Sebutlah aku Herni, aku berasal dari sebuah kota di Jawa Timur. Aku terlahir dari keluarga sederhana dengan delapan bersaudara yang semuanya perempuan. Meski hidup seadanya, kupikir masa kecilku cukup menyenangkan. Namun semuanya berubah setelah ayah kandungku meningal dunia.
Namun untunglah ditengah-tengah kesulitan keuangan keluarga kami, ada seseorang yang mau mengangkatku sebagai anak. Dan kebetulan ayah angkatku adalah orang asing yang memiliki kekayaan lebih dari cukup sehingga kehidupanku jelas berubah secara drastis.
Namun belum genap setahun kebahagiaan itu kurasakan. Tiba-tiba Tuhan mengambil ayah angkatku, saat itu baru setahun kujalani program D3 di sebuah akademi di kota S. dikampus inilah mulanya aku berkenalan dengan M, lelaki sederhana yang dalam pandanganku terkesan malas, plin-plan dan cuek. Namun entah mengapa, aku mau saja bersahabat dengannya, walaupun kutahu ia hanya memanfaatkan 'sedikit' kepintaranku untuk mendongkrak nilai studinya.
Persahabatan kami terus berlanjut, dan tanpa kusadari benih-benih cinta mulai tumbuh dihatiku, entah bgaimana dengan M sendiri. Yang jelas karena rasa cintaku itu, aku rela melakukan apapun demi laki-laki itu. Mulai dari membantu tugas-tugas kuliah, masalah pribadi, hingga kesoal keuangan. Untuk soal yang terakhir ini, kamipun sepakat membuka usaha toko yang kami jaga secara bergantian, hingga suatu malam terjadilah perbuatan yang memalukan itu.
Karena keasyikan bekerja, tak kusadari hari telah larut malam. Kupikir karena jarak antara toko dan rumah jauh, kira-kira 23 km. akhirnya kuputuskan saja untuk menginap di toko. Memang malam itu giliran M yang menjaga toko. Entah setan apa yang merasuki M dan aku malam itu hingga tak kuasa kutolak ajakannya saat ia mencumbuiku mesra.
Dan M seakan tahu kelemahanku, hingga perbuatan itu kami lakukan berulang kali. Satu kenikmatan yang kureguk bersama M membuatku lupa segalanya. Hari-hari selanjutnya kulewati tanpa beban, pun perbuatan tersebut kulakukan juga tanpa beban. Aku teramat yakin jika M suatu hari nanti akan meminangku, mengingat hubungan kami yang sudah terlalu jauh.
Namun ternyata apa aku pikirkan ternyata jauh dari kenyataan. M yang semula kukenal sebagai laki-laki yang amat mencintaiku ternyata bajingan yang tak punya malu. Betapa tidak saat telah kuserahkan semua miliku kepadannya, dengan seenaknya M bermain cinta dengan banyak gadis lain dan itupun dengan perlakuan yang sama, menodainya dan berjanji akan menikahinya.
Gadis terakhir yang menjadi kekasihnya adalah Ti. Sama sepertiku Ti juga menuntut M agar segera menikahinya. Dan inilah awal konflik berkepanjangan antara aku, M, dan Ti. Akibat Ti ini pula semua usaha yang kubangun bersama M hancur berantakan, belum lagi fitnah-fitnah yang dilontarkanya terhadapku membuat aku sangat terpukul, sementara M tak pernah bisa berbuat banyak selain mengumbar janji yang tak kunjung ia penuhi. Sementara Ti secar terus-menerus mengintimidasi aku dan menyatakan takkan pernah rela jika M menikah denganku.
Suatu saat, entah dapat ide dari mana, M menyatakan Ti setuju aku menikah dengannya. Jelasnya aku dinikahi secara agama atau dikenal dengan nikah dibawah tangan. Syaratnya aku baru dinikahi M, setelah ia menikah terlebih dahulu dengan Ti selama dua tahun. Terhitung sejak pernikahan mereka, aku tak boleh menghubungi M, Ti, maupun keluarganya.
Tentu saja perjanjian itu sangat lemah dimata hukum. Apalagi syarat-syaratnya sangat merugikanku dan akhirnya perjanjian itupun batal. Dan untuk kesekian kalinya M memintaku tak memaksa untuk menikahiku. Sambil melangkah pergi ia kata karena tak pernah mencintaiku lagi. Sebulan tanpa kabar, akhirnya keluargaku membawa berita kalau M sudah menikah dengan Ti.
Sia-sia sudah harapanku menunggu M. dia yang telah kucinta dengan seluruh pengorbananku, meninggalkanku dan pergi bersama perempuan lain. Aku tak tahu lagi harus bagaimana melanjutkan hidup ini. aku hanya berharap Tuhan mengampuni dosaku setelah tobat yang kulakukan. Akupun tak mau mempunyai imam di keluargaku nanti yang dengan mudahnya mempermainkan nama Tuhan. [Vivi Tan / Jakarta / Tionghoanews]