Seperti Nyadran, dalam upacara yang berlangsung sejak Sabtu (6/8) hingga Minggu kemarin, dipenuhi hidangan makanan dan minuman. Namun seluruhnya diletakkan di bawah bendera kecil, bertuliskan nama leluhur masing-masing keluarga.
Beberapa makanan khas seperti kue mangkuk yang melambangkan kemakmuran, kue cetak sebagai simbol harapan panjang umur dan wajik yang bermakna kerekatan persaudaraan juga disediakan. Yang menarik, dalam upacara kemarin juga terdapat miniatur rumah juga replika kapal laut yang akan mengantar seluruh doa dan persembahan mereka tersebut.
Upacara diawali dengan pemanggilan para arwah, di Halaman Klenteng yang telah berusia lebih dari 100 tahun itu. Upacara dipimpin Chen Li Wei Dao Chang, murid generasi ke 22 Quan Zhen Long Men tokoh besar umat Tiong Hoa, diikuti ratusan warga Tiong Hoa dari Muntilan, Purworejo, Solo, Yogyakarta dan sekitarnya. "Acara ini sebagai bentuk menghormati arwah leluhur," kata Ketua Panitia Upacara, Budiyono, disela-sela upacara kemarin. [Liana Yang, Surabaya, Tionghoanews]
Ingat! Teman-teman bebas mengirim artikel juga ke blog ini yang berhubungan dengan Tionghoa (Chinese) dalam dan luar negeri, melalui email: indonesia.chinese.ngepost@blogger.com