Ia sudah mencapai karier yang hampir puncak ketika tiba-tiba saja masa lalu menyapanya. Harusnya ia bisa menepis, namun karena saat itu ia sedang dalam pikiran yang kalut, akhirnya terbawa arus tanpa menyadari bahwa masa lalu dulu itu sudah sangat berbeda dengan masa kini.
Ya, ketika di puncak karier ia memang menghadapi persoalan dengan istrinya. Harus diakui, ketika karier suami menanjak, sang istri tidak bisa mengikuti perkembangan dan mencoba menyejajarkan dengan suami. Baik dalam hal pembicaraan, gaya busana, dan pola pikir. Ozan menyadari hal itu dan ia menuntut sang istri untuk berubah. Sayangnya, ia hanya menuntut tanpa pernah mau membimbing.
Saat ketegangan mereka berdua memuncak, tiba-tiba saja Ozan bertemu dengan teman lama. Cenderung bekas pacar, yang dulu sangat ia harapkan menjadi pendampingnya. Ia merasa sudah cocok. Hanya karena sang pacar harus patuh pada orangtua, maka Ozan tidak bisa mempersunting teman dekatnya itu.
Dalam kondisi itu Ozan harus menjauh dan menyadari bahwa ia sudah tidak mungkin meneruskan apa yang gagal di masa lalu itu berhasil di kehidupan yang sekarang. Seharusnya ia bersyukur bahwa di puncak karier ia dikaruniai dua anak dan istri yang sesungguhnya setia itu. Seharusnya ia membenahi komunikasi dengan istrinya.
Sayang, Ozan terkesiap dengan masa lalu. Kebetulan bekas pacarnya itu juga baru ditinggal pergi suaminya yang meninggal. Dalam bayangan Ozan jika ia bersanding dengan teman lamanya itu kariernya akan semakin moncer. Suasana hatinya akan dipenuhi keceriaan. Gairah kerjanya akan semakin meletup. Pokoknya hal-hal yang dulu dibayangkan akan segera terwujud.
Ia pun lalu menceraikan istrinya dan kemudian mengawini teman lamanya. Setahun dua tahun harapan Ozan seperti menemui jalan bebas hambatan. Kariernya mulai menanjak. Mulai tahun ketiga baru terlihat ada yang tak beres. Istri barunya ternyata sangat berbeda dengan waktu masa muda dulu. Bahkan mulai terbuka seabreg kebohongan di balik masa-masa setelah Ozan tidak bersua dengan istri barunya itu.
Sampai pada akhirnya Ozan kehilangan semua: karier, keluarga, dan hari depannya. Ia baru tersadar bahwa dulu ia harus bertahan dan menyelesaikan persoalan dengan istri lamanya. Bukan malah kabur hanya karena ada "peluang" jalan keluar.
Ia memang bisa keluar, tapi menemui ruangan yang salah. Mirip pepatah tadi. [Diana Chuang / Kendari]