaku bawa dia juga merasakan hal yang sama disana. Dia mengatakan padaku agar sabar. Dan dia berjanji akan kembali untukku, dan hanya untukku. Akupun menaggis terseduh.

Pagi itu aku bersiap-siap menuju rumah mertuaku. Aku sudah merencanakan keberangkatanku itu dari 1 hari sebelumnya. Saat ku peluk foto itu dengan erat, kemudian aku tempatkan di dalam tas yang akan aku bawa. Selesai berberes, aku langsung menaiki mobilku dan rumahku aku titipkan ke pembantuku dan security yang menjaga rumahku, kemudian berangkatlah aku.

Sesampainya di kediaman mertuaku, aku disambut dengan ramah. Seperti anak sendiri, mereka memperlakukanku. Aku berencana menghabiskan hari-hariku disana sampai kembalinya suamiku dari tugasnya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, lisan ini tak henti menyebut namanya.di saat tertidur dan terjagaku yang terfikir hanya dia, suamiku.

Malam  itu di bulan ke tiga semenjak dia pergi, aku merasakan mual, sama seperti saat aku hamil pertama kali. Ibu mertuaku dan ayah mertuaku langsung mengajak aku untuk periksa. Betapa gembiranya hatiku saat dokter berkata, aku mengandung seorang bayi. Dan saat aku memeriksakan kandunganku itu, itu adalah bulan ke tiga aku mengandung. Ya Allah engkau maha pemurah, terbayarlah keyakinan kami berdua selama ini. Aku sangat bahagia akhirnya rahimku yang telah lama kosong, akan terisi. Dan hidupku akan berubah setelah kelahiran seorang anak pemberian Allah untuk aku dan suamiku yang akan aku jaga. Bulan berganti bulan, genap sudah 9 bulan.

Inilah bulan dimana dia akan kembali ke Jakarta, sungguh aku tak sabar menunggunya. Seperti anak kecil yang menunggu hadiah dari orangtuanya, itulah yang aku rasakan dan aku lakukan. Di hari-hari dimana dia akan kembali, kami selalu berkomunikasi. Aku sengaja merahasiakan kehamilanku terhadapnya. Ini akan menjadi kado spesial untuknya, dan hari itu akan aku tunggu.

Sore itu dia meneleponku, dan berkata padaku bahwa dia akan kembali esok hari. Aku langsung mengabari ibu mertuaku dan ayah mertuaku, mereka terlihat gembira sama seperti perasaanku saat itu. Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap-siap, aku terbiasa bangun pagi, karena setiap hari aku bangun subuh untuk melaksanakan sholat subuh. Jam saat itu menunjukkan angka Sembilan, dan aku sisihkan waktuku untuk sholat duha. Selesainya sholat, aku berdoa untuk keselamatn suamiku. Suamiku meneleponku, dan berkata bahwa dia sudah sampai di bandara. Betapa senangnya hatiku saat itu.

Aku berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Saat hendak minum, gelas yang aku pegang terjatuh dari tanganku! Ada apa gerangan, semoga ini bukanlah sebuah pertanda buruk untukku. Tiba-tiba ada telepon dari nomer yang aku tidak ketahui. Aku mengangkatnya dan ternyata itu telepon dari sebuah rumah sakit, dia mengabarkan bahwa suamiku kecelakaan mobil saat di perjalanan, dan suamiku sedang di periksa disana.

Akupun bergegas ke rumah sakit dengan keluarga mertuaku, saat kami sampai dirumah sakit, belum sempat aku bertemu suamiku, aku merasakan sakit di perutku dan aku menyadari ini adalah bulan ke Sembilan. Akupun diangkat oleh keluargaku. Ternyata aku akan melahirkan. Perjuanganku melawan maut aku rasakan di setiap hela nafasku, sama seperti suamiku yang saat itu juga di rawat dirumah sakit yang sama. Bersama waktu yang berganti, akhirnya terlahirlah kedunia seorang bayi wanita dari rahimku.

Gembiranya hatiku, akhirnya bayiku selamat. Aku melihat keluargaku dan keluarga suamiku ada di hadapanku. Aku bertanya pada mereka tenteng keadaan suamiku, mereka berkata dia

masih belum siuman. Ya Allah selamatkan dia, jangan sampai anak ini terlahir langsung menjadi yatim. Aku berkata pada ibuku untuk membawaku ke ruangan suamiku. Awalnya tidak di perbolehkan namun akhirnya aku diprbolehkan untuk keruanganya.

dudukku di atas kursi roda. Aku di bantu oleh ayah mertuaku, sesampainya di ruanganya aku melihat siamiku yang aku cinta tergeletak di atas ranjang itu, sontak aku menangis dan aku hinggapi dia, aku peluk dia dan aku cium keningnya, aku sangat mencintai dia. Ya Allah sadarkan dia aku berdo'a dalam hati. Dan kemudian aku bisikan di telinganya "Bangunlah Suamiku, Sebab Kau Akan Menjadi Seorang Ayah" anak kita wanita yang cantik. Tiba-tiba matanya perlahan terbuka dan dia memandangku, Ya Allah, maha besar engkau atas setiap kehendakmu. Akhirnya suamiku siuman. Dan hari itu tidak akan aku lupakan. [Vivi Tan / Jakarta]

* Sumber: Google Search Engine

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: BERITA